Bagian Kedelapan

99 34 10
                                    

Hagara bingung. Kenapa akhir-akhir ini mood-nya suka berubah-ubah? Padahal biasanya, dia gak kayak gini.

Sebenernya, udah dari pas dia ngeliat Mayesa lagi asik ngobrol sama cowok yang kalo kata sahabat-sahabatnya sih namanya Jonathan.

Hagara tuh udah suka sama Mayesa dari awal OSPEK SMA. Tapi PDKT-nya belom terlalu intens, soalnya Hagara cupu. Dia belom berani buat ngedeketin Mayesa secara blak-blakan.

Makanya pas liat Mayesa deket sama Jonathan tuh rasanya... nyes banget. Alhasil, Hagara mengalami yang namanya mood swing. Kayak gini nih misalnya.

"Gar, ke kelasnya Hana Mayes, yuk." ajak Vano setelah menaruh tasnya diatas kursi. Tapi Hagara malah menggelengkan kepalanya dan membuat Vano berdecak kesal.

Kekasihnya Hana itu pun menarik tangan Hagara secara paksa kemudian keduanya berjalan keluar kelas. Sesampainya di depan kelas 11 IPA 2, Vano melongokkan kepalanya.

"KEN! Hana kemana?"

"Tadi lagi ke kantin bareng Maye. Beli minum katanya mah."

Vano dan Ken duduk di sebelah Hagara hingga laki-laki berzodiak Aries itu dihimpit oleh kedua sahabatnya.

"Lo kenapa, deh? Masih pagi udah ditekuk aja mukanya." ujar Ken kepada Hagara. Vano menoleh lalu berdecih pelan, "gara-gara liat Mayes sama Jonathan lah."

"Diem lu." sahut Hagara. Ken yang melihat itu pun tertawa. "Lagian lo suka Mayesa dari lama, tapi kok gak nembak-nembak sih? Heran gue."

"Sama. Gue juga heran."

"Gue gak ngomong sama lu ya, pendekkk."

Ken menggeleng-gelengkan kepalanya menyaksikan perdebatan antara Vano dan Hagara. Ia menoleh ke kiri, ternyata Hana dan Mayesa baru saja sampai di kelas.

"Eh, Han, May. Sini. Ada cowok lo berdua nih."

Hana sih langsung senyum lebar ya, beda sama Mayesa yang kebingungan. Alhasil, ia mengikuti langkahnya Hana menuju posisi duduknya Ken. Ternyata ada Vano dan Hagara disana.

"Kamu ngapain kesini?" tanya Hana setelah pergelangan tangan kanannya dipegang oleh sang kekasih.

Vano melirikkan kedua matanya ke Hagara dan Mayesa yang berdiam-diaman. Hana lamgsung paham maksudnya, makanya dia ngajak Vano buat ngikutin Ken yang masuk ke kelas dan ninggalin dua orang itu disana.

Hagara tuh tau banget sama gerak-gerik tiga orang tadi, ia dalam hati mengeluarkan sumpah serapah buat Vano dan Ken.

"Aga, waktu itu kesini ya? Kata Ken, mau ngobrol sama gue. Ada apa?"

Pertanyaan yang sebenernya gak mendadak tapi berhasil bikin Hagara gelagapan itu membuat sang lelaki planga-plongo.

"Hah?"

"Hah?"

Udah tuh dua-duanya diem lagi. Sampe ada bel masuk bunyi, mereka masih diem-dieman. Terus pas Mayesa udah berdiri buat masuk ke kelas, Hagara nahan tangan gadis itu.

"Lo tau, kan, kalo gue suka sama lo?"

Mayesa mengangguk.

"Kalo misal... gue ngajak lo jalan atau makan bareng di kantin, lo keberatan gak?"

Mayesa baru saja membuka mulutnya untuk menjawab pertanyaan Hagara, namun presensi Miss Ika yang mengajar Bahasa Inggris di kelasnya tiba sehingga membuat gadis itu melepas cangkraman Hagara dan masuk kelas.

Hagara menghela napasnya, ia pun menyalim tangan Miss Ika sebentar kemudian berjalan menuju kelasnya. Sesampainya disana, ia mengeluarkan beberapa buku juga alat tulis dari tas.

Tring.

Ponselnya berdenting membuat laki-laki berzodiak Aries itu terpaksa mengeluarkan benda pipih tersebut.

Ayang Mayeee.

| Aga sorry tadi gue langsung masuk
| Buat ngejawab pertanyaan lo itu
| Iya boleh kok
| Lo boleh ngajak gue jalan atau makan bareng di kantin
07.15

| Btw gue sama jonathan cuma temen sekelas
| Gak ada hubungan lain
| Jadi lo gausah khawatir gue bakal ngelirik dia ya
| Kan dari awal gue udh janji buat nunggu lo wkwkwk
07.17

| Semangat belajarnya agaaa
07.18

"Anjiiinggg."

"Kenapa lo?"

"Tampar gua sekarang, Van."

Plak.

"KENAPA LO TAMPAR BENERAN?!"

"Lah??? Kan tadi lo minta ditampar?"

"Gak gitu konsepnya, anjiiinggg."

<> ▪︎ <>

"Nina gue mana?" todong Ken saat Jessica baru saja keluar dari kelasnya. Gadis itu mendengus kesal lalu mengarahkan pandangannya ke dalam ruang kelas, "tuh. Masih sibuk nyatet."

Ken menganggukkan kepalanya. Ia pun memutuskan untuk duduk di kursi kayu sambil memainkan ponselnya, menunggu Jenina yang masih mencatat di dalam kelas.

Beberapa menit kemudian, kekasihnya itu muncul. Mengambil tempat di sebelahnya seraya menghela napas panjang.

"Kenapa kamu? Capek, ya?" tanya Ken yang dibalas anggukkan oleh Jenina. Gadis itu mengerucutkan bibirnya, "pelajaran kelas sebelas lumayan susah ternyata... Nilaiku banyak yang anjlok."

Ken tersenyum tipis, ia menggenggam jari-jari tangan kanan Jenina lalu mengurutnya pelan. Sebuah kebiasaan diantara mereka kalo salah satu ada yang ngerasa capek.

"Kalo anjlok, bisa belajar lagi. Tapi inget, kamu jangan paksain kalo emang kondisi kamu lagi gak fit. Nanti sakit yang ada." ujar Ken. Jenina tidak membalasnya, gadis itu malah menyandarkan kepala di bahu sang kekasih sambil menatap lalu lalang di depannya.

"Hari ini kamu ada les, gak?"

"Gak ada. Kenapa emang?"

"Tadi pagi Mama nyuruh aku buat bawa kamu ke rumah. Mama bilang mau bikin biskuit pake resep baru, jadi kamu yang jadi tester-nya."

Jenina tertawa mendengar penuturan Ken, kemudian ia mengangguk-anggukkan kepalanya. "Okeee. Nanti aku dateng ke rumah kamu, tapi kamu duluan aja. Soalnya aku mau beli buku Psikologi dulu."

Ken menatap kekasihnya itu sambil mengernyit. "Kenapa gak bareng aja? Sekalian aku temenin beli bukunya."

"Gausah. Aku mau liat-liat novel yang lain juga soalnya. Hehehe... Jadi kamu duluan aja nanti." jawab Jenina seraya menyengir lebar.

Ken menggeleng-gelengkan kepalanya. Tapi entah mengapa ada perasaan tidak enak di dadanya.

<> • <>

[✅️] Friendship Struggles | 04lineTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang