─┈─
Suara derit ranjang yang keras, alas yang sudah kusut serta basah karena cairan kental putih, dan suara desahan bercampur tangisan menjadi pengiring suasana kamar.
Jangan lupakan dengan beberapa kondom telah terpakai dan baju yang berserakan.
"Aagh! Ahh! J-Johnny a-aku lelah. K-kumohon berhenti." Ten mendongak. Matanya terlihat sangat sembab, dengan pipi yang masih dialiri oleh air mata.
"I haven't cum yet, baby." Bisik Johnny. Tangannya tak tinggal diam, bergerak menuju puting Ten dan memilinnya. Lidahnya menyusuri telinga, kemudian leher jenjang Ten, tidak lupa memberikan gigitan-gigitan kecil yang ia tinggalkan disana hingga akhirnya membekas.
"Ung Aah! Ngghh please John stop-- euk ahhn!" Tubuh Ten nampak bergetar.
"Yeah baby. Shh, tighten more." Johnny mengabaikan permohonan pria mungil dibawahnya.
Kedua tangan Ten mencengkram sprei ranjang. Berusaha mengalihkan rasa sakit bercampur nikmat yang ia benci disana, sekaligus menahan tubuhnya dari gerakan kasar Johnny.
Entah sudah berapa lama ia terus-menerus digempur oleh milik Johnny setelah bangun dari pingsannya.
Rasanya sehari tanpa tangisan akibat perlakuan pria ini tidaklah normal. Air mata kembali keluar, saat membayangkan tubuh dan hidupnya sudah hancur tak tersisa.
Beralih dari puting, tangan Johnny turun kemudian mengurut penis Ten. Menaik turunkan tangannya membuat Ten semakin bergetar, tanda ia akan keluar.
"Ngh c-cumming." Gumam Ten dengan terbata.
"I think i'm about to cum too."
"Ngh--ahh!"
Ten, ia semakin merasa benci ketika rasa nikmat terasa, desahannya yang keluar lebih karena Johnny yang menarik kedua tangannya hingga milik pria itu masuk lebih dalam, serta cairan hangat yang mengisi lubangnya hingga meleber keluar.
Tubuhnya total jatuh, tidak mampu untuk menopang lagi. Total abai; saat melihat pria Suh itu membalikkan tubuhnya menjadi telentang.
Matanya sudah sangat berat untuk dibuka, dan wajahnya pun terasa hangat.
"Kau semakin indah saat rona merah ini menghiasi wajahmu." Johnny membelai wajah Ten lembut.
"Indah. Sangat indah. Ten ku yang cantik. Dan hanya aku yang memiliknya." Gumaman yang terus-menerus terdengar.
"J-Johnny, eukh th-that's hurt." Suara Ten terdengar sangat serak bahkan hampir tidak terdengar. Ia tersadar karena Johnny yang mencengkeram kuat lehernya.
Johnny yang mendengar akhirnya berhenti kemudian beranjak dari ranjang.
Ten membiarkan Johnny yang sudah memakai celana mengangkat tubuhnya menuju kamar mandi.
Memasukkan Ia pada bathub yang sudah terisi air hangat. Tersenyum miris. Pria bajingan ini ternyata sudah menyiapkan air hangat sebelumnya.
Dalam suasana diam, dengan Ten yang mati rasa dan wajah Johnny yang bahagia, memandikan Ten dengan sabar dan penuh kelembutan.
Mengangkat badan Ten, kemudian menumpukan pada lengan kiri miliknya dan lagi tangan kanannya yang bekerja.
Jari-jari itu masuk kedalam hole kemerahan Ten. Menusuknya lebih dalam membersihkan sisa-sisa sperma. Tentu saja ia mengambil kesempatan ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Our Obsession | Bl
Fanfic[ First story ] Mereka tersembunyi. Berada di sekelilingmu, Bahkan di dekatmu. Berbaur dengan baik. Siasat yang cerdik. Rencana nan apik. Dan senyum yang tersembunyi di balik topengnya yang cantik. Berhati-hatilah. Mereka ada hanya untuk satu alasan...