Di hari Minggu, Nicole dan Ayden menyempatkan untuk bepergian sebelum Senin esok kelas mereka memulai ujian akhir kelulusan.
Mereka berdua sepakat untuk melepaskan penat setelah tiga tahun lama nya berjuang untuk kelulusan di sekolah menengah atas.
Dengan tangan yang masing masing bergenggaman erat, Nicole bersama Ayden menyusuri setiap sudut kota, mengukir setiap kenangan yang sangat indah.
Nicole merasa beruntung, bahkan sangat beruntung saat dirinya di pertemukan dengan lelaki sebaik dan setulus Ayden.
Ayden yang selalu menemani, menghibur, bahkan Ayden yang sama sekali tak pernah marah atau bahkan membentak Nicole ketika dirinya membuat masalah.
Ayden yang selalu bersikap lembut, romantis ,juga sopan, membuat siapapun yang berada di dekat nya merasa nyaman. Nicole juga bersyukur saat kedua orang tua nya sangat menyetujui hubungan mereka.
"Kamu kenapa senyum senyum?" Ayden melirik Nicole dari kaca spion nya.
Nicole menggeleng, tapi bibir nya masih mengukir senyuman. Di erat kan nya pelukan di pinggang Ayden, "Gapapa, cuma seneng aja."
Ayden ikut tersenyum. "Habis ini kita mau kemana?"
"Umm... Ke pantai boleh? Aku udah lama nggak kesana."
"Alright Princess Nicole."
———————————————
Di tengah perjalanan menuju ke Pantai tadi, Ayden dan Nicole mampir sebentar ke tempat mereka bisa membeli es krim.
Dan sekarang mereka berdua duduk di pinggiran pantai, menikmati es krim di temani dengan suara deburan ombak dan langit yang berwarna Oranye kemerahan.
"Kalo makan itu hati hati."Ayden menyisihkan bekas bekas es krim di ujung bibir Nicole dengan tissue di tangan nya. Ia menatap gemas Nicole yang sedang lahap dengan es krim nya.
Chuu~
Satu kecupan hangat mendarat tepat di pipi kanan Nicole.
Gadis itu tersentak, hampir saja tersedak. Ia lantas menoleh dan mendapati Ayden tengah menatapnya sambil terkekeh, "AYDEN!"
Ayden mengacak pelan rambut Nicole, "Apa?" Kata nya gemas.
"Jangan gituu!" Nicole terlihat marah, namun Ayden malah menertawai nya.
"Haha, siapa suruh kamu gemes gitu."
"Ck, au ah!"
Nicole berlagak sebal, padahal dalam hati nya sudah berbunga bunga layaknya taman yang di tumbuhi seribu bunga bermekaran.
Ia menoleh ke arah lain, mengabaikan Ayden yang terus menoel nya. Pipi Nicole terlihat gembul dari samping, karena dia memasukkan sisa es krim ke dalam mulut nya dengan paksa.
"Gak dingin emang?"
"Gak." Nicole menjawab ketus, ia masih tak ingin melihat Ayden. Karena Nicole yakin pipi nya sekarang sudah semerah udang rebus.
Ayden menangkup pipi Nicole, dengan lembut ia memalingkan wajah gadis nya jadi menghadap ke arah dirinya.
Ayden menatap lekat mata Nicole yang berwarna coklat muda itu, sekali lagi pemuda itu mendaratkan bibir pink nya ke pipi kiri Nicole.
"AYDEN!" Nicole memberontak, melepaskan paksa tangan Ayden yang berada di kedua pipi nya. "Udah ah, aku males sama kamu."
"Males kok pipi nya merah?" Ejek Ayden membuat Nicole tambah jengkel (pura pura) terhadap nya.
Ayden lantas membawa tubuh Nicole menjadi bersender di badan nya. Di rangkul nya tubuh munggil Nicole dengan erat.
Mereka tiba tiba terdiam satu sama lain, namun padangan mereka sama sama tertuju ke Matahari yang sebentar lagi akan tenggelam.
"Kalo di pantai gini, aku inget kamu nembak aku." Kata Nicole tiba tiba.
Ayden tersenyum tipis, "Makanya kamu mau ke pantai, ya?"
Nicole mengangguk, tangan nya memeluk pinggang Ayden erat, "Lucu deh waktu itu kamu nembak aku di pantai ini. Terus sekarang kita ada disini lagi. Pas kita kuliah, kita nanti disini lagi ya."
Ayden tertegun, dia mati kutu. Mata nya berkaca kaca, sepertinya ia akan meloloskan butiran air mata sebentar lagi.
"Terus nanti persemester, kita kumpul disini lagi. Kita ngenang masa SMA kita."
Lanjutan dari Nicole sukses membuat air mata Ayden lolos begitu saja. Namun ia langsung menyeka nya sebelum ketahuan oleh Nicole.
"Ayden, tapi kamu belum bilang kamu mau kuliah dimana?"
"Aku..." Lidah nya keluh, tak mampu menjawab pertanyaan Nicole.
"Eh btw, aku tadi bikin beberapa rumus yang biasa nya muncul pas ujian deh." Ayden akhirnya mengalihkan topik pembicaraan.
Nicole yang mendengar itu lantas tegap dari posisi sebelum nya, "Mana mana?" Tanya nya antusias.
Ayden mengeluarkan beberapa kertas rumus dari dalam saku celana nya. Semalaman ia menyalin rumus rumus yang telah dirinya pelajari demi untuk Nicole.
Mata Nicole berbinar melihat semua rumus itu. Entah kenapa akhir akhir ini dia sangat menyukai matematika, "Wah, makasih banyakk ya. Eh anyway aku juga bikin ringkasan Sejarah, Bahasa Indonesia sama Bahasa Inggris yang mungkin bakal keluar pas ujian nanti. Soalnya aku udah nanya ke beberapa guru hehe, nanti aku kirim lewat chat ya."
Ayden mencubit pelan pipi gembul Nicole, "Makasih ya."
Chuu~
Nicole mengulum senyum jahil melihat ekspresi Ayden yang shock, "Balesan yang tadi, hehe."
———————————————
Ayden yang baru masuk rumah langsung terkejut karena di ruang tamu sudah ada dua koper yang sangat besar milik Mama nya.
"Ma?"
Setelah menutup pintu depan, Ayden langsung menghampiri koper koper itu.
Mama Ayden yang mendengar anak nya sudah pulang pun langsung menghampiri nya, "Ayden, udah selesai jalan nya?"
Ayden tak menjawab, ia malah melirik koper koper itu, "Mama mau kemana ma?"
"Malem ini Mama mau ke Jepang, soalnya Papa udah disana. Papa juga kebetulan lagi sakit, jadi Mama harus buru buru kesana."
"Ma?! Kok mendadak sih?"
"Kamu nanti pergi sendiri ya? Sesudah ujian, langsung aja minta surat kelulusan di Pak Suryo, soalnya juga Mana udah bilang sama beliau. Kamu... Udah bilang sama Nicole?"
Ayden tertunduk, lalu dirinya menggeleng dengan pelan.
Mama mengelus punggung Ayden pelan, "Kasih tau Ayden, walaupun berat tapi kamu harus. Jangan kasih tau mendadak, dia pasti bakalan shock dan gak bakal bisa rela."
"Ayden nggak sanggup buat bilang ke Nicole, Ma. Ayden tau pasti sakit banget buat Nicole, apa lagi Jepang itu jauh."
"Nak, Nicole itu anak yang baik. Mama yakin walaupun dia sakit, tapi lama lama dia bakal ngerti posisi kamu. Kalian pasti bisa ngejalanin hubungan jarak jauh, percaya sama Mama."
KAMU SEDANG MEMBACA
Oceans & Engines | Yoshi Karina
Fiksi PenggemarThis is the last falsetto, I'll ever sing to you my great, lost love.