08 - Cemburu?

62 4 1
                                    

Happy reading....
***

Kedua bola mata Putri membulat begitu dia bertanya pada suaminya si penelpon yang diberi nama San di kontak ponselnya.

"Aku terima dulu panggilannya ya. Nanti aku jelaskan." Suaminya hendak mengelus pipi Putri, tapi dia segera membuang wajahnya ke sembarang arah.

Tatapan Putri menatap lurus ke luar jendela, sedangkan suaminya segera berpindah tempat menjauhkan diri sekedar untuk menerima panggilan dari seseorang.

"Baru saja beberapa hari nikah udah kayak gini. Hebatnya kamu mau bawa aku pergi dari rumah Tante. Biar apa? Biar aku jauh dari mereka dan terus menderita gitu?" Putri ngedumel. Hal itu membuat suaminya merasa tidak nyaman jika harus tetap berbincang dengan seseorang di ponselnya dalam keadaan istrinya marah besar kepadanya.

"Ada apa, San?" tanya Firdaus. Mendengar itu membuat Putri segera menoleh, tapi dia kembali mengalihkan pandangannya ke posisi sebelumnya begitu suaminya melirik ke arahnya. Tipe istri sepertinya tergolong ke dalam orang gengsian.

Selang beberapa saat, suaminya mendekat Putri sembari mengarahkan layar ponselnya ke arah sang istri.

"Dia mau bicara sama kamu."

Istrinya masih saja tetap diam, sepertinya dia merasa nyaman memandangi ke arah luar jendela yang tampaknya menenangkan karena ada banyaknya pepohonan rindang di sana. Faisal dan Ziyah memang rajin bercocok tanam, hingga membuat rumahnya sudah seperti taman karena dihiasi oleh berbagai macam tanaman.

Mendengar pernyataan dari Firdaus, membuat Putri berpikiran ke arah hal-hal yang tidak seharusnya dipikirkan olehnya. Dia berasumsi jika orang di sebrang sana ingin bertemu dengannya karena tahu jika dia kini istri sah dari kekasihnya.

Yang dipikirkan saat ini juga oleh Putri, jika suaminya itu sepertinya sudah berpunya kala keduanya dijodohkan. Kalau saja tahu jadinya begini, dia akan menolak perjodohan tersebut.

"Ngapain dia mau ketemu aku? Minta izin sama istri sahnya karena ingin teleponan sama kamu?" tanya Putri dengan ketus.

"Apa sih maksud kamu, Put? Kalau kamu tetap enggak lihat dia, mana bisa kamu percaya kalau sebenarnya San itu sahabatku." Firdaus mengatakannya dengan suara pelan, dia berusaha untuk membujuk sang istri agar bisa berhadapan dengan orang yang bersangkutan meski lewat video call.

"Mana mungkin kamu dan dia sahabatan, Suami? Enggak ada yang namanya perempuan sama lelaki itu sahabatan, Suami." Putri benar-benar kesal, kali ini dia menoleh ke arah suaminya yang tengah memijat pelipisnya.

Sahabatnya tergelak begitu mendengar percakapan keduanya. "Hai, adek manis."

Mendengar sapaan itu membuat Firdaus membuka kedua matanya selebar mungkin, dia melotot ke arahnya tampak marah.

Putri pula kini mengarahkan pandangannya ke arah layar canggih yang berada dalam genggaman suaminya.

"Eh, kok kumisan sama ada jenggotnya sih, Suami?" ucap Putri polos.

Mendapati komentar seperti itu membuat sahabat suaminya tergerak untuk memegangi kumisnya yang memang lumayan tebal serta janggutnya sudah mulai memanjang.

"Kan perempuan yang ada kumis sama janggutnya, Sayang." Firdaus mengusap lembut puncak kepala istrinya.

"Heh, Fir. Enak aja! Aku pria tulen. Sudah punya istri dan anak pula." Lelaki itu pula tergelak saat mengatakannya.

"Halo, Om San." Putri melambaikan tangannya ke arah sahabat suaminya. Dia pula segera meresponnya sembari tersenyum senang.

"Kalau gitu udah dulu ya, San. Lagi pengin berduaan sama istri nih." Firdaus tergelak saat mengatakan hal tersebut.

"Iya tahu deh namanya juga pengantin baru. Cuman mau bilang maaf sekali lagi sih karena enggak bisa datang ke acara nikahan kamu Fir. Soalnya nih istri enggak bisa ditinggal. Sorry ya. Kado buat kalian berdua nanti dikirim kok, tenang aja." Pria itu menyunggingkan bibirnya membentuk lengkungan senyuman sebelum dirinya mengakhiri panggilan dengan sahabatnya.

Firdaus menatap istrinya dengan tatapan penuh cinta dan kasih sayang. Lalu, sudut bibirnya tertarik ke atas membentuk senyuman begitu sangat manis sekali bagai gulali yang seringkali diperjualkan di beberapa tempat yang dapat terjangkau oleh banyak anak-anak.

"Dia namanya Santoso, cuman sering dipanggil San. Bukan Sandra, Santi atau kata kamu Sanem itu bukan."

"Kenapa namanya Santoso ya, Suami? Bukan Sentosa?" tanya Putri dengan begitu polos.

Suaminya menggaruk tengkuk yang tidak gatal. "Kalau soal itu tanyain aja ke mamaknya kenapa enggak dinamain Sentosa Sejahtera."

Putri pun tergelak mendengar perkataan suaminya. Dia anggap itu lucu, padahal dirinya yang jauh lebih menggemaskan dengan sikap polosnya.

"Kamu cemburu ya?" tebak Firdaus, dia pula mengarahkan jari telunjuknya pada sang istri yang kini membulatkan kedua matanya seolah terkejut dengan apa yang dikatakan oleh suaminya.

Dengan cepat Putri menggeleng seolah meyakinkan suaminya jika pertanyaan itu tidak benar.

"Apaan sih, Suami?" tanya Putri mendengus kesal.

"Kamu kira aku teleponan sama perempuan?" tanya Firdaus menggoda.

"Ya takutnya kamu tuh kayak lelaki di sinetron ikan terbang teleponan sama perempuan." Putri sesekali melirik beberapa film yang Ziyah tonton. Tantenya terbiasa menonton seorang istri yang disakiti atau pula dikhianati oleh suaminya karena bermain di belakangnya bercumbu dengan perempuan lain. Makanya, dia berpikiran seperti itu sebelumnya.

"Itu artinya kamu cemburu." Firdaus menjawil dagu sang istri dengan gemas.

"Enggak ada kata cemburu ya, Suami." Putri mendengus kesal, dia benar-benar merasa sebal terhadap lelaki di depannya.

"Hilih kok gitu sih?" tanya Firdaus, menatapnya dengan kesal.

"Ya enggak ada aja. Cuman kalau semisalnya Suami teleponan sama cewek beneran, aku marah."

"Nah, itu artinya cemburu." Firdaus tergelak begitu menyadari tingkah istrinya yang sangat menggemaskan.

"Bukan. Aku marah sebagai istri." Tatapannya kali ini begitu sangat tajam, nyaris menusuk jantung Firdaus sampai terdalam.

Ketukan pintu terdengar dari luar kamarnya. Hal itu membuat keduanya saling berpandangan beberapa saat.

"Uti, ada Adit tuh di luar katanya pengin ketemu kamu."

Mendengar hal itu membuat Putri tersenyum sumringah. Akan tetapi, dia justru mengerucutkan bibirnya seolah merasa kesal.

Dia hendak pergi, membuka pintu kamarnya, tapi justru suaminya segera mencekal pergelangan tangannya dengan sangat kuat.

"Saya cemburu." Firdaus mengatakannya dengan sangat tegas dan lugas. Putri menatapnya dengan tatapan lembut.

***
Jangan lupa follow, komen dan vote.

Ig: fidyputrii

PASUTRI BUCIN AKUT (On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang