Ayaka tersenyum ketika melihat kucing kesayangannya berlari menghampirinya begitu ia membuka pintu kamar. Ayaka membungkuk sebelum menggendong kucingnya. Kucing persia berwarna putih yang diberi nama Snowy.
"Snowy, hisashiburi desune"
Seakan mengerti, kucing itu mengeong dalam dekapan Ayaka, mengusapkan kepalanya didada Ayaka.
"Koishīdesuka?"
"meow"
"Ā, kawaī ne. watashi mo Koishīdesu." celoteh Ayaka sambil berjalan menuju dapur.
“Selamat pagi." Sapa Ayaka begitu melihat Agatha tengah duduk disalah satu bar stool. Menikmati menu sarapannya.
Ayaka membuka pintu kulkas untuk mengambil jus lalu menuangkannya ke dalam gelas yang sudah tersedia diatas meja bar. Merasa tengah diperhatikan, gadis itu melirik ke arah sahabatnya. "kenapa?"
"Mau kemana?" tanya Agatha begitu menghabiskan sisa makanan dimulutya. Ia memindai penampilan sahabatnya yang sudah rapi dengan kemeja putih yang dimasukkan ke dalam celana cullote berwarna dusty. Seingatnya tadi malam Ayaka mengeluh tidak enak badan.
“Kampus”
“Katanya masih jetlag”
Ayaka mengangguk. Lalu meletakan Snowy di tempat khusus yang sudah disediakan. Kemudian mencuci tangannya sebelum mencomot roti bakar dan mengoleskan selai strawberry di atasnya.
“Mm. Tapi aku nggak bisa absen di hari pertama semester baru”.
Tinggal di Belanda selama kurang lebih satu tahun. Membuat tubuh Ayaka harus kembali beradaptasi dengan iklim tropis Indonesia. Ia hanya memiliki waktu dua hari untuk beristirahat sebelum kembali ke Bandung dan memulai aktivitasnya seperti sedia kala. Arus lalu lintas dari Jakarta menuju Bandung yang sangat padat, membuat Ayaka tiba di Apartemen nyaris tengah malam dan membuatnya semakin lelah.
Ya, Ayaka memutuskan untuk kuliah di Indonesia, menuruti keinginan ibunya. Tentu saja dengan beberapa syarat yang sudah disepakati bersama. Ayaka berhasil menjadi mahasiswa jurusan arsitektur pada institut ternama di Bandung, kampus top three se-Indonesia. Sementara adiknya tetap tinggal dan bersekolah di Jepang.
Selama kuliah di Bandung, Ayaka tinggal di apartemen yang dulu digunakan oleh keluarganya setiap kali berkunjung ke kota kembang. Selain letaknya yang strategis, lokasinya juga tidak terlalu jauh dari kampus dan pusat kota.
Karena apartemen ini cukup luas untuk ditempati seorang diri, ia memutuskan untuk mengajak Agatha tinggal bersama disini. Meski berbeda fakultas, tapi keduanya kuliah di kampus yang sama.
“Aku numpang pergi ke kampus bareng kamu ya Tha” ujar Ayaka.
“Boleh. tapi hari ini gua pulangnya agak malam Ay, ada rapat UKM.”
"aa, daijoubu. Aku nanti bisa pulang bareng Ikhsan atau naik gojek.”
**
Sejak pertama kali menginjakan kaki di gedung labtek 9b, senyum manis itu tidak pernah pudar. Tidak banyak yang berubah. Hanya ada beberapa sudut kampus yang tengah dipercantik. Tiang-tiang berbatu yang menjadi ikonik masih berdiri tegak, serta bunga-bunga yang bermekaran di seluruh penjuru kampus. Ada bunga kolecer dan pyrostegua venusta yang selalu mekar bertepatan dengan awal semester baru.
“Ayaka”
Sebuah suara menghentikan langkahnya. Menoleh, dari arah timur, Ayaka melihat Kevin bersama satu rekannya yang tidak ia kenal berjalan ke arahnya.
“Hoe is het met je?”
“Met mij gaathet goed” balas Ayaka dengan bahasa Belanda. “Hoe is het?”
“mijn nieuws is ook goed”
Meski tidak pernah satu kelas, karena Ayaka mengambil program sarjana International. Namun ia cukup mengenal kevin. Saat semester empat mereka pernah mengerjakan satu project yang sama. Sama seperti Ayaka, Kevin juga lahir dan besar di luar negeri. Meskipun wajahnya bule, namun lelaki jangkung blasteran Inggris-Indonesia itu lebih pasih berbahasa Indonesia dibandingkan dengan Ayaka yang masih menggunakan bahasa Indonesia yang sedikit baku.
"Kapan nyampe Indonesia?” tanya Kevin.
“Tiga hari yang lalu” jawab Ayaka dengan senyum manisnya. Ia lalu mengangguk sopan pada sosok laki-laki asing yang berdiri disamping Kevin.
"Kok si Ine sama Ikhsan nggak ngasih tahu gua"
Ine dan Ikhsan merupakan teman dekat Ayaka di kampus. Biasanya Ayaka sering menghabiskan waktu bersama mereka. Entah itu sekedar nongkrong, diskusi masalah kuliah dan sebagainya. Terkadang Kevin juga ikut bergabung.
"Aku baru nyampe Bandung semalam. Ini mau lunch bareng mereka. Mau ikut?" Tawar Ayaka.
“Ah siang ini nggak bisa. Gua masih ada rapat sampe sore sama bos satu ini” keluh Kevin seraya melirik ke arah sampingnya. “eh udah kenal belum ya?” Kevin menunjuk Ayaka juga laki-laki yang sedari tadi bersamanya bergantian.
Ayaka menggeleng.
"Ayaka, kenalin ini Faza, teman gua, anak sipil. Favorit mahasiswi se-bandung raya tahun ini” kekeh kevin saat memperkenalkan keduanya. “Nah Za, ini Ayaka anak arsitektur juga. Dia baru balik dari Belanda”
Ayaka tersenyum saat lelaki bernama Faza itu mengulurkan tangannya. Diam-diam ia memindai laki-laki dihadapannya. Laki-laki dengan alis tebal dan bulu mata lentik itu terlihat rapih meski hanya mengenakan kaus hitam dan celana chino, lengkap dengan sneakers serta kacamata yang membingkai mata indahnya. Membuatnya semakin terlihat tampan dan cerdas. Wajar jika laki-laki ini menjadi favorit mahasiswi se-bandung raya.
“Salam kenal, Faza”
***
hisashiburi desune = lama tidak berjumpa
Ā, kawaī ne = aaa lucu sekali
Koishīdesuka? = apakah merindukan ku?
Watashi mo Koishīdesu. Aku juga merindukan mu.
Daijoubu = tidak apa-apa
Hoe is het met je = apa kabar?
Met mij gaathet goed = kabar baik
Hoe is het? = kamu bagaimana?
mijn nieuws is ook goed = kabar saya juga baik
KAMU SEDANG MEMBACA
Arunika
Hayran KurguDunia tiba-tiba tampak lebih hangat, lebih cerah, dan lebih ramah ketika aku bertemu denganmu.