Warn!
Chp pendek.─┈─
Sosok rupawan itu kini tertidur dibalik selimut tebal yang membungkus erat dirinya, menghangatkan tubuh disaat dinginnya malam menyerang.
Tetapi Elio sepertinya mengalami mimpi buruk. Terlihat raut wajah yang tak nyaman, tubuh berkeringat dingin dan rasa gelisah yang membuat tubuhnya tidak tenang.
"Elio, wake up. It's time."
Sosok itu kembali. Ia telah mengawasi tawanannya sejak tadi, dan akhirnya ia muncul dari kegelapan, naik ke atas ranjang, merangkak ke arah Elio, mengurungnya dalam rengkuhannya.
Elio yang perlahan sadar dari tidurnya, merasakan elusan lembut dipipinya beberapa kali, sebelum akhirnya jatuh pada bibirnya.
Dia mengangkat Elio. Untuk menopang tubuh si manis, tangannya beralih kembali ke belakang leher Elio.
Selimut tebal telah hilang, tidak lagi menutupi tubuh Elio yang memakai piyama longgar. Memudahkan makhluk itu merengkuh pinggangnya.
Elusan lembut ia rasakan disana, yang semakin lama semakin naik hingga akhirnya baju piyama terlepas. Menyisakan celananya yang masih terpasang.
Tetapi bahkan setelah itu terjadi, Elio tetap belum bisa membuka matanya disaat kesadarannya telah pulih sepenuhnya.
Makhluk itu masih belum mengizinkannya. Total menguasai seluruh tubuh dan jiwa Elio.
"Ngh-" Elio mendesah. Rangsangan tanpa henti di pinggang dan punggungnya terus terasa. Belum lagi kecupan-kecupan halus disekitar lehernya yang menambah hasrat ditubuhnya.
"Call me by my name, Elio."
Mata Elio mengerjap sebelum akhirnya dengan jelas terbuka. Sosok itu memberi izin.
Elio melihat lagi secara jelas, sepasang mata merah tepat didepannya dengan jarak yang lebih dekat.
"Call me by my name, Elio." Suara serak itu kembali terdengar, sarat akan perintah yang mutlak.
Elio sedikit bergetar. Bukan rasa takut, tapi rangsangan terus menerus yang ia terima membuatnya tidak tahan.
"Luxone."
"More."
"Mh- Gregory L-luxone-- ah."
Tangan Elio merengkuh tubuh didepannya. Luxone, nama sosok yang kini merengkuhnya, nampak memperlihatkan wujud aslinya.
Iblis berwajah menawan yang mengundang dosa.
Tubuh Luxone hampir dua kali lebih besar daripada Elio. Ia nampak mungil dihadapan Luxone.
Luxone menggunakan kedua jari tengah dan telunjuk yang kasar untuk menerobos lubang senggama Elio, memberi penetrasi dan persiapan agar miliknya lebih mudah masuk nanti.
Namun, Elio sudah terlihat kesakitan karena hal itu. Gerakan jari Luxone yang liar sampai Elio mengeluarkan air mata.
"It hurts. L-luxone please--ah! It hurts-hiks." Rintih Elio.
Luxone dengan paksa membalikkan tubuh Elio hingga menjadi telentang, mengeluarkan jarinya dari lubang bunga Elio dan tanpa persiapan yang lebih lagi, ia segera memasukkan miliknya dengan keras.
Elio memekik. Air matanya terus keluar karena rasa sakit yang seakan dapat membelah tubuhnya menjadi dua.
Luxone tidak mempedulikan hal itu. Ia bergerak maju mundur dengan cepat seakan mengeluarkan hampir semua kekuatannya untuk mencapai puncak kesenangan yang ia inginkan.
Kedua tangan Luxone menarik kedua tangan Elio dari belakang. Gerakan yang mengakibatkan penis Luxone semakin masuk lebih dalam.
Keringat memenuhi tubuh, ranjang nampak kusut dan terlihat cairan warna merah disana, suara penyatuan dan desahan intim berkali-kali terdengar.
Luxone mengangkat Elio, memposisikan pria manis itu dipangkuannya.
"Aah! Ah-hah--ngh please slowly! Oh-"
Walaupun sakit luar biasa, pada akhirnya Elio merasakan rasa asing yang candu. Titik nikmat yang terus-menerus ditekan membuat desahannya menjadi tak tertahan.
Luxone mendekap erat Elio. Tanpa menghentikan gerakan kasarnya, pria itu menghisap dan menggigit hampir seluruh bagian leher dan bahu Elio.
Ketika puncak kenikmatan dirasa akan datang, Luxone justru semakin menekan tubuh Elio.
Mereka keluar bersama. Cairan putih kental Elio mengenai ranjang, sedangkan milik Luxone penuh didalam anal Elio.
Elio yang sudah tidak kuat seketika pingsan. Tubuhnya tidak dapat menahan kekerasan Luxone dalam bersetubuh.
Sedangkan Luxone nampak tertawa. Kelihatan sangat puas.
Penisnya tidak sedikitpun ia lepaskan dari lubang Elio yang kini kemerahan dan berdarah.
"Benih didalam perutmu kini kelak akan tumbuh menjadi anakku. Kita akan terus bersama selamanya, Elio. Tidak akan ku lepaskan sedikitpun genggamanku pada jiwa dan ragamu, tidak akan."
Gumam Luxone yang terdengar mengerikan di tengah gelapnya malam.
Tbc
I'm back. Hehe.
Up kali ini menurut gw kurang banget, apalagi feel obsessnya.
Sorry buat yg nunggu lamaa.
Maaf, malam ini gw emang udh up, tpi nggak sesuai janji yg gw kasih. Malam ini cuma satu chp aja dulu. Badan lagi ngk enakan, jdi triple up untuk malam ini batal karena gw ngk sempat ngetik.
Besok, gw double up langsung. Dan gw usahain jdi sixple up. Dapet bonus triple up krn mau buat shortstory yang baru.
Jadii, makasih banget bagi reader gw yg masih setia nunggu sampai sekarang.
Se u tomorrow♡
KAMU SEDANG MEMBACA
Our Obsession | Bl
Fanfic[ First story ] Mereka tersembunyi. Berada di sekelilingmu, Bahkan di dekatmu. Berbaur dengan baik. Siasat yang cerdik. Rencana nan apik. Dan senyum yang tersembunyi di balik topengnya yang cantik. Berhati-hatilah. Mereka ada hanya untuk satu alasan...