[Cerita ini masih memiliki banyak kekurangan. So, I really need your suggestions and criticisms.]
✨Selamat Membaca✨
→|||←
“Makasih udah rusakin motor Regan, Mi.”
Karena motornya rusak, Regan jadi bisa pulang bersama Alika.
Setelah mengatakan itu, Regan langsung berjalan menuju lift untuk naik ke kamarnya yang berada di lantai tiga, meninggalkan Mira yang masih berusaha mencerna ucapan putra kesayangannya itu.
——
Alika memandangi rumah yang sudah ia tinggali selama 16 tahun lamanya. Rumah yang pada awalnya menjadi tempat ternyaman baginya. Tempat dimana dirinya ingin menghabiskan waktu seumur hidupnya. Namun, semua berubah.
Semenjak Ibundanya meninggal dunia, suasana rumah yang dulunya dipenuhi kebahagiaan, kini hanya terisi suara bentakan dan tamparan. Kadang pula menjadi saksi dimana Alika menjadi sosok yang lemah.
Gadis itu enggan untuk kembali, namun ia juga tak memiliki tempat lain untuk ia jadikan rumah kedua.
Nino? Apa yang bisa Alika harapkan dari Bajingan itu? Jika bukan karena ia merasa tak enak pada orangtua Nino yang begitu menyayanginya, sudah lama ia mencampakkan cowok itu.
“Alika pulang,” ujarnya, meski sebenarnya tak ada yang memperdulikannya.
“Alika ... Darimana aja, Nak? Kenapa baru pulang? Mama khawatir banget sama Alika.”
Kecuali manusia tidak tau diri ini tentunya.
Elena, ibu tirinya yang kemunculannya menjadi penyebab utama kepergian Ibunya.
“Penting buat Anda tau?”
Plak!
“GAK SOPAN KAMU BERSIKAP KAYAK GITU SAMA ORANGTUA!”
Alika memejamkan matanya, merasakan sensasi perih dan panas yang menjalar di area pipinya. Ia memberanikan diri menatap sosok yang berani menamparnya.
“Orangtua? Memang Alika masih punya orangtua? Bukannya Alika cuman anak yatim piatu yang dipungut yah?”
“ALIKA!!” bentak sang Ayah—Leonardo Freinherg Nugraha.
“Gak ada sopan-sopannya yah sama Mama gue,” ujar seseorang dari arah tangga.
Alika melirik ke arah dimana suara itu berasal. Dari jarak yang tak terlalu jauh, Alika tentu mendengar ucapan cowok yang berdiri sembari bersedekap dada di ujung tangga tersebut.
Tak memperdulikannya, Alika kini melirik Elena yang menatapnya khawatir.
“Alika ... Alika gak ap—”
“Gak usah terkesan peduli. Anda dan anak Anda, gak lebih dari sekedar orang asing disini.”
Leonard menatap Alika. “Cukup, Alika. Sekarang Papa tanya ke kamu, darimana aja? Hah? Nino sampai hubungin Mama dan Papa buat nyariin kamu. Bisa gak sih gak nyusahin Nino sekali aja?”
Alika mendecih pelan. “Bilang sama dia, gak usah so' peduliin Alika. Kemarin aja dia lebih milih anter jemput Viza daripada tunangannya sendiri.”
“Alika, harusnya kamu yang ngalah dong sama Viza, kamu juga harus ngertiin Nino. Papa gak mau tau, besok kamu—”
“Sekali lagi Papa berani ngatur-ngatur Alika, Alika gak akan segan-segan buat mutusin pertunangan Alika dan cowok bajingan itu,” ucap Alika sembari berjalan menuju kamarnya dengan menggunakan lift, mengabaikan kemarahan sang Ayah juga tatapan sinis dari Ervian Elstra Nugraha—Kakak tirinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
ALIKA [ON GOING]
Novela Juvenil[HOPE YOU LIKE THIS STORY] "Kita itu cewek, kuadratnya itu dikejar bukan mengejar." - Alika Alika itu cantik, namun kelakuannya kadang bikin geleng-geleng kepala. Kadang polos, kadang frontal, kadang galak dan kadang pula agresif. Tidak ada yang bis...