Hari ini, The Grounders bermain ke rumah keluarganya Vano. Karena kafe yang biasa mereka kunjungi tiap pulang sekolah tutup, keenam anak laki-laki itu memutuskan untuk 'numpang' makan dan istirahat di rumahnya Vano.
"Bunda Unaaa, Jengga ganteng datanggg~"
Vano menghela napasnya saat para sahabatnya langsung masuk ke rumahnya tanpa melepas kaos kaki. Ia menaruh sepatunya dan sepatu yang lain ke rak kemudian menyusul mereka.
"Anjir kagak ada akhlaknya banget."
Vano menoleh, ia mendapati presensi Sadeno (abangnya) sedang duduk di long sofa ruang tamu.
"Bang,"
"Hah?"
"Ayah sama Vana belom pulang?"
"Belom. Itu temen-temen lo kenapa ganas banget dah tiap dateng ke rumah?"
"Biasalah. Mereka suka masakan Bunda jadinya seneng banget pas gue ajak ke rumah."
Sadeno mendengus. Melanjutkan kegiatan menontonnya, sedangkan Vano melangkahkan kakinya ke dapur untuk memantau situasi para sahabatnya.
Ternyata, mereka berlima udah makan lebih dulu TANPA ngajak Vano. Vano pun duduk di sebelah Ken kemudian mengambil piring beserta lauknya.
"Masakan Bunda enak banget. Gue mau sering-sering mampir kesini deh." ujar Brandon yang langsung dipelototi oleh Vano.
"Gak boleh! Gue usir lo sampe mampir kesini tiap hari, ya."
Brandon mengerucutkan bibirnya. Ia melihat kedatangan Bunda di dapur kemudian berteriak kencang yang membuat Vano kembali melotot.
"BUNNN, SI VANO MAU NENDANG AKU KALO SERING MAMPIR!!!"
"HEH! Gausah wadul, anjiiirrr."
"Eh, Vano ngomong apa tadi? Kok kasar gitu, sih?!" Bunda menatap tajam anak keduanya itu. Tentu saja hal tersebut mengundang tawa dari sahabat-sahabatnya Vano. Laki-laki kelahiran Februari itu berdecak kemudian melanjutkan kegiatan mengunyahnya.
Setelah selesai makan, mereka berlima (Ken ngebantuin Bunda nyuci piring) berpindah tempat ke ruang tamu.
"Awas, bang. Kita mau main." hardik Brandon seraya menyenggol bahu Sadeno. Abangnya Vano itu padahal lagi nonton TV dengan TENANG, tapi tiba-tiba aja sekawanan domba tersesat itu datang dan mengganggu ketenangannya.
Sadeno berdecak. "Ini rumah gue ya, anying. Kenapa lo ngusir gue?!"
"Kita mau main PS, banggg. Ayolah ngalah lo, kan lo lebih tua dari kita." jawab Hagara. Sadeno hendak membalas ucapan laki-laki bertubuh tinggi itu namun langsung dihalangi oleh sang adik.
"Udah, bang. Ngalah aja. Lo debat sama mereka gak bakal selesai." Vano memberi kode pada Sadeno untuk pindah ke kamar. Sadeno mendengus dan memilih untuk mengalah.
Setelah kepergian Sadeno, sahabat-sahabatnya Vano kembali berulah. Mereka duduk berdempetan di long sofa dengan Brandon yang sedang memilih permainan.
"Lek, geseran elahhh. Lo kan gak main."
"Ini I already mentok, Jangge. Adanya lo yang pindah aja ke bawah."
"HAGARA KENTUTTT."
"HEH! ENAK AJA TUH MULUT KALO NGOMONG!"
Vano mengacak rambutnya karena pusing mendengar omongan dari empat cowok itu. Ia pun duduk di single sofa lalu memainkan ponselnya, tak lupa ia memasang earphone bluetooth di kedua telinganya. Baru beberapa menit Vano menikmati waktu tenangnya, ia menutup kedua mata saat mendengar Jengga meneriakkan namanya.
Teriakan si Jengga sampe nembus earphone nya.
"VANOOO,"
"APA SIH?!"
"Van, dari tadi Bunda manggilin lo, jir. Budek apa gimana deh lo?" tanya Jengga seraya menoleh sekilas ke Vano karena dirinya masih sibuk menyerang musuh.
Vano menghela napasnya perlahan, beranjak dari posisi duduknya, dan menghampiri sang bunda yang masih di dapur.
"Bunda manggil aku tadi?"
"Iyaaa. Kamu nih kebiasaan banget nyetel lagu pake earphone! Jadi gak denger kan kalo bunda manggil!"
"Maaf, bun. Kenapa manggil aku?"
"Nih. Kasih ke temen-temen kamu. Sekalian botol air dinginnya juga dibawa, ya. Tapi satu-satu aja biar gak jatoh nanti." Bunda menyerahkan satu nampan yang diatasnya ada dua mangkok berisi kue kering buatan Bunda.
Vano berdecak. Decakannya kenceng banget bikin Bunda nyubit lengan dia.
"Males ah, Bun. Emang aku babu mereka apa?!"
"Omongannyaaa. Mereka tuh temen-temen kamu, lagian bunda juga yang nyiapin, kan? Kamu tinggal bawa aja ke ruang tamu. Jangan suka ngeluh-ngeluh gitu, ah. Gak baik."
Vano iyain aja, padahal dalem hati mah ngedumel lagi. Dia akhirnya jalan ke ruang tamu sambil bawa nampan yang dikasih Bunda tadi. Habis itu, dia balik lagi ke dapur buat ngambil tiga botol air dingin di kulkas.
Selesai nyiapin snack dan minuman buat sahabat-sahabatnya, Vano pun mendaratkan bokongnya di single sofa. TAPI baru beberapa menit, Brandon udah manggil namanya.
"Vano, kuenya enak. Ambilin lagi dong."
"Vano, airnya udah abisss. Ambilin yang baru ya."
"Vano, ini kenapa stick PS nya agak aneh ya? Masa warnanya item sih? Kenapa gak ungu?"
"Vano, can I go to the toilet? I harus lewat mana, ya?"
"Van, gue boleh pinjem kertas kosong gak? Gue lupa bawa buku kotretan gue soalnya."
Vano menggeram kesal mendengar panggilan-panggilan dari para sahabatnya itu. Ia mengambil satu bantal sofa dan bersiap untuk melemparnya kearah tiga orang yang asyik bermain PS itu.
Namun ia menahan keinginannya saat pintu rumah terbuka dan menampilkan presensi Ayah beserta kembarannya, Vana.
"Wih level berapa tuh? Kok ayah gak pernah mainin, ya?"
"Level dua puluh lah. Ayah mah cemen main ginian. Taruhan sama papa aja, ayah kalah."
Vano berkacak pinggang melihat keakraban sang ayah dengan para sahabat. Setelah dirasa inilah waktu-waktu ketenangannya karena sudah tidak ada lagi suara-suara cempreng yang memanggilnya, Vano memutuskan pergi ke kamarnya untuk video call bersama sang kekasih.
"Halo?"
"Halo..."
"Muka kamu kenapa kusut banget deh?"
"Itu temen-temenku pada ngelunjak banget jadi orang. Aku ajak main kesini tuh soalnya kafe biasa nya tutup. Eh pas disini, malah nyuruh-nyuruh aku. Salah Bunda nih pernah bilang "anggep aja rumah sendiri." BENERAN DIANGGEP RUMAH SENDIRI ANJIR KESEL AKU."
Hana tertawa diseberang sana, yang membuat Vano langsung mencebikkan bibirnya. Kan, emang harusnya dia gausah cerita ke kekasihnya aja tadi daripada diketawain gini.
Vano dan Hana pun berpindah topik hingga suara Bunda yang ada di lantai bawah itu membuat Vano menutup kedua matanya, kesal.
"VANO, ANTERIN DULU INI KOPINYA KE AYAHMU!!!"
Vano adalah definisi dari anak kedua yang sering dilupakan dan kerap disuruh-suruh oleh anggota keluarganya.
<> • <>
KAMU SEDANG MEMBACA
[✅️] Friendship Struggles | 04line
FanfikceTemenan sama mereka tuh kayak makan buah Strawberry. Agak manis, tapi lebih banyak asamnya alias struggle banget!!! --- Friendship Struggles with: Haruto - May Jungwon - Jihan Jeongwoo - Yoon Alex - J Kyungmin - Jaehee Baekseung - Liz Bahiyyih --- C...