13. Malam keresahan

85 14 1
                                    

"Kaka ngapain disini?"

Kak minho berdiri dan tidak memutuskan pandangannya dariku membuat aku gugup. Entah ini perasaan apa, tetapi hawa di sekitarku seperti terasa mencengkam. Sebenarnya ini ada apa?

"Kenapa kamu ga ngangkat telfon aku?"

Aku meraih ponselku di kantong dan melihat rentetan panggilan tidak terjawab dari kak minho beserta pesan yang muncul di layar kunci. "Aku silent handphonenya sejak siang tadi soalnya klinik ramai banget kak"

"Terus kenapa kamu ga bilang ke aku kalau kamu mau pergi sama dia?"

"Aku gamau ganggu kamu, belakangan ini kamu sibuk buat bikin menu baru cafe. Aku fikir gaada salahnya untuk pergi sebentar tanpa bilang"

"Gaada salahnya katamu? Aku khawatir jisung. Aku khawatir kamu kenapa-kenapa, aku udah ke klinik dan kamu gaada sama sekali disana. Aku hubungin seungmin juga dia bilang kamu udah pulang. Sesulit itu emangnya buat ngabarin aku sebentar??"

Aku menggigit bibir bawahku. Rasanya aku seperti ciut saat mendapati kak minho yang tidak aku kenali. Aku seperti merasa asing dengan laki-laki di hadapanku ini.

"Terus sulit juga bagi kamu buat bales pesan aku beberapa hari ini?"

Kak minho terlihat terkejut mendengar pertanyaanku. "Kenapa kamu jadi bahas itu sih? Aku lagi bahas permasalahan hari ini"

"Kak minho gamau aku ga ngabarin, sedangkan aku juga butuh kabar dari kamu. Aku selalu nunggu setiap kamu kirim aku pesan atau telfon kaya biasanya tapi kamu seakan sibuk sama duniamu sendiri"

"Jisung, oke aku minta maaf perihal itu tapi kamu tau kan aku lagi fokus sama menu baru kue buat cafeku"

"Kalo gitu gaada salahnya aku biarin kamu sibuk dengan urusan kamu dan aku pun sibuk dengan urusanku sendiri"

Minho menghela nafas kesal dan aku tau itu kalau dia sedang berada di puncak emosi. "Gaada salahnya sama sekali tapi kenapa harus pergi ya sama dia sih? Udah aku bilang kalau aku gasuka kamu terlalu ngehabisin waktu sama hyunjin itu"

"Kenapa? Hyunjin teman SMA ku dan dia gaada bedanya sama seungmin kok. Kami gaada apa-apa"

Kak minho berdecak membuat aku menahan tangis yang ingin membeludak keluar saat ini. Aku tidak boleh terlihat lemah karena sifat kak minho yang paling aku benci adalah rasa dominasi sekaligus posesifnya yang terlalu berlebihan. Aku harus melawan sekaligus memberi pengertian untuknya.

"Kamu tau kan dia tuh ada rasa ketertarikan sama kamu"

"Kalo gitu kenapa?"

"Aku ga suka jisung. Aku gamau kamu deket-deket sama dia untuk sekarang dan sampai kapanpun"

Aku tersenyum tipis menatap kearahnya. "Emang kamu siapa aku sampe berani ngelarang kaya gitu?"

"JISUNG!"

Kak minho membentakku membuat aku terkejut. Orang yang selalu memperlakukan aku dengan lembut saat ini seperti berubah menjadi seseorang yang tidak aku kenali.

Aku menangkap kak minho yang linglung atas tindakannya dan mencoba untuk mendekatiku tetapi aku mundur untuk menjauh. Aku enggan berdebat lagi untuk hari ini dengan kondisi yang sama-sama tidak mau mengalah

"Jisung maaf, aku ga bermaksud—"

"Kaka pulang aja deh mending, aku gamau ribut hari ini. Aku juga capek jadi mau istirahat duluan"

"Ji dengerin aku dulu"

Aku berbalik meninggalkan untuk masuk ke dalam rumah yang sepi. Menutup pintu dan membiarkan kak minho yang terus mengetuk pintu sambil mencoba berbicara denganku.

Aku melihat ponselku yang menampilkan panggilan dari kak minho, aku memilih mematikan ya dan membiarkan dia terus berbicara di depan rumahku.

"Jisung aku minta maaf. Please, keluar dulu ya, kita obrolin baik-baik untuk masalah ini. Aku janji gabakal ngebentak kaya tadi, aku kalut jisung"

"Kaka pulang aja ya, aku mau istirahat dan jangan ganggu aku dulu"

Setelah itu aku berjalan menuju kamarku, membiarkan kak minho yang berada di depan sana lalu memilih terdiam di dalam kamar selama beberapa menit sebelum akhirnya aku beranjak ke dalam kamar mandi untuk membasuh diri.

Aku terdiam selama duduk diatas closet. Aku tidak pernah membayangkan kak minho akan berlaku sekasar itu walau hanya membentakku.

Selama ini aku mengenal kak minho yang baik dan penuh perhatian. Kesayangan orang tua dan kakaknya serta seorang laki-laki yang menjadi panutan, bersikap ramah kepada siapapun sekaligus menyukai anak kecil serta hewan-hewan.

Saat ini aku menemukan kak minho yang berbeda. Kak minho dengan sisinya yang lain.




Setelah kejadian malam itu aku selalu menghindari kak minho dan sepertinya kak minho sadar bahwa aku tidak ingin bertemu dengannya. Maka kak minho membiarkanku untuk sendiri dulu dan tidak menghubungiku.

Aku terdiam kelu saat ini di klinik, entah kenapa klinik sedang sepi membuat aku bisa melamun dengan sedih. Melamun karena memikirkan masalah malam itu.

"Lo kenapa sung? Lagi ada masalah?"

Seungmin yang baru pulang sehabis membeli makan siang menatap kearahku yang terduduk lesu saat ini.

Aku menggeleng. "Gapapa kok"

"Gua tau lo lagi ada masalah, muka lo gabisa bohong. Mau cerita sama gua? Siapa tau gua bisa bantu"

Aku kembali menggeleng. "Gapapa seungmin, gua masih bisa ngatasin sendiri kok"

"Yaudah kalo gitu, nanti misalnya butuh bantuan jangan sungkan buat ngomong sama gua ya?"

Aku langsung mengangguk dan membiarkan seungmin berlalu untuk makan siang. Aku dengan nafsu makan yang menghilang memilih untuk melewatkan makan siang dan merenung saja.

Mungkin masalah ini tidak akan aku ceritakan kepada siapapun. Biarkan ini jadi rahasia diriku dengan kak minho saja.

[4] SWEET LEMON • MINSUNGTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang