[Cerita ini masih memiliki banyak kekurangan. So, I really need your suggestions and criticisms.]
✨Selamat Membaca✨
→|||←
Deg!
“Temen?” beo Regan tanpa sadar yang langsung diangguki oleh Alika.
“Gue udah nganggep lo temen gue sendiri. Jadi jangan cuekin dan jauhin gue, ya? Kalo gue bikin salah, bilang aja. Jangan kayak tadi pagi,” mohon Alika, gadis itu bahkan sudah menggenggam tangan Regan.
Cowok itu melirik tangannya yang digenggam oleh Alika, kemudian tersenyum miris.
“Kenapa rasanya sakit gini, ya? Padahal Alika cuman jujur,” batin Regan.
****
“Leon mau ngomong apa sama Sisil? Buruan, Sisil gak punya banyak waktu,” ujar gadis itu. Ia hanya menatap lurus kedepan, benar-benar enggan menatap Leon yang duduk disampingnya.
“Aku mau minta maaf soal—”
“Kalau cuman mau bahas tentang Viza lagi, mending kita gak usah saling bicara,” potong Sisil cepat. Gadis itu segera beranjak dari kursi yang didudukinya.
Baru beberapa langkah, tiba-tiba ia merasakan sesuatu tengah memeluknya dari belakang, pelukan itu terasa begitu erat.
“Sil, please dengerin aku dulu. Aku tau aku salah, tapi tolong kasih aku waktu satu menit aja buat jelasin semuanya,” mohon Leon, cowok itu semakin mengeratkan pelukannya.
Terdiam sebentar, Sisil akhirnya menghela napas kemudian menyingkirkan tangan Leon yang memeluknya. Gadis itu kemudian berbalik menatap mantan kekasihnya tersebut.
“Oke, satu menit. Lewat dari itu, Sisil gak mau dengerin Leon lagi,” ucapnya yang langsung diangguki oleh Leon. Setidaknya Leon masih diberi kesempatan untuk menjelaskan kejadian sebenarnya.
“Ini semua cuman salah paham. Jadi, kemarin aku bener-bener gak tau kalau kamu masih di sekolah. Sebelum nganter Viza, aku tanya dulu ke dia. Katanya dia liat kamu udah pulang. Abis itu dia bilang kalo Nino nyuruh aku buat nganterin dia karena Nino harus pulang bareng sama Alika. Aku cuman ngerasa kasian sama dia makanya aku anterin. Abis itu aku langsung ke rumah kamu 'kan?”
Mengabaikan ucapan Leon, Sisil langsung menatap jam tangannya. “Satu menit. Waktunya udah habis,” jelas Sisil, gadis itu berbalik hendak melangkah pergi, mengabaikan Leon yang kini sudah mengepalkan tangannya.
“Berani lo ninggalin area ini, gue pastiin besok lo udah gak perawan,” ujar Leon penuh penekanan yang berhasil membuat Sisil menghentikan langkahnya.
Deg!
Leon baru saja mengancamnya? Dengan tubuh sedikit gemetar, gadis itu berbalik guna menatap Leon langsung. Begitu ia sudah sepenuhnya berbalik, dapat ia lihat Leon menyeringai ke arahnya.
Apakah dia benar-benar Leon-nya? Selama berpacaran, Leon tak pernah menunjukkan ekspresi itu kepadanya.
“Kenapa berhenti ngelangkah, Sayang? Bukannya bagus, ya kalo aku unboxing? Biar kamu sepenuhnya jadi milik aku, Leonal Dirganta,” ucap cowok itu kemudian tersenyum lebar, namun terlihat begitu menyeramkan bagi Sisil.
Sisil melangkah mundur saat Leon berjalan mendekatinya. Mata gadis itu sudah berkaca-kaca. Ia benar-benar takut pada sosok Leon sekarang ini.
Bruk!
Saking gemetarnya, Sisil terjatuh. Tubuhnya terasa lemas, namun ia tetap berusaha untuk menjauh dengan meringsuk mundur, mengabaikan rok-nya yang akan kotor bila bergesekan dengan rumput hijau yang menjadi alas di taman tersebut.
KAMU SEDANG MEMBACA
ALIKA [ON GOING]
Teen Fiction[HOPE YOU LIKE THIS STORY] "Kita itu cewek, kuadratnya itu dikejar bukan mengejar." - Alika Alika itu cantik, namun kelakuannya kadang bikin geleng-geleng kepala. Kadang polos, kadang frontal, kadang galak dan kadang pula agresif. Tidak ada yang bis...