Chapter 3 : teh

1.3K 169 27
                                    

Sinar mentari menerangi sebuah kamar yang sangat gelap. Karena cahaya matahari pagi itu lebih terang daripada biasanya, hal itu membuat orang yang berada di tempat tidurnya terganggu.

Dibalik selimut yang dipakainya, Indo masih memejamkan matanya dan mencoba untuk tidur kembali walau semua itu sia sia.

*Tok tok

Dari luar kamarnya, seseorang mengetuk pintu meminta izin untuk masuk kedalam.

"Mmh? Masuk saja!" Teriak Indo masih di dalam selimutnya.

Pintu pun terbuka dan terlihatlah seseorang yang menggunakan seragam pelayan, itu orang yang selama ini ditugaskan untuk merapikan kamar Indo.

Pelayan itu membuka gorden yang menutupi jendela membuat kamar itu lebih terang daripada yang tadi.

"Haish! Tutup gordennya! Ugh terang sekali" omel Indo kepada pelayan tersebut. Sang pelayan tidak mendengarkan apa yang dikatakan oleh Indo tadi dan tetap melakukan tugasnya sehari hari.

"Ck! Apa kau mendengar apa yang kukatakan?!" Tanya Indo dengan nada tinggi.

"Lalu apa urusannya dengan saya? Saya hanya ditugaskan kepala pelayan untuk membereskan kamar ini, bukan untuk mematuhi perintah anda" jawab pelayan itu dengan tidak sopannya.

"Apa kau lupa bahwa aku seorang pangeran disini?" Indo melipat kedua tangannya di dadanya dan menatap tajam sang pelayan.

"Ah! Maafkan saya! Saya tidak tau bahwa anda sudah menjadi pangeran disini... Saya menyesal~ pfft anda mau saya melakukan hal itu? Ahahahaha lucu sekali~" si pelayan hanya tertawa terbahak bahak sedangkan Indo bergegas turun dari ranjangnya dan menampar wajah si pelayan.

*Plak

"Apa kau berani menghina keluarga kerajaan? Myanmar?~"

"Ugh.."

"Ck! Sudah berapa kali aku menamparmu sejak aku berada disini? Apa kau masih mau kutampar sekali lagi huh?"

"T-tidak! Maafkan saya!"

"Oh? Seorang Myanmar meminta maaf? Yah itu bagus, tapi aku masih belum mau memaafkanmu sebelum melakukan suatu hal" ucap Indo.

"Apa? Apa itu?" Tanya Myanmar

"Minta maaf kepadaku dan bersujudlah dengan wajah yang memelas~"

"Apa?! Mana mungkin saya-"

"Memohonloh~ atau aku akan menyuruh raja membuangmu"

"..."

"Waktumu hampir habis Myan"

Dengan terpaksa, Myanmar dengan lambat bersujud dihadapan Indo.

"S-saya minta maaf kepada anda.."

"Ya? Aku tidak mendengar apa yang kau katakan"

"Saya minta maaf kepada anda pangeran I-Indo"

"Ucapkan dengan benar sekali lagi"

"Saya, minta maaf kepada anda pangeran Indonesia. Saya mohon maafkanlah saya"

Indo hanya tersenyum puas mendengar hal itu. Akhirnya ia diakui sebagai pangeran oleh orang ini walau dengan cara pemaksaan.

"Nah gitu dong, kalo gini kan enak. Dah berdiri sana noh, abis beres beres nanti bawain gw makanan. Awas aja Lo ga bawain gw makanan. Gw pecat lo nanti"

Myanmar yang tidak mengerti apa yang dikatakan hanya mengangguk angguk saja dan segera menyelesaikan tugasnya lalu pergi mengambil sarapan untuk Indo.

Indo hanya duduk menatap langit dari balkon yang berada di kamarnya. Cahaya matahari pagi dan sikapnya yang tengah duduk di sebuah bangku dengan angin sepoi-sepoi yang membuat dirinya seperti sebuah lukisan. (Kelen bayangin aja sendiri dah, gila cakep banget Indo)

[ THE EVIL PRINCE IN THE THIRD LIFE ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang