Sosis Ibra

41.7K 795 59
                                    

Aku terhenyak mendapat perlakuan seperti itu dari Ibra, akan tetapi di lain sisi aku juga cukup terbuai oleh sentuhan teman sekelasku itu. Dinginnya udara seakan tak mampu menahan panas yang keluar dari gesekan kulit kami yang saling menempel.

Sejenak terpatung setelah mendapat sebuah kecupan dari Ibra, aku kemudian dapat kembali ke duniaku. Saat ini di depanku dihadapkan oleh sebuah netra yang tengah mengunci manik mataku bak seekor elang yang sedang mengintai mangsa. Wajah tampan Ibra terlihat jelas memerah karena nafsu.

"Gue suka sama lo Jal," kata Ibra sambil mengelus kedua sisi pipiku dan memperkecil jarak antara wajah kami. Dari jarak sedekat ini aku bahkan bisa merasakan nafas Ibra menerpa wajahku.

Aku sedikit terkejut dengan ungkapan rasa suka Ibra terhadapku, tak kusangka seorang Ibra ternyata juga penyuka lubang laki-laki. "M-maksud lo?"

Ibra tak membalas ucapanku, dia lebih memilih menenggelamkan wajahnya di permukaan leherku yang putih nan jenjang. Sensasi geli menjalar ke seluruh tubuhku, kumis tipia Ibra merangsang bulu-buluku untuk berdiri karena gesekan yang timbul.

"Eunghhhh, Ibra..." desahku mencoba menahan desakan gairah yang sudah membeludak di dalam diriku.

Ibra malah maikin anteng mendengar suara lenguhanku, bukannya berhenti dia malah makin beringas dan dengan perlahan menggigit kulit leherku sampai memerah dan berbekas.

"Anhhhhh," lenguhku bebas karena tak mampu lagi menahan amukan nafsu di dalam diriku. Jujur saja meski aku sangat ingin perawan lubangku direnggut oleh Bang Rasyid tapi penjajal kontol mana yang kuat menahan undangan pesta gairah dari laki-laki segagah Ibra? Meski tak sejantan Bang Rasyid tapi tetap saja Ibra itu Top idaman.

Tanganku yang sebelumnya diam kini menekan kepala Ibra supaya makin kuat menyedot leherku, reaksi itu direspon oleh Ibra yang memilih mengunci tanganku supaya diam. Ibra dengan tatapan hausnya kemudian menatapku dan berucap penuh serak. "Suka?"

Aku yang sudah dirundung nafsu dengan binalnya menganggukan kepala seakan meminta lebih. Bibir mungilku bergerak untuk berucap. "Jangan berhen-"

Ucapanku terhenti karena sebelum bibirku selesai bertutur, bibir Ibra terlebih dulu membungkamku. Dari kemampuannya dalam berciuman aku berani bilang kalau ini bukan kali pertama Ibra berciuman, dia sangat lihai dalam membuat aku kewelahan mengikuti pergerakan bibirnya yang manis bak buah mangga itu.

"Hmmmmmphhh..." desahku sambil mendorong tengkuk Ibra supaya ciuman kami makin dalam.

Lama berciuman, sepertinya baik aku dan Ibra sudah sama-sama bosan beradu bibir. Lepas bibir kami terlepas, Ibra kembali menatapku intens dengan sorot matanya yang tajam. Perlahan, bibirnya kembali mendekat sehingga aku juga kembali memejamkan mata siap menerima gempuran dari benda kenya milik Ibra.

Namun, ternyata aku salah. Ibra tak menciumku, ini kuketahui ketika aku merasakan sensasi perih karena bibirku digigit olehnya. Seakan tak mau membuang waktu, Ibra tak memberikan aku kesempatan untuk sadar karena begitu bibirku menganga dia sesegera mungkin menelusupkan lidahnya ke rongga mulutku.

Saat ini aku bisa merasakan sebuah benda basah tengah menari sambil mengabsen setiap sisi di dalm mulutku. Aku tak jijik, yang ada malah keenakn ketika liurku dan Ibra menyatu dan jatuh begitu saja ke kerongkonganku. Di akhir sesi perjalanannya, lidah Ibra mengikat lidahku, benda basah itu mengajak lidahku menari untuk berdansa dalam balutan lautan senggama. Akhhh, jujur saja aku tak kuasa menahan keinginanku untuk ngentot jika diperlakukan seperti ini. Asal kalian tau kondisi anusku sudah basah sebasah basahnya saat ini.

"Hahhhh... Hahhh," deruku dengan nafas terenggal saat akhirnya Ibra melepas kaitan lidahnya. Terlihat dengan jelas saat lidah kami berpisah tetes saliva kami yang menyatu berjatuhan ke daguku, Ibra dengan sigap menjilatinya dan menelan lendir tersebuh begitu saja.

"Manis," ucap Ibra usai meneguk campuran saliva kami.

Aku tersipu dengan pipi memerah. "Apaan sih."

Ibra terkekeh, dia kemudian bangun dan membuka seragam miliknya. Dari bawah sini kemudian terlihat bentuk tubuh Ibra yang dibaluti otot kering, meski tak segagah tubuh Bang Rasyid tapi untuk ukuran anak SMA Ibra sangatlah jantan.

"Lo suka kontol kan Jal?" kata Ibra sambil telaten membuka satu persatu kancing seragam sekolahku.

Aku tak tau harus menjawab apa karena rasanya malu juga, tapi karena Ibra bertanya jadi mau tidak mau aku harus menjawabnya toh kepalang tanggung sebentar lagi juga kami akan saling menyatukan kelamin kan?

"Iya..." kataku pelan.

Ibra tersenyum. "Boleh gue ngentot lo?"

Aku memilih tak menjawab pertanyaan itu, jujur saja aku masih ingin Bang Rasyid menjadi pria pertama yang menjamah lubangku. Keperawanan lubangku sangat ingin kuhadiahkan pada pejantan bersosis jumbo satu itu, tapi apa mau dikata saat ini tubuhku tak mampu menolak ajakan senggama dari Ibra. Rasanya lubangku tak henti berkedut karena sangat ingin dimasuki saat ini juga.

Melihat aku tak menjawab pertanyaan darinya, Ibra kemudian memilih menyingkap seragam sekolahku sehingga kedua puting kembar merah mudaku terekspos dan terkena angin malam. Jangan salah, meski setengah telanjang tapi rasanya tak dingin sama sekali yang ada aku panas sepanas panasnya.

Belum sempat aku kembali berbicara, Ibra dengan kuat langsung mengunci tanganku ke atas. Dengan tiba-tiba dia lalu menyosor ke arah puting kananku.

"Ohhh, Ibra janganhhh..."

Ibra tak menggubris laranganku, dia sepertinya sadar meski bibirku menolah tapi tubuhku sama sekali tak sejalan dengan apa yang aku ucapkan padanya. Hal itu terlihat dari bagaimana tubuh bibalku ini bereaksi layaknya cacing kepanasan, menggelinjang seperti ikan yang dikeluarkan dari kolam.

"Auenghhhh, I-Ibrahhh..."

Setiap kali gigi Ibra menyentuh pentilku rasanya aku mau mati saja karena keenakan, setiap kali gigi depannya itu menggigit kuat mataku sampai dibuat memutih karenanya. Aku saat ini tak lagi jaim dan menolak servis dari Ibra, dalam kepalaku hanya satu yaitu aku ingin dipuaskan oleh kontol.

"Ibraaa, masuk ahhhh, masukkk..."

Ibra menghentikan aksi menyusunya, dia kemudian menatapku kembali dan berucap. "Mau dimasukin sekarang?"

Aku mengangguk tanpa ragu. "Masukin, gue pengen kontol."

Ibra naik, dia kemudian menjatuhkan sebuah kecupan di bibirku. "Sepong dulu ya? Pasti nikmat kalau kontol gue diapit sama bibir lo yang seksi ini."

Aku mengangguk paham, tanganku yang sudah tak lagi dikunci oleh Ibra kemudian dengan terburu-buru membuka kaitan celana miliknya. Ibra sampai terkekeh melihat aku yang sudah tak sabar ingin dipuaskan oleh kontol miliknya.

Sabuk, celana seragam, boxer semuanya yang menempel mengurung kontol Ibra aku lepaskan satu persatu. Ketika sampai di sempaknya, aku jujur terkejut melihat gundukan raksasa tercetak di celana dalam hitam yang Ibra gunakan. Terlihat sebuah benda gemuk tercetak di sana, bagian kepalanya terlihat basah oleh sesuatu.

Ibra yang sadar karena aku mematung kemudian berucap. "Buka, lo pasti suka."

Kuteguk ludahku, perlahan kemudin tanganku memelorotkan celana dalam Ibra. Begitu benda itu terbuka, mataku melotot dan liurku menetes. Besar sekali, ukurannya hampir menyamai milik Bang Rasyid, pun kontol Ibra juga dipenuhi urat layaknya kejantanan iparku itu, bedanya kontol Ibra terlihat sedikit lebih cerah warnanya beda dengan sosia Bang Rasyid yang nampak hitam menggoda seperti sosis bakar dan lelehan keju mozarela alias pejuh.

"Isep, Jal."

***

Halo semuanya, sorry ya baru bisa up lagi. Kemarin lupa password wkwkwk. Cerita ini masih terus berlanjut kok, oh iya btw kalian lebih suka Jala di perawanin Bang Rasyid atau Ibra? Komen ya, 1k views dan rame komen aku bakal up kelanjutannya.

Sorry kalau banyak typo

Dashyatnya Rudal Abang IparTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang