(heeseung) Tetaplah Bersama

38 7 0
                                    

Usia Gia sekarang sudah 28 tahun, tapi sudah 5 tahun lamanya dia tak menjalin asmara tapi tak ada niat sedikit pun untuk membuka hatinya pada siapa pun. Tentu orang tua akan sngat khawatir oleh kondisi putrinya. Putrinya sudah seperti zombie, mati segan hidup pun tak niat.

Keluarga kecil itu sedang makan malam bersama dengan khidmat. Namun ini akan dilakukan jika ada satu hal penting yang ingin dibicarakan...

"Gia, ibu sama ayah sudah tua. Apa kamu gak ada niatan untuk nikah? "

"ekhmm, ayah ibu.. Kak gia kan baru aja naik jabtan.. Kyknya kalau dia nikah cepat--" pembelaan jungwon sebagai adik gia terhenti kala gia menybat.

"gia mau, tapi gia gk ada semangat buat nyari. Kalau ayah ibu mau bantu gia.. Gia bakal pertimbangkan buat plan kedepannya.."

Gia menjawab dengan tenang dan tersenyum kecil.

Ketiga anggota keluarga gia sebenrnya juga merasakan sedih setiap membahas ini. Tapi kedua orang tuanya terpaksa melepaskan penatnya mengenai ketakutan masa depan putri. Mereka tau apa yang membuat Gia sedih, tapi mereka juga tak ingin hidup Gia hanya beroutar pada hal-hal itu saja, seiringnya waktu. Manusia akan membutuhkan orang yang selalu di sampingnya, saat kecil, muda dan tua. Jungwon juga tak enak dengan obrolan kali ini, ia ingin menenangkan Gia, tapi ia tak akan bisa menyembuhkan luka itu. Jungwon juga mengerti mengapa orang tuanya terpaksa membahas hal ini, memang sudah waktunya. Tapi entah ini baik dijalankan atau tidak, Jungwon berharap Gia tidak merasa hampa kembali dengan ide yang Gia berikan.

.
.
.

Setelah dua bulan pembicaraan itu, kini Gia dihadapkan laki-laki yang beda setahun dengannya. Meskipun laki-laki ini lebih muda dari Gia, tapi mereka tetap terlihat seperti seumuran karena berbeda jjarak tahun yang tak jauh.

Helaan nafas heeseung terdengar di sekitar meja cafe yang mereka berdua tempati. Gia sendiri hanya menatap cangkir kopi dan sekali-kali tersenyum kepada heeseung. Sudah 5 menit lamanya mereka berdua berhadapan tapi tak ada yang memulai percakapan, hingga..

"Gia, denger ya.. Gue gak tau apa yang buat lo sampai sekarang gak ada pasangan buat nikah. Tapi gue gk bisa nikah sama lo. Lo bisa gak bilang ke ortu lo buat batalin ini semua? "

"maaf heeseung, saya gak bisa. Kalau kamu mau mundur dari perjodohan ini. Silahkan, tapi saya tidak akan membantu.. "

Gia membalas begitu tenang, tidak dengan heeseung yang tertekan dengan keadaan sekarang. Gia ingin meminum setegak kopi hitamnya.

"gue gay, apa lo masih pengen ngelanjutin ini? "

Serang heeseung, heeseung gak main-main dengan ucapannya. Gia yang sudah meneguk kopinya meletakkan kembali cangkir dengan tenang. Ia mentap heeseung dengan senyuman kecilnya smbil meremat tangannya dibawah meja.

"makasih udh mau jujur di awal waktu, soal itu.."

Gia terdiam sebentar dan berkata

"saya tidk keberatan dengan masalah kamu heeseung. Tanpa cinta pun yang dibutuhkn hanya seseorang yang ada di sampingnya dalam kondisi apa pun. "

Heeseung tecengang dengan balasan gia, bagaimana orang ini bisa setenang itu.

"justru karena tanpa cinta, pernikahan bisa gagal gia. Lo mau gue selingkuh di belakang lo? Dan suami lo bakal selingkuh dengan sesama gendernya? "

Gia tersenyum kembali dan mencoba mengerti keadaan, walaupu ia sama-sama tertekan.

"it's ok, saya sudah terbiasa disingkirkan.. "

Heeseung tersenyum miring, menurutnya Gia sangat berkata pelik.

"lo.. "

"gimana pun lo bilang gpp, yang lo hadapin nanti hanya sebuah kehampaan. Lo bilang lo butuh orang di samping lo kan? Dan gue bukan orangnya.. "

One Shoot || Cerpen Enhypen Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang