Bagian Ke Delapan belas

87 37 0
                                        

"Sayang, udah belom?"

"Belommm. Bentar, aku mau beli satu novel."

Vano menghela napasnya mendengar jawaban dari Hana. Sudah satu setengah jam ia menemani kekasihnya itu muter-muter di toko buku tapi yang Vano lihat Hana hanya memilih satu buku materi belajar dan satu novel.

Gedeg banget. Satu setengah jam tapi cuma dua buku yang dibeli. Hana gak tau apa ya si Vano udah nahan muntahannya daritadi selama mereka keliling.

"Aku aja yang bayar." ujar Vano seraya menahan tangan Hana yang hendak menyerahkan uang ke kasir. Hana melayangkan protes tapi langsung dibekep mulutnya sama Vano.

Setelah membayar, keduanya berjalan keluar dari toko buku. Vano menggenggam jari-jari tangan kirinya Hana, takut kelelep kerumunan katanya.

"Aku laper." ucap Hana sambil mengerucutkan bibirnya. Vano terkekeh lalu tangannya berpindah merangkul bahu sang kekasih. Dua anak muda itu memutuskan untuk makan di Hokben, katanya sih Hana lagi kepengen chicken katsu.

Hana membuka mulutnya, ingin menyebutkan makanan dan minuman yang ia inginkan, namun langsung disela oleh Vano.

"Chicken katsu sama teriyaki, pake nasi, terus minumnya Milo tanpa es. Betul?"

Hana sempat terkejut sebentar kemudian mengangguk-anggukkan kepalanya sambil menyengir. Vano tertawa kecil, laki-laki itu berjalan menuju area pemesanan.

Setelah mengantri beberapa menit, Vano datang dengan membawa sebuah nampan yang diatasnya ada pesanan-pesanan mereka berdua.

"Loh? Kok kamu cuma pesen shrimp? Gak pake nasi?" tanya Hana bingung waktu ngeliat diatas nampan cuma ada sepiring chicken katsu, teriyaki, shrimp, nasi, dan dua gelas Milo yang satunya ada es, satunya lagi gak ada.

"Barengan sama kamu aja. Suapin."

Hana memutar kedua bola matanya mendengar ucapan Vano yang terdengar manja namun bernada tegas. Ia mengambil sumpit lalu membelahnya, kemudian menyuapkan shrimp ke mulut Vano diikuti oleh nasi nya.

Mereka berdua menikmati makan siang dengan penuh mesra, hingga tiba-tiba kedua mata Hana menangkap presensi dua orang yang membuatnya otomatis terkejut.

"Kamu kenapa, deh? Ditutup itu mulutnya biar gak kemasukan lalat." Vano memegang rahang bawah Hana agar mulut gadis itu tertutup.

Hana memukul-mukul lengan Vano seraya tangan kirinya menunjuk ke arah dua orang yang sudah membuatnya terkejut. Vano mengernyitkan kening sebentar kemudian menolehkan kepalanya mengikuti arah tunjuk Hana.

"Anjir?!"

Dan, Vano sama terkejutnya melihat presensi Alex (sahabatnya) bersama Jessica (sahabatnya Hana) berdiri di depan kasir yang kayaknya lagi mesen makanan.

<> ▪︎ <>

"Thanks for today, Lex." ucap Jessica setelah turun dari motornya Alex. Laki-laki blasteran banyak negara itu menganggukkan kepala seraya menaruh helm di gantungan dekat kakinya.

"You're welcome. Thanks juga udah mau nemenin gue makan." balas Alex. Jessica mengacungkan jempolnya lalu pamit buat masuk ke rumah.

Alex melajukan motornya menuju rumah karena jam sudah menunjukkan pukul lima sore. Ia takut sang mommy marah karena pulangnya kesorean buat jalan-jalan sama temen di hari Sabtu.

"Mom, liat tuh. Abang baru nyampe." ujar Jaguar, adiknya Alex, yang sengaja mengompori.

Alex memutar kedua bola matanya. Baru nyampe tapi udah diajak berantem aja. Dia pun menghampiri sang mommy yang duduk bareng Jaguar di sofa ruang tamu terus menyalim tangan wanita paruh baya tersebut.

"Honey, ada yang mau mommy omongin sama kamu." ucap sang mommy membuat Alex mengernyitkan keningnya. Namun tak ayal, ia duduk di single sofa yang bersebelahan dengan adiknya.

"Kenapa, mom?"

"Jadi, tadi daddy kamu dapet telpon dari assistant nya dari cabang New Zealand. He said that something went wrong disana, ada kesalahan teknis yang bikin semua kerjaan berantakan. So in short, kita berempat bakal pindah ke New Zealand sampe waktu yang gabisa ditentukan."

Penjelasan dari mommy nya itu seperti petir ditengah-tengah cuaca yang terik. Mengejutkan, sangat mengejutkan Alex yang baru aja selesai makan bareng Jessica.

Alex melirik ke arah Jaguar yang mendengus sambil ngalihin pandangannya ke pintu rumah. Alex bisa tebak kalo adeknya itu udah dikasitau lebih dulu, mungkin pas Alex masih diluar.

"Are you serious, Mom? Is this too suddenly for me and Jaguar who just finished the mid-test?" tanya Alex sedikit kesal.

Mommy yang mendengar itu pun menghela napasnya. Ia sudah menduga jika reaksi anak sulungnya akan sama persis dengan si bungsu yang sangat terkejut mendengar informasi dari suaminya. Sebenernya, dia juga kaget pas sang suami ngasitau ini, gak beda jauh sama dua anak laki-lakinya kok.

"I know I know. You guys will be shock after I told this. Tapi mau gimana lagi, sayang? Masa kamu tega ngebiarin daddy kamu tinggal disana sendiri? Kalo mommy ikut nemenin daddy kamu, emang kamu sama Jaguar udah berani buat tinggal sendiri? Kalian nyari kaos kaki aja masih manggilin mommy, kan?"

Di rumah memang tidak ada pembantu atau asisten rumah tangga, sehingga mommy lah yang menyiapkan semua kebutuhan suami dan dua anaknya sendirian. Bahkan bersih-bersih rumah juga dilakuin sendiri, kalo lagi gak males.

Tiba-tiba, Alex kepikiran dengan lima sahabatnya. Ia baru aja pindah ke Indonesia setelah dua tahun tinggal di Prancis. Dan sekarang, dia harus pindah lagi ke New Zealand yang artinya dia gak akan bisa ketemu sahabat-sahabatnya.

Sama ada satu orang yang akhir-akhir ini bikin dia jadi makin betah tinggal di Indonesia. Gausah disebut juga kalian tau siapa.

"Kira-kira kita disana berapa tahun, mom? Kira-kira aja kalo emang gabisa ditentuin pasti waktunya." Jaguar menatap sang mommy dengan ekspresi pasrah.

Yang kalo tinggalnya lama, yaudah. Tapi kalo tinggalnya gak lebih dari dua tahun, ya Puji Tuhan—

"Tiga tahunan."

Owh, oke. Yaudah.

<> • <>

[✅️] Friendship Struggles | 04lineTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang