Timun Pembawa Nikmat

64.9K 817 18
                                    

"Jal? Lagi apa?"

Mataku membulat saat mendengar suara Mba Ayu dari belakangku. Dengan cepat, aku kemudian memasukan celana dalam Bang Rasyid ke dalam pakaianku. Setelahnya, aku langsung berbalik menghadap ke arah Mba Ayu dengan keringat dingin berkucuran, aku takut ketahuan!

"Eh M-Mba?"

"Ngapain di kamar Mba Jal?" tanya Mba Ayu sekali lagi.

Aku gelagapan sampai akhirnya menemukan sebuah alibi yang terdengar masuk akal. "Itu Mba, aku nyari handuk. Tadi pas cek bawaan ternyata aku nggak bawa handuk dari rumah."

Mba Ayu mengangguk paham, dia kemudian berucap. "Pake aja dulu handuk putih yang Mba, belum pernah di pake kok."

"Di mana Mba?"

Mba Ayu mendekat, karena takut ketahuan tengah menyembunyikan sempak milik Bang Rasyid, aku memutar tubuhku miring supaya tak berhadapan muka-muka dengan Mba Ayu.

"Biar Mba cari dulu, kamu mandi aja dulu sana nanti Mba kasih handuknya kalau ketemu."

Aku kegirangan dalam hati ketika Mba Ayu menyuruhku pergi. Andai dia tau kalau aku pergi ke kamarku sambil membawa harta karun suaminya apa dia akan melarang? Ahhh, aku jadi tak sabar untuk menyesap aroma jantan dari celana dalam Bang Rasyid.

Dengan terburu-buru, aku kemudian melangkah ke kamarku. Tapi saat hendak membuka daun pintu, sebuah suara memanggilku. Suara barion yang terdengar sangat seksi di telinga, suara berat dan serak basah itu mampu membuat tubuhku lemas karena sange.

"Mbamu mana Jal?"

Aku tersenyum sopan ke arah Bang Rasyid meski sebenarnya aku tengah menyembunyikan hasrarku yang naik karena disuguhi pemandangan tubuh gempal berotot milik Bang Rasyid. Urat-urat yang menjalar di seluruh tubuhnya menandakan kalau satu itu adalah contoh baik dari yang namanya pejantan perkasa. Uhh... Setubuhi si Jala ini Bang, Jala siap hadi Jalangnya Abang.

"Di kamar Bang," kataku lemas melihat betapa jantannya Bang Rasyid. Melihat tubuhnya saja aku sudah dibuat lemas kareng saking sangenya, apa lagi kalau di entot? Euh... Mungkin rasanya seperti surga.

"Ohhh, oke," balas Bang Rasyid seraya berbalik pergi ke kamarnya dan Mba Ayu.

Setelahnya aku hanya bisa melihat punggung berotot Bang Rasyid menjauh dari pandanganku. Merasa aman setelah melirik sana sini dan merasa situasi mendukung, aku kemudian masuk ke kamarku. Tak berhenti di situ, aku langung menguncinya dari dalam dan mengeluarkan sarapanku pagi ini. Kolor beraroma kontol dan pejuh kering milik Bang Rasyid.

Begitu benda itu keluar dari pakaianku, bau pesing, sperma dan selangkangan bercampur menjadi satu menyerang indera penciumanku. Aroma surgawi alias kontol Bang Rasyid menempel di celana dalam itu membuat darah yang mengalir ke kepalaku terhenti sejenak karena hantaran nafsu yang mencuat tinggi secara tiba-tiba. Hormon testosteron yang ada dalam tubuhku meningkat, sehingga badanku memanas disertai kontolku yang menegang dan pantatku yang basah.

"Abanghhhhh...."

Lidahku menjulur untuk menjilat spot putih yang kuyakini adalah bercak pejuh hasil produksi kontol jumbo milik Bang Rasyid. Rasa amis bercampur asam sepat menyerang lidahku, Tuhan kenapa ini nikmat sekali? Padahal yang kucumbu hanyalah sangkarnya, bayangkan kalau yang kunikmati adalah batang Bang Rasyid secara langsung? Ahhh, sepertinya matipun aku sudi kalau sudah meraskan nikmatnya kejantanan suami dari Kakak perempuanku itu.

"Abang, kontol Abang enak... ngeuhhh, Jala suka kontol Bang Rasyid... Ahhhh..."

Keringat bekas olahraga Bang Rasyid yang menempel di kolornya rasanya asam kecut, tapi hal itu justru membuatku makin ingin dientot menggunakan batang tebal miliknya.

Dashyatnya Rudal Abang IparTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang