Dipagi hari di sebuah lorong yang amat panjang, seorang perempuan tengah berlari sambil memegang sebuah kertas di tangannya.
Ia berbelok diantara lorong lorong panjang itu. Matanya mencari sesuatu hingga akhirnya dia berhenti di depan pintu yang besar dan mewah.
Ia mengatur nafasnya yang terengah engah. Jika tidak ada penjaga di sekitar sana yang menolongnya, sudah pasti ia akan langsung tumbang begitu saja.
Ia membuka kenop pintu. Matanya mencari sosok yang ia cari sedari tadi.
"Bulan? Bulanku?! Dimana kakak?! Aku ingin berbicara denganmu!" Perempuan itu sedikit meninggikan suaranya.
Tak berselang lama, seorang lelaki membalas perkataannya. "Ya bintangku... Kenapa kau seperti ini di pagi hari?" Ia berjalan mendekati sofa dan duduk sambil meminum teh yang baru saja dibawa oleh seorang pelayan.
"Duduklah dahulu, kau terlihat lelah dan berantakan. Ada apa bintangku?" Lelaki itu menepuk nepuk tempat duduk di sebelahnya. Perempuan itu pun duduk dengan wajah yang terlihat lelah.
"Ada apa? Apa kau tidak dapat tidur kemarin malam? Wajahmu sangat...."
"Saya tidak apa apa! Ada hal yang ingin saya bicarakan denganmu.... Kak Thai..."
Lelaki tadi mengetahui situasi ini. Saat orang yang berada disampingnya ini memanggil namanya, hanya ada dua kemungkinan. Karena mereka sedang tidak berdua, atau karena ada suatu masalah serius.
"Apa yang membuatmu terlalu serius seperti ini Viet?"
"Ya! Saya tidak apa apa! Tapi lihat ini! Kakak menyembunyikan surat ini dariku?!" Vietnam menyodorkan sebuah kertas yang ia temukan tadi malam.
Kertas itu berisikan sebuah surat yang mengancam kerajaan mereka jika mereka tetap tinggal diam melihat semua peperangan yang terjadi.
"...tenang saja, aku yang akan mengurus semuanya. Kau dan yang lainnya hanya perlu tinggal disini saja sampai semuanya damai dan aman" Thailand mengusap usap kepala adiknya itu untuk menenangkannya.
Tetapi bukannya semakin tenang, Vietnam malah semakin marah dan khawatir.
"Tenang?! Saya dan yang lainnya hanya perlu diam sedangkan kakak sendiri akan mengurus dunia ini sendirian?!... Apa kakak tak memikirkan perasaanku?"
Perkataan tadi membuat Thailand diam. Ya, memang, ia memang tak menginginkan semua ini. Dia hanya ingin melarikan diri bersama adiknya saja ke tempat yang dimana tidak ada peperangan sama sekali. Tapi ia harus menjalankan ini karena dia adalah putra mahkota dan seorang kakak untuk adik adiknya.
Suara isakan mulai terdengar. Thailand panik karena adiknya yang satu ini mulai menangis.
"Hiks kalau kakak ingin minta tolong hiks pasti saya dan yang lainnya akan menolong hiks kakak...."
"Maaf, tetaplah disini dan lindungi dirimu Viet. Jika mereka mengancam akan memerangi kita... Kau dan lainnya hanya perlu pergi ke tempat lain sejauh mungkin! Dan jangan perduli kan aku, aku akan melakukannya...."
Mereka berdua saling berpelukan. Vietnam masih saja menangis di dalam pelukan Thailand.
'saya sudah berjanji akan melindungi mereka seperti yang ibunda inginkan. Saya pasti bisa! Iyakan, bunda?'
〜(꒪꒳꒪)〜
"Ummm.... Hanya tersisa 4 hari.. lagi...." Seseorang berjalan gontai dengan wajah yang bisa dibilang kekurangan gizi.
"Hei~ tidak sesusah itu kok mencari spirit tanah. Atau kamu mau mencari spirit cahaya dan spirit kegelapan? Itu pasti mudah!!" Seorang lagi mengoceh panjang lebar disampingnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
[ THE EVIL PRINCE IN THE THIRD LIFE ]
RandomIndonesia Del Algirean Orselies, rakyat sering menyebut dirinya sebagai pangeran iblis berwajah malaikat kerajaan. Seorang pangeran yang angkuh karena derajatnya. "akulah yang mempunyai darah biru disini, namun mengapa sampah itu yang harus menjadi...