Obat Tidur

46.7K 802 99
                                    

Setelah kembali dari kamar mandi dan menuju pos satpam, aku melihat sosok Bang Rasyid sudah terbangun dari tidurnya yang artinya efek obat tidur yang diberikan si jalang Hana itu sudah habis. Terlihat dari tempatku berdiri, pria gagah bernama Rasyid itu tengah meregangkan otot-otot indah di tubuhnya yang kaku setelah banghn tidur. Rambut klimis Bang Rasyid terlihat agak acak-acakan karena posisi tidurnya, tapi di mataku justru dia terlihat tambah manly saat ini.

"Eh Jal? Dari mana kamu?" tanya Bang Rasyid saat matanya menangkapku.

Aku yang tadinya tengah melamun sambil menghayal digagahi oleh Bang Rasyid kemudian tersentak dan kembalu ke dunia nyata. "E-eh? E-eu, a-anu Bang aku abis dari toilet, kebelet."

"Oalah, Abang kira tadi kamu pulang duluan soalnya pas Abang bangun kok tadi kamu nggak ada."

Aku hanya menggaruk kepalaku saat mendengar celetukan Bang Rasyid. "Hehehe, enggak kok Bang."

"Ya udah ngapain di situ? Sini masuk ke pos, bentar lagi kita pulang udah mau ganti shift."

"I-iya Bang."

Berselang beberapa saat, tak lama datang teman Bang Rasyid yang juga bekerja di sini sebagai satpam. Dari yang kutau, dia itu sudah lama bekerja di sini jauh lebih lama dari Bang Rasyid.

"Eh ini siapa Syid?" tanya pria berseragan satpam itu pada iparku.

Pria yang tercetut namanya sebagai Jalu di nametagnya itu tak sendiri, dia datang bersama seorang pemuda yang kutaksir umurnya mungkin sedikit lebih tua di atasku.

"Ini adik ipar saya Pak, adiknya Ayu. Eh, Galih ikut jaga lagi? Nggak kuliah besok?" jawab Bang Rasyid yang kemudian balik bertanya pada pria bernama Jalu itu saat melihat sosok pemuda di sampingnya.

Pemuda bernama Galih itu hanya mengangguk sambil tersenyum kecil menjawab pertanyaan Bang Rasyid.

Pak Jalu kemudian menanggapi sambil menepuk pundak Galih yang dia sebut anaknya itu. "Biasa Syid, pengen nemenin Bapak katanya. Kebetulan lagi libur pasca UAS, di rumah juga lagi rame saudara soalnya istri kan baru lahiran lagi jadi mungkin si sulung ini agak gimana kalau di rumah."

Kalau dilihat oleh mata homoku, jelas Pak Jalu ini sangat amat menggoda mata. Meski dari perawakannya bisa dibilang dia itu sudah Bapak-Bapak, tapi tanpa harus melihat dia telanjang pun aku sudah tau kalau dibalik seragam satpamnya itu pasti dia menyembunyikan pahatan otot-ototnya yang terbentuk alami karena pekerjaannya sebagai satpam. Aku tidak bohong, mataku ini memang paling gatal kalau sudah melihat pria bertubuh bulky macam Bang Rasyid dan juga temannya yang bernama Jalu ini. Aku juga yakin perkakasnya pasti besar kalau dilihat dari ukuran jari-jari tangannya yang panjang, jangan salah aku berkata begini berdasarkan pengalamanku melihat jari-jari Bang Rasyid yang juga panjang-panjang seperti temannya itu dan tentunya kalian juga tau kan kalau kontol Bang Rasyid itu ukurannya sangat masif makanya aku berani bilang pria berjari panjang itu kontolnya sudah pasti panjang dan besar juga.

Saat aku memalingkan pandanganku dari Pak Jalu dan melihat ke arah Galih, sebuah tatapan tak suka tertuju padaku dari pemuda itu. Aku balas menatapnya aneh, dia kenapa?

"Kalau gitu saya sama Jala duluan ya Pak, semoga nggak kangen istri tengah malem jaga pabrik," canda Bang Rasyid pada Pak Jalu sambil menyuruhku mengikutinya.

Pak Jalu menggelengkab kepalanya sambil tertawa. "Nggaklah.:

Sampai di parkiran aku menoleh ke arah Bang Rasyid yang tengah sibuk memakai helm dan jaketnya. Mulutku kemudian bergerak untuk bertanta pada pria itu. "Tadi itu atasannya Abang? Kok panggilnya Pak?"

Bang Rasyid menoleh. "Bukan, ya namanya juga lebih tua dari Abang ya panggilnya harus sopan."

"Emang berapa umurnya Bang?"

Dashyatnya Rudal Abang IparTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang