Sampai kapan pun,
puisi dan sajak ku takkan bisa menyentuh hatimu.
Sampai kapan pun,
aksara-aksara yang kususun tetap menjadi bangkai yang tidak berharga bagimu.
Di dalam ruang hampa figurmu terasa fana,
gelagatmu terasa nyata.
Dan hanya ribuan bintang di sana yang tahu,
kau dan aku bagai ilusi yang terbelenggu.
Barangkali esok lusa ialah kematian pada puisiku.
Namamu akan tetap tersemat sebagai penemu paling jitu perihal mematahkan.
Entah karena aku yang terlalu senang berekspektasi,
atau justru kamu yang terlalu lihai dalam melumpuhkan frasa dalam isyaratku.
Konon mencintaimu adalah keputusan bagiku.
Jangan salahkan diriku,
salahkan dirimu yang membuatku serasa berdusta.
Kamu adalah apa yang selalu aku tulis,
tapi aku adalah apa yang tak pernah kamu baca.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sandiwara Takdir
RomanceSeperti apakah warnanya cinta? Apakah merah mewakili rekahannya, ataukah kelabu mewakili patahannya. Kontak Penulis : Twitter : https://twitter.com/sandiwarapena Instagram : https://www.instagram.com/diksisandiwara/