CH.5

2.8K 739 127
                                    

Lisa sempat berpikir kalau Jungkook mengajaknya makan siang bersama hanya untuk menyogoknya, sebab membutuhkan bantuan seseorang untuk mengecat dinding

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Lisa sempat berpikir kalau Jungkook mengajaknya makan siang bersama hanya untuk menyogoknya, sebab membutuhkan bantuan seseorang untuk mengecat dinding.

Haha, dasar.

Lisa memang pandai melukis dan menggambar, namun belum tentu ia mahir mengecat dinding. Jadi wajar saja bila tangan-tangannya terasa agak kaku, kurang terampil ketika membalutkan cat pada dinding kamar Jungkook.

"Dari atas ke bawah berulang kali sampai seluruh bagiannya tertutup," jelas Jungkook.

Gadis bermarga Hwang tersebut mengikuti arahan sang lawan bicara. Tapi entah mengapa dirinya merasa kurang puas dengan hasil yang ia kerjakan. "Seperti ini, bukan?"

Jungkook tertawa kecil. "Terlalu miring," katanya. Ia lalu memposisikan diri di belakang Lisa, menggenggam satu tangan gadis itu sekaligus dengan roller paint-nya. "Begini."

Lisa sontak mengerjap cepat saat merasakan dada Jungkook mendarat lembut pada permukaan punggungnya. Bukannya gugup karena tersipu, hal tersebut justru membuat tubuh Lisa mulai gemetar. Hembusan napas Jungkook yang tak sengaja menerpa sekitar perpotongan lehernya itu bak jarum-jarum kecil yang menusuk kulit.

Tak hanya itu; keringat dingin bahkan gesit meluncur, melintasi dahi. Kepala Lisa mendadak pusing, napasnya tiba-tiba tersendat tipis. Suara-suara abstrak berdengung di telinganya, membisikkan kalimat-kalimat yang membuat batang otaknya terasa penuh. Ramai sekali. Ini adalah bentuk reaksi dari apa yang ia dapat di masa lalu.

Sial ...

Sial sekali.

Ternyata Lisa belum baik-baik saja.

Dengan sisa tenaganya, Lisa mendorong dada Jungkook menggunakan bahu agar pemuda itu kembali menciptakan jarak. "M-maaf."

Si gadis lantas berbalik, menyeka sekitar dahi dan sekilas menatap Jungkook yang sedang memandang bingung. "Aku ... tidak nyaman jika kau berdiri terlalu dekat denganku."

"A-ah ..." Jungkook tersenyum kikuk. "Maaf. Seharusnya aku yang memohon maaf karena sudah membuatmu tidak nyaman." Ia lalu memperhatikan Lisa yang sedang mengatur napas secara samar. Mendadak, kekhawatiran itu menyeruak dalam dadanya. "Kau baik-baik saja? Apa kau butuh istirahat? Kalau begitu tidak usah—"

"Tidak, tidak." Lisa memaksakan segaris senyumnya untuk tetap terbit. "Aku tidak apa-apa. Aku bisa membantumu menyelesaikan ini. Lagi pula, harus sudah selesai sebelum matahari terbenam, 'kan? Supaya kau bisa langsung beristirahat setelahnya, sebab besok pagi harus pergi bekerja."

Rasa cemas masih tersirat dalam obsidian Jungkook. Namun ia yakin, sekuat apapun ia melarang Lisa untuk melakukannya—gadis itu akan tetap kokoh pada pendiriannya sendiri. Mungkin karena selama ini Jungkook sudah menjadi tetangga baik hati yang banyak membantu Lisa, gadis tersebut jadi ingin melakukan hal yang sama.

Pada akhirnya Jungkook mengangguk. "Baiklah. Kira-kira seperti yang aku ajarkan tadi, ya. Tidak masalah walau tidak terlalu rapih. Jangan memaksakan dirimu, hm?"

Resilience | Lizkook✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang