CH.2

3.5K 816 188
                                    

Lisa menenggak beberapa butir obat dengan beragam jenis, kemudian membanting dirinya sendiri di atas ranjang

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Lisa menenggak beberapa butir obat dengan beragam jenis, kemudian membanting dirinya sendiri di atas ranjang.

Buruk. Hari ini buruk sekali.

Tetangga, katanya? Tapi sejak kapan pemuda itu pindah ke kamar kosong di sebelah?

Baiklah, mungkin karena traumanya ini, Lisa jadi bersikap secara berlebihan dan histeris tak wajar. Namun bukankah pemuda itu juga salah? Seharusnya kalau ingin menyapa tetangga baru, langsung saja menghampiri ketika mereka sedang sama-sama berada di sekitar apartemen, bukan malah tahu-tahu mengirimkan pai buah di café dan mengekori seperti seorang penguntit brengsek.

Hah, sial sekali. Kalau sudah begini, biasanya butuh waktu selama beberapa hari sampai akhirnya Lisa berani keluar rumah. Ia harus mengisi energinya, mempersiapkan mentalnya dengan baik sebelum bertemu dengan orang lain.

Malam ini Lisa ingin langsung tidur. Ia sudah mengirim pesan chat pada kedua orang tuanya bahwa ia tidak akan menghubungi lewat panggilan suara karena kelelahan. Yah, menjadi ilustrator komik digital tentu melelahkan. Lisa bisa duduk di hadapan peralatan perangnya selama lebih dari delapan jam dalam sehari.

Gadis itu baru saja akan menenggelamkan diri ke dalam selimut, jika saja telepon apartemennya tak mendadak berdering. Biasanya yang menghubungi adalah bagian keamanan atau resepsionis yang memberitahu soal kedatangan paket barang yang ia beli.

Jadi tanpa ragu, Lisa segera mengangkat gagang telepon tersebut.

"Hallo ..."

[Hallo ...]

Lisa menegang tatkala mendengar jenis suara itu merangkak masuk ke dalam rungunya. Kejadiannya baru terjadi beberapa saat lalu. Jadi tentu ia masih ingat kalau suara ini adalah milik pemuda yang tadi ia lempari dengan minuman dan sandwich.

"Y-ya ..."

[Eum, ini aku—tetangga sebelah. Namaku Ahn Jungkook. Aku ingin memohon maaf karena membuatmu panik. Tapi sungguh, aku tidak memiliki maksud jahat. Kemarin aku melihatmu keluar dari pintu sebelah kamar apartemenku. Jadi ketika tadi melihatmu berada di café, aku hanya bermaksud untuk menyapa saja. Maaf kalau caraku ini salah.]

Pemuda itu sama sekali tak berbasa-basi, langsung bicara pada poin krusial. Mungkin ia takut Lisa akan salah paham lagi seperti tadi.

Lisa menghirup oksigen lebih banyak, lalu menghembuskannya secara perlahan. Pemuda bernama Ahn Jungkook tersebut terdengar tulus dan meyakinkan, sehingga kecurigaan yang sempat terbentuk dalam kepala Lisa surut sedikit demi sedikit.

Gadis itu menjawab, "Sebenarnya, bukan salahmu juga. Biasanya sebagian besar wanita akan menyambut dengan hangat jika mendapatkan sapaan manis seperti tadi. Hanya saja memang diriku yang aneh. Jadi, maaf. Maaf sekali untuk pakaian dan sepatumu yang kotor karena aku."

Ia berkata seolah hanya dirinya yang salah. Sebab, bagaimana, ya? Rasanya sudah cukup Lisa membuat diri sendiri malu di depan umum. Ia tidak ingin menambahkannya lagi dengan meluapkan amarah pada pemuda yang mungkin saja memang sungguh-sungguh berniat baik.

Resilience | Lizkook✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang