27. Be quiet

3.3K 179 3
                                    

And seperti biasa, selalu berantakan, wkwk.

...



Beberapa hari ini masyarakat dihebohkan dengan berita pembunuhan sadis yang terjadi disebuah gang kecil, lokasinya dekat dengan keramaian kota.

Tidak ada motif yang ditemukan, tidak ada petunjuk jejak pelaku, dan bahkan bukti yang dikumpulkan pun sangat sedikit. Polisi dan tim keamanan kesusahan mencari, mereka seakan buntu.

Memang benar-benar misterius.

Kondisi tubuh korban menjadi pusat dari kasus ini. Sekitar dua puluh bekas tusukan pisau, hampir setengah dari tubuhnya dikuliti hingga memperlihatkan bagian tulang, serta alat vital dan tangan kanan yang telah terpotong.

Pada punggung korban, ada sebuah kalimat yang sepertinya di ukir menggunakan pisau, berisi "aphrodite."

Dewi cinta? Atas alasan cintakah hingga sang pelaku melakukan hal keji seperti ini?

Pertanyaan yang terus muncul di benak orang-orang.

Karena kejadian itu, warga-warga sekitar menjadi was-was keluar pada malam hari. Bahkan ada yang memilih pindah tempat ke daerah lain karena tidak tahan akan teror itu. Kini saat malam daerah sekitaran gang menjadi sangat sepi.

Dan untuk Han Jisung sendiri, tentu saja ia merasa sangat ketakutan. Kos tempat ia tinggal tidak terlalu jauh dari lokasi kejadian, justru ia sering melewati gang itu untuk mencapai tempat tinggalnya.

Andaikan saja sahabatnya- Lee Minho, tidak berinisiatif mengantarkan pulang setiap hari menggunakan mobil, Han yakin ia tidak akan pulang ke rumahnya.

Seperti sekarang ini.

"Apakah kau yakin ingin mengantarku pulang setiap hari?" Tanya Jisung.

Mobil Minho sudah terparkir sempurna dipinggir jalan, menunggu Jisung untuk keluar. Namun pria jelmaan tupai itu sepertinya belum ada niat untuk beranjak.

Minho yang pada dasarnya bersifat acuh tak acuh, menaikkan sebelah alis, menjawab dengan singkat, "memangnya kau berani?"

Sedikit kesal entah kenapa dirasa Jisung. Minho seperti meledeknya. Pria itu selain sangat dingin, lontaran kalimat yang keluar dari mulutnya juga sangat pedas.

"Yah tidak ingin munafik. Tentu saja aku tidak menolak untuk diantar pulang olehmu setiap hari. Hanya saja aku khawatir aku menjadi beban bagimu karena hal ini." Jisung tersenyum kecut. Ia memang penakut, dan sadar diri sebenarnya ia adalah beban bagi Minho, walaupun pria Lee itu selalu membantah.

Minho tersenyum mengejek, "tidak masalah. Lagipula dengan tinggi tubuh seperti itu kau belum melewati kriteria beban bagiku."

"SUDAH KU BILANG JANGAN SINGGUNG TENTANG TINGGIKU BRENGSEK!" Jisung memukul Minho disampingnya bertubi-tubi.

Minho dengan mudah menahan wajah Jisung dan sedikit mendorong agar jarak mereka berkurang. Walaupun beberapa kali kepalan tangan Jisung mengenai tubuhnya dan terasa sakit, Minho tidak merasa terganggu.

"Sudah, hentikan. Malam semakin larut, lebih baik kau cepat masuk kedalam rumah. Setelah masuk jangan lupa periksa pintu dan jendela." Ucap Minho yang sudah lama dihafal oleh Jisung.

Jisung memutar mata malas.
"Apakah kau tidak bosan mengatakan kalimat itu setiap malam? Come on, aku juga bukan perempuan yang di incar-incar oleh laki-laki mesum disekitar."

Jisung bergerak dan keluar dari mobil.

"Yah, itu terserahmu saja mau berhenti mengatakannya atau tidak."

Our Obsession | BlTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang