Chapter 8

1K 83 0
                                    


Hari demi hari berlalu, Ran, Masumi dan Sonoko yang sudah lulus SMA akhirnya melanjutkan kuliah ke universitas Tokyo. Masumi mengambil jurusan psikologi kriminal, Sonoko mengambil jurusan manajemen bisnis sementara Ran mengambil keperawatan.

Masumi masih terus ditemani Roh Shinichi dalam setiap investigasi kasus serta diskusi bersama Shiho, yang semakin lama semakin bingung karena sepupunya ini memakai trik-trik yang sama dengan Shinichi. Ia bagai melihat Shinichi di ekspresi wajah Masumi.

Setiap akhir pekan Masumi dan Shiho makan malam bersama Yukiko dan Profesor Agasa di rumah Keluarga Kudo. Roh Shinichi lega melihat keadaan orang tuanya baik-baik saja, namun ia rindu sekali untuk makan dan berkumpul bersama mereka. Entah sudah berapa kali ia mencoba masuk kembali ke tubuhya, tapi masih belum berhasil. Roh Shinichi tidak tahu kenapa, padahal ia sudah banyak memecahkan kasus bersama Masumi, ia tidak mengerti apa yang salah. Roh Angie yang senior pun juga tidak tahu jawabannya.

"Mungkin ada sebuah password, kau harus cari sendiri, karena aku juga tidak tahu," kata Roh Angie suatu hari.

Suatu siang, sebelum jam kerjanya dimulai, Shiho mengunjungi kamar Shinichi yang sudah dipindah ke ruang perawatan biasa, bukan di ICU lagi. Alat monitor jantung dan infus masih terpasang, begitu juga dengan selang oksigen. Sesekali perawat mengubah posisi tubuhnya, agar tidak terjadi cedera.

Roh Shinichi melihat Shiho melirik arlojinya sebelum berkata sambil tersenyum, "sudah waktunya berganti posisi, miring dulu ya Kudo-Kun,"

Perlahan tapi terampil, Shiho memiringkan tubuh Shinichi ke arah kiri.

"Kau kan kerja malam, siang harusnya tidur, untuk apa mengurusiku terus Shiho," gumam Roh Shinichi bosan. Ia tidak mengekori Masumi hari ini, karena Masumi sedang ujian di kampus.

"Ran-San sudah jarang menjengukmu, tapi kuharap kau tidak menyalahkannya. Ia kan sekarang sudah kuliah, jadi pastinya agak sibuk," hibur Shiho.

"Ya, aku tahu itu, aku mengerti kok," sahut Roh Shinichi.

"Hmmm... kulit dan bibirmu kering. Aku pakaikan lipbalm dan lotion ya,"

"Tidak usah repot-repot Shihoooo..." pinta Roh Shinichi putus asa.

Shiho mengambil lipbalm dan lotion dari tasnya. Ia mengoleskan lipbalm di bibir Shinichi yang kering. Kemudian mengusapkan body lotion ke lengan Shinichi. Shiho melakukannya sambil terus berbicara.

"Yukiko-San menitipkanmu padaku, karena ia harus menemani Kudo-San ke Amerika selama seminggu, lalu dia juga tahu, Ran-San sedang tidak bisa sering-sering datang karena sibuk kuliah, jadi aku harus mengawasimu lebih ketat,

"Oh ya, pelaku yang kemarin mencoba membunuhmu sudah tertangkap. Kau ingat kasus Shiragami? Dia yang mengoperasi wajahnya agar mirip denganmu. Setelah bebas dari penjara, dia ingin balas dendam padamu. Bukannya hidup baru, malah menambah daftar kejahatan. Jadinya dia harus dipenjara lagi,"

"Ya, aku lihat sendiri kok penyelesaian kasusnya. Tak usah kau ceritakan lagi Shiho," Roh Shinichi menguap.

"Nah, sudah glowing dan tidak kering lagi," kata Shiho sambil kembali membetulkan selimut Shinichi.

"Terima kasih. Aku pasti tetap tampan setelah sadar nanti karena kau yang mengurusku," sahut Roh Shinichi.

"Kau ingin apa Kudo-Kun? Apa yang biasa Ran-San lakukan kalau mengurusmu di siang hari?"

"Hanya cerita-cerita tentang masa lalu kami sewaktu kecil, lalu cerita tentang makanan enak atau kafe-kafe baru yang ia ingin aku kunjungi setelah aku sadar nanti," jelas Roh Shinichi yang tetap sia-sia karena Shiho tidak bisa mendengarnya.

"Hmmm apa kau mau kubacakan cerita misteri? Aku baru saja beli novel baru lho. Judulnya 'Surat Kematian' karangan Zhou Haohui,"

Roh Shinichi melongo, "serius Shiho?! Waduh aku mau donk! Belum pernah baca itu!"

"Aku punya cukup banyak waktu, aku bacakan sebentar ya," Shiho meraih tasnya lagi untuk mengambil novel tersebut

"Asik! Kau memang partner terbaik Shiho!" Roh Shinichi langsung mengambil posisi duduk bersila di atas ranjang, di atas tubuhnya sendiri seraya bertopang dagu penuh minat untuk mendengarkan Shiho membaca.

Shiho membuka novel 'Surat Kematian' dan mulai membaca.

Awalnya Roh Shinichi mendengarkan dengan baik, tapi lama-kelamaan ia tak lagi menyimak cerita itu. Ia justru lebih fokus pada suara Shiho yang merdu. Shiho membaca pelan-pelan dan sabar. Ekspresinya juga seperti ekspresi seorang ibu yang sedang mendongeng untuk anaknya. Lambat-lambat Roh Shinichi jadi malu sendiri. Shiho yang biasa ia kenal adalah Haibara Ai yang sukanya marah-marah. Nyaris tidak pernah terlihat lembut seperti ini. Roh Shinichi tidak mengerti kenapa dia bisa sedingin itu? Padahal ternyata kalau senyum, Shiho terlihat jauh lebih cantik.

"Arigatou Shiho... Ran tak pernah suka cerita misteri jadi dia tak pernah bacakan novel misteri untukku. Kau ternyata lebih mengerti..." ucap Roh Shinichi.

Shiho terus membaca sampai hari menjelang sore. Ia mengembalikan posisi Shinichi dalam keadaan lurus lagi.

"Aku jadi ikut penasaran deh dengan ceritanya. Tapi biar adil, kulanjutkan besok saja biar kau juga sekalian dengar. Aku harus balik mess dulu karena jam kerjaku sudah mau dimulai, tapi tenang saja, tetap ada suster yang mengecek kondisimu setiap beberapa waktu sekali," ujar Shiho sambil merapikan selimut Shinichi kembali.

"Aku akan mengecekmu lagi tengah malam usai jam kerja," kata Shiho lembut dan terdorong nalurinya, ia memberi kecupan ringan di pelipis Shinichi.

Wajah Roh Shinichi merah padam melihatnya, "ya ampun, dia menciumku?! Si Mata Setan Mengantuk itu menciumku?!" ia menyembunyikan wajahnya di bantal sofa. Hal yang sebenarnya tidak perlu karena toh Shiho juga tidak bisa melihatnya.

"Sampai nanti," ucap Shiho sebelum keluar dari kamar.

Roh Shinichi tertegun, "ternyata sebagai roh pun aku masih punya jantung ya? Rasanya kok berdebar-debar..."

Devil Beside YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang