Jatuh Cinta? Iya Aku Jatuh Cinta

49 19 7
                                    

Lagi-lagi perempuan ini membuatku tidak bisa tidur semalaman, jadi untuk mengisi waktu kosong ini aku pun membuka laptopku lalu menulis beberapa baris puisi.

Diam-diam memendam,

mengetik perasaan yang tak pernah dikirimkan.

Memikirkan perasaan yang tak berani untuk diungkapkan.

Kadang kamu harus nekat agar tak ada lagi sekat.

Benar-benar selesai,

bukan benar-benar tak sampai.

Bagaimana pun caramu membendung rasa yang mengalir,

layaknya air yang akan berbelok menuju jalur lain.

Tapi tujuannya masih sama,

tempat terendah.

Jatuh Cinta.

Ah, sudah cukup dengan melankolisnya. Kututup jendela Word di laptopku lalu kumainkan game yang sangat kugemari. Aku memainkannya hingga terdengar suara sayup ayam memamerkan kegagahan dari balik suaranya yang lantang itu. Mataku sudah seperti mata panda yang beberapa hari belakangan ini sulit untuk tidur dengan nyenyak. Aku masuk ke kamar mandi membasuh wajah dan membasahi rambutku agar mudah kutata nanti. PDH (Pakaian Dinas Harian) HMJ yang sudah aku siapkan tadi malam aku pakai lalu kusemprotkan parfum. Bercermin sebentar kemudian menata rambutku, aku harus terlihat rapi di depan para mahasiswa baru. Sudah pukul setengah tujuh jadi aku keluar ke parkiran memanaskan motorku lalu masuk kembali ke kamar untuk merokok sebentar sambil memakan sebuah roti.

Aku sudah tiba di kampus dan suasananya sangat ramai padahal sekarang adalah libur akhir semester. Wajar karena ada acara besar dalam sesi pengkaderan yang diadakan oleh HMJ, persembahan yel-yel oleh mahasiswa baru Kelautan untuk para senior. Semua orang sudah berkumpul dan kegiatannya sudah akan dimulai. Aku melihat Anggun berjalan ke tengah panggung membawa mic dan selembar kertas lalu kemudian berbicara membuka acara. Astaga, sepertinya dia dipermainkan para senior yang menjadi panitia acara ini. Dia membawakan acara ini sambil berbicara dengan logat khas daerahnya sehingga beberapa orang ada tak sanggup untuk menahan tertawanya. Aku pun hanya bisa tersenyum lebar melihatnya, agak kasihan tapi memang seperti itulah takdir maba yang mengikuti pengkaderan.

Sesi yang ditunggu pun akhirnya tiba, semua kelompok berbaris sesuai dengan urutannya masing-masing. Lalu kelompok pertama pun maju menampilkan yel-yelnya. Aku memperhatikan mereka dengan seksama berharap mereka tidak melakukan kesalahan atau lupa dengan latihan mereka kemarin. Ternyata hasilnya memuaskan, sebagian besar senior terhibur dengan penampilan mereka, bahkan ada yang tertawa dengan kejenakaan yang mereka bawa dalam yel-yel tadi. Setelah mereka menampilkan yel-yelnya, mereka kembali ke barisan seperti semula dan kelompok kedua pun maju menampilkan penampilan terbaik mereka. Di belakang para senior, aku melihat beberapa dari mereka menatapku dan aku memperlihatkan kedua jempolku dengan rasa yang senang dan bangga. "Good Job anak-anakku!" Kataku dalam hati. Mereka pun terlihat senang dengan responku tadi. Setelah memberikan mereka apresiasi, aku maju ke tempat para pengurus HMJ yang memang memiliki kursi sendiri di barisan paling depan penonton. Aku juga ikut duduk disana memperhatikan seluruh kelompok menampilkan penampilan mereka.

Hari sudah sore, para mahasiswa baru dibawa ke dalam sebuah kelas untuk diberi ucapan selamat datang oleh para pengurus HMJ dan para senior yang lebih tua. Mereka telah melewati satu sesi pengkaderan dan sisa satu sesi lagi untuk resmi telah menjadi bagian dari HMJ Kelautan. Di dalam kelas tiba-tiba seorang senior masuk dalam kelas berteriak marah, sontak membuat para maba kaget dan ketakutan. Ditambah waktu sudah semakin gelap dan seketika lampu kelas dimatikan membuat rasa panik para maba semakin bertambah.

Sandiwara TakdirTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang