Setelah siuman, Shinichi masih seperti bayi besar yang harus diurusi. Pelan-pelan akhirnya dia sudah bisa menelan bubur yang sangat cair. Yukiko dan Shiho sendiri yang sabar menyuapinya bergantian. Dia masih belum bisa bicara, seluruh anggota tubuhnya juga masih sulit digerakkan. Sejumlah tim terapis dikerahkan untuk melatih saraf-saraf motorik pada otot lengan Shinichi.
"Iya begitu, pelan-pelan saja supaya tidak tersedak, aku akan menunggu..." gumam Shiho saat menyuapi Shinichi dengan bubur blender menggunakan sendok kecil.
Shinichi tampak mengulumya dulu di rongga mulut sebelum menelannya.
Shiho terlihat lega melihat Shinichi menelan semakin lancar, ia pun menyuapinya lagi. Setelah suapan ke lima, Shinichi mengeluarkan gumaman protes.
"Sudah? Satu lagi ya?" bujuk Shiho.
Shinichi merengut.
"Hai hai... Aku tidak akan memaksa kalau kau tak mau, minum obat saja ya," Shiho meletakkan peralatan makannya dan membantu meminumkan Shinichi tablet super kecil menggunakan sedotan.
Tiba-tiba Yukiko datang bersama Masumi.
"Wah, Shin-Chan baru selesai makan ya," kata Yukiko seraya mengecup kening putra kesayangannya.
"Eh, dia sudah semakin lancar menelan," ujar Shiho.
Shinichi perlahan menoleh memandang ibunya penuh arti. Yukiko yang mengerti tatapan itu kemudian bertanya, "kenapa Shin-Chan? Kau mau apa?"
Shinichi membuka mulutnya, berusaha untuk bicara, "R-R-Ran..."
Shiho dan Yukiko saling pandang. Sementara Masumi tampak jengkel.
"Anooo... Shinichi..." Yukiko berusaha untuk menjelaskan.
Masumi yang tidak sabaran langsung celetuk, "hei! Kau lupa apa kalau Ran itu sudah..."
Shiho buru-buru menyumpal mulut sepupunya dengan telapak tangannya, "Anooo Kudo-Kun, Ran-San sedang melanjutkan studinya ke Jerman, jadi tidak bisa langsung pulang. Tapi kami sudah memberitahu kondisimu, dia akan pulang saat libur musim panas nanti,"
"Shiho!" desis Masumi.
Shiho memelototinya dengan galak.
"Eh benar-benar Shinichi!" Yukiko ikut menimpali setelah mendapatkan inspirasi dari Shiho, "Ran-Chan sedang studi di Jerman, karena itu Shin-Chan harus cepat sembuh sebelum dia pulang, oke?"
Shinichi mengangguk menggunakan kedipan matanya.
Masumi manyun, dasar setan begundal pembohong...
"Eh ano... kau mau apa Kudo-Kun? Mau kubacakan cerita misteri?" tawar Shiho untuk mencairkan kecanggungan.
Shinichi menggerakkan kepalanya sedikit, menggeleng.
"Eh tumben. Lalu kau mau apa?" tanya Shiho lagi.
"G-G-Gme..." ucap Shinichi susah payah.
"Game? Kau mau main game di handphone?"
Shinichi mengangguk sedikit.
"Baiklah," Shiho mengeluarkan handphonenya.
"Memang bisa?" tanya Masumi.
"Mungkin masih kaku, tapi main game baik juga untuk melatih saraf-sarafnya," kata Shiho sambil mencari-cari permainan di HP nya, "main onet mau?"
Shinichi mengangguk lagi.
"Hai..." Shiho meletakkan handphonenya di meja yang biasa digunakan untuk makan.
Butuh sekuat tenaga bagi Shinichi untuk mengulurkan telunjuknya.
"Aku bantu ya," Shiho menangkup tangan dan telunjuk Shinichi, seperti mengajari anak-anak menulis. Lalu membimbingnya memilih gambar-gambar yang sama di permainan onet.
Yukiko tampak senang melihatnya, ia bersyukur ada wanita secerdas dan sesabar Shiho di sisi Shinichi. Sementara Masumi hanya mendengus dalam hati.
Kita lihat apakah pikiran bawah sadarmu bisa dipercaya... batin Masumi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Devil Beside You
FanfictionNew FF, sengaja upload di jam kerja biar gak berat loadingnya. Karena biasa Pipi Tembam baru upload Prologue udah diserbu unduh sama para readers jadi berat buat upload chapter berikutnya huhuhu... Cerita FF ini terinspirasi dari film Ghost jaman ba...