[29] After One Month

28 14 20
                                    

"An?" panggil gue kepada perempuan berkemeja ungu. Perempuan itu tengah duduk di depan kantin kampus.

"Hei!" Menyadari kehadiran gue, perempuan itu menyapa dan berlari menghampiri gue.

"Nggak nyangka ketemu di sini, ya?" ucap Anya dengan wajah sumringah.

Dalam hati kecil gue 'palsu'

"Iya, lo ada urusan apa?" tanya gue penasaran.

"Gue abis ngurus pendaftaran. Gue mau kuliah di sini," jawab Anya sambil memperlihatkan berkas di dalam map.

Rasanya aneh jika gue bersikap seperti ini kepada Anya. Apakah gue perlu menjauh, menjambak, atau mengatakan kalau gue kecewa. Gue dibuat kalut dengan pikiran gue sendiri.

"Kalo lo, Rey?" tanya balik Anya..

"Rey!" teriak laki-laki dari belakang gue.

"Anya," ucap Krey setelah berdiri di samping gue.

"Hei, how are you?" tanya Anya kepada Krey.

"Fine, and you?" tanya balik Krey.

"Im very fine," jawab Anya tersenyum lebar.

"Dalam rangka apa ini kalian di sini?" tanya Anya.

"Nganter Krey," jawab gue, tiba-tiba canggung. "Oh iya, gue ke toilet dulu ya," lanjut gue kemudian berlalu dari Krey dan Anya.

"Tahu toiletnya gak, Rey?!" teriak Krey. Gue 'tak perduli, 'tak menghiraukannya.

Bodoh 'kan gue, ya iyalah. Ngapain juga gue pergi dari mereka berdua. Toilet adalah alasan gue untuk dapat pergi meninggalkan mereka dan kini gue 'tak punya pilihan lain selain terus berjalan tanpa arah.

Di dekat masjid kampus, gue menghentikan langkah kaki. Di seberang jalan terlihat seseorang yang gue kenal tengah berdiri sambil membawa banyak buku di tangannya. Dia kemudian berjalan setelah berdiri sekitar 10 menitan.

Dia berdiri di depan halte bus, tanpa sadar gue telah mengikutinya sampai keluar kampus dan kini berdiri sekitar 50 meter di belakangnya.

Setelah kembali menunggu sekitar 15 menit sebuah motor menghampirinya dan berhenti. Dia adalah Anca dan Angga.

Deg deg deg.

Deg-deg, deg-deg, deg-deg.

Jantung gue berdetak cepat. Sesak mulai terasa dan menjalar ke tenggorokan. Bingung, rasanya sakit kali ini berbeda dari biasanya. Seperti begitu mencekik di dada dan tenggorokan. Beberapakali gue memegang dada dan tenggorokan tanpa sadar terkadang gue menekannya.

"Rey," ucap seseorang sambil menggenggam lengan gue.

Pandang gue mulai kabur, setelah itu dunia terlihat gelap. Mungkin akhirnya gue 'tak sadarkan diri.

"Rey?"

Wajah-wajah yang sangat gue kenali sedang berdiri mengelilingi brankar. Begitu bangun gue merasakan nyeri di tangan kanan, setelah tahu ada selang di atas perut gue tahu jika rasa ngilunya berasal dari tangan gue yang diinfus.

 My Long Feeling [Selesai]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang