Empat bulan lama nya Ayden pergi, Ayden sudah menunjukkan tanda tanda kalau ia telah berubah.
Seperti sekarang, Nicole melihat di instastory Ayden bahwa ia sedang di club malam bersama beberapa teman yang Nicole pikir adalah teman kuliah nya.
Mereka berbicara bahasa Jepang yang sama sekali nggak Nicole paham, tapi dari video itu Nicole melihat dengan jelas bahwa Ayden bukan lah seperti Ayden yang dulu Nicole kenal.
Ayden berbicara dengan botol alhokol di tangan nya dan sambil tersenyum ke arah kamera. Ia juga menunjukkan keadaan club yang cukup ramai, beberapa dari teman nya juga sudah memangku wanita seksi.
Nicole naik pitam. Ia langsung menelpon Ayden, namun Ayden sama sekali tak mengangkat nya.
Bahkan chat Nicole dari dua hari yang lalu belum di balas oleh Ayden.
Nicole merasa kalau Ayden telah berubah drastis, bahkan ia merasa kalau Ayden seperti orang yang sangat asing.
Dia pernah berpikir akan tahan dengan semua keadaan ini. Tapi ternyata ia salah. Ia bahkan sudah muak dengan kelakuan Ayden yang setiap malam pergi ke club untuk meminum alkohol, dan bermesraan dengan gadis seksi disana.
Tak jarang chat dari Nicole di abaikan, telpon juga di sering di matikan oleh Ayden.
Namun Nicole tak pantang menyerah, ia terus melepon Ayden walaupun hasil nya tetap sama.
"Ngapain Nik?" Tanya Nindy melirik Nicole yang tampak gelisah di hadapan ponsel nya.
"Ah– Enggak kok."
Nindy adalah sahabat yang Nicole temui di kampus sekarang. Kebetulan juga Nindy kenal dengan Gloria dan Winda karena mereka dulu nya satu sekolah menengah pertama. Jadi kalau kumpul berempat, gak ada canggung lagi di antara mereka.
"Ayden lagi?" Sahut Winda yang sedang memotong brownies. "Udah lah Nic, putusin aja. Dari pada lo makan hati mulu, gue liat di instastory nya dia sering mabok mabokan sama cewe Jepang."
"HAH?! IYA?!" Gloria yang tadi nya berbaring seketika langsung duduk ketika mendengar ucapan Winda, "Serius?? Iya Nic??!"
Nicole mengangguk pelan sambil meletakkan ponsel nya, "Gue juga udah hubungin nyokap nya, tapi kata nyokap nya Ayden sekarang emang berubah. Dia jadi nakal dan sering ngebantah omongan orang tua."
"Gila demi apa? Padahal dulu dia gak begitu nggak sih?" Kata Gloria yang masih terkejut dengan perubahan sikap Ayden.
"Biasanya sih faktor lingkungan ya, salah dia sih gak pinter nyari temen padahal kan udah di negara orang." Imbuh Nindy yang di benarkan oleh Winda dan Gloria.
"Masa sih tapi Ayden gitu?? Wah gila sih berubah nya drastis banget." Winda pun terheran dengan apa yang di lihat dari instastory milik Ayden.
"Gue bener bener gak tahan lagi, tapi gue sayang sama dia.."
"NO NO NO!" Tegas Gloria, "Big No Nicole, No."
"Iya Nik, mending putusin deh. Udah red flags itu." Sahut Nindy menambahkan.
"Lo ape sih nak nik nak nik." Celetuk Winda yang kesal, merasa asing dengan panggilan itu.
Nindy melirik heran, "Lah emang salah? Kan nama dia Niki."
"Niki dari hongkong, orang nama dia Nicole."
"Nicole tuh kepanjangan, udah enak Niki. Ya gak?"
"Eh enak aja ngeganti nama orang sembarangan, Nicole ya Nicole."
"Eh Windang, yang punya nama aja kaga repot kok elu yang sewot sih. Gue mau panggil Niki ya Niki."
"Heh Ningsih, enak aja nama gue di ganti Windang. Emang nya mau lu potongin kita kambing?!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Oceans & Engines | Yoshi Karina
أدب الهواةThis is the last falsetto, I'll ever sing to you my great, lost love.