Andika Febrian

71 25 8
                                    

Hai, aku Dika. Nama lengkapku Andika Febrian. Hanya laki-laki biasa yang merantau dari kampung untuk berkuliah di salah satu Universitas ternama kota Makassar. Jalan hidupku pun juga hanya biasa-biasa saja, hampa. Tidak ada yang istimewa sebelum "dia" datang hadir dalam hidupku.

Sejak sekolah menengah, aku adalah seorang yang aktif dalam berorganisasi. Prestasi akademikku pun bisa dikatakan lumayan. Aku pernah kesana-kemari mengikuti lomba dan olimpiade atas rekomendasi guruku, dan sekarang aku berhasil masuk ke salah satu kampus terbaik yang ada di Indonesia Timur. Selama kuliah juga masih sama, aku aktif dalam berorganisasi. Menjadi salah satu mahasiswa paling aktif dalam Himpunan Mahasiswa Jurusan (HMJ) di fakultasku, bahkan menjadi paling aktif di angkatanku. Hanya saja, aku membuat kesalahan. Keaktifanku di organisasi, membuat kuliahku terbengkalai. Pintar tidak menjadi jaminan kuliahku akan baik-baik saja, mendebat dosen hanya membuatku semakin sulit mendapatkan nilai yang baik, nilai E menjadi penghias raporku selama kuliah dua semester ini. Berbanding terbalik dengan karir organisasiku selama menjadi mahasiswa, melanglang buana memperbesar eksistensiku di berbagai kampus lain. Aku cukup populer, memiliki banyak pendukung untuk dapat terus meningkatkan karirku.

Oh iya, dalam hal percintaan aku lumayan sukses. Mantanku saja aku sudah lupa ada berapa yang pernah aku pacari. Seorang Dika yang cerdas, pandai bersosialisasi, aktivis, dan baik dalam beberapa bidang olahraga menjadi daya tarik bagi para kaum hawa. Untuk tampilan fisikku aku juga cukup percaya diri, baby face mungkin cukup untuk menggambarkan diriku, ditambah warna kulitku yang putih di atas rata-rata seorang laki-laki. Aku yang kuliah di jurusan Kelautan yang setiap minggunya harus terpapar sinar matahari membuat para perempuan penasaran mengapa kulitku tidak pernah gelap, mungkin karena gen ya aku pun tak tahu. Aku juga easy going, baik ke semua perempuan mungkin membuat mereka tertarik tanpa aku sadari. Ya, aku adalah seorang laki-laki yang tidak peka.

Selama kuliah aku memiliki seorang sahabat, namanya Ciko. Dia asli kota Makassar, tapi suka tinggal menumpang di indekosku. Hampir setiap hari kami selalu bersama, bercanda dan melakukan hal-hal bodoh. Kami punya kebiasaan bodoh, mencari perempuan secara acak lalu bersaing untuk mendapatkannya. Semua orang di kampus tahu kebiasaan kami, dan yang selalu ditertawakan sudah pasti Ciko. Karena bagaimana pun, selalu aku yang menang. Tapi itulah serunya, saling membantu, bersaing, tapi di saat aku sudah yakin bisa mendapatkan perempuan itu, aku tak menembak perempuan itu. Bahkan menjauh. Aku suka persaingan kami, selain karena alasan persahabatan, selama ini aku pacaran tidak pernah melibatkan hati. Memang terlihat jahat, tapi aku trauma perempuan pembohong dan semua perempuan adalah pembohong yang hebat, selain membohongi orang lain, perempuan juga selalu membohongi dirinya sendiri.

Sudah tiga semester aku kuliah di kampus ini, kuliah rapat menjadi rutinitasku. Rapat hingga tengah malam sudah menjadi hal biasa bagiku, bahkan seringkali aku diskusi hingga pagi. Politik, keadaan sosial sekarang, pendidikan, dan kondisi kampus adalah topik yang paling sering kami diskusikan. Kopi dan rokok menjadi teman diskusi yang paling setia menemani. Selama itu karir organisasiku mendapat banyak perhatian oleh para senior, sehingga aku pun terpaksa menjadi pengurus harian di HMJ padahal belum waktunya angkatanku yang menjadi HMJ tahun ini. Status pengurus ini membuatku semakin aktif dan melupakan kuliahku, aku terancam DO karena tidak memenuhi IPK (Indek Prestasi Kumulatif) minimum 2,0.

"Kehampaan ini merenggutku secara perlahan."

Tahun keduaku kuliah, mahasiswa baru (maba) telah berdatangan dan sudah waktunya mengkader para maba. Seharusnya angkatanku menjadi pendamping para maba untuk mengikuti sesi pengkaderan yang diadakan oleh HMJ (Himpunan Mahasiswa Jurusan) Kelautan, tapi aku tidak karena aturan organisasiku yang melarang pengurus HMJ menjadi pendamping maba. Jadi aku hanya bertugas mengawasi jalannya pengkaderan ini dari belakang. Ini tahun pertamaku dan pertama kalinya teman seangkatanku mengkader para maba sehingga membuat kami antusias, hampir semua ingin menjadi pendamping maba termasuk aku dan Ciko, tapi hanya aku yang tidak dibolehkan menjadi menjadi pendamping.

Hari pertama pengkaderan sudah dimulai dan aku beruntung, Ciko tak bisa hadir karena harus mengikuti pelatihan untuk menjadi penyelam dan aku diperbolehkan menggantikannya. Para mahasiswa baru sudah dibagi menjadi beberapa kelompok, dan aku berdiri di depan sebuah kelompok yang sedang duduk sembari memperhatikanku memperkenalkan diri. Aku memberi mereka waktu untuk memperkenalkan dirinya masing-masing, hingga sampai pada giliran seorang perempuan yang terlihat malu-malu dan gugup. Perempuan berkulit sangat putih, pipi tembem, agak pendek tapi terlihat lucu itu mulai berdiri dan memperkenalkan dirinya.

"Hai kak, namaku Anggun Hafizah."

Sandiwara TakdirTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang