06 - Definisi Bulan Madu Menurut Putri

101 6 1
                                    

Happy Reading! Follow aku yaw biar tambah semangat nulis cerita bengeknya😭

***
"Yeay, tendanya udah jadi!"

Putri bertepuk tangan saking bahagianya, bahkan dari raut wajahnya saja terlihat begitu antusias saat dirinya masuk ke dalam tenda setelah selesai dibuat suaminya.

Merasa bahagia juga, Firdaus mengusap lembut puncak kepala sang istri, aduh bikin salting saja deh.

"Gimana senang?" tanya Firdaus, sudut bibirnya tertarik ke atas membentuk senyuman yang merekah, sangat manis sekali. Kalau dibandingkan dengan harumanis, sepertinya jauh lebih manis lelaki berperawakan jangkung itu.

"Senang dong, Suami." Putri jingkrak-jingkrak sudah mirip seperti anak balita yang dibelikan balon atau permen lollipop.

"Untung saja dulu saya pembina
pramuka, makanya bisa buat tenda." Firdaus membanggakan dirinya karena dia berhasil membuat istrinya tersenyum bahagia.

"Emang Uti nanya ya, Suami?" Kedua matanya menatap ke arah Firdaus dengan wajah bingung.

Untung saja Firdaus tipe orang yang sabar, dia menggaruk tengkuknya yang tidak gatal sembari menghela napas panjang. Semoga saja dia bisa menjalani hari-harinya dengan mulus tanpa adanya rasa kesal pada sang istri.

Firdaus menggeleng pelan, tapi dia tetap tersenyum memperlihatkan rasa bahagianya.

"Kamu lapar enggak, Sayang?" tanya Firdaus, menatapnya dengan tatapan lembut. Duh, senyam-senyum sendiri penulisnya juga. Pasti pembaca juga sama, ketawa Mbak Kunti deh pasti.

"Siapa, Suami?" tanya Putri menatapnya dengan tatapan tajam. Bahkan kedua matanya juga tampak memerah. Dia rasa beberapa menit kemudian juga bulir bening yang menggenang di sana akan meluncur begitu saja.

Pertanyaan tersebut masih dicerna oleh suaminya, karena dia benar-benar tidak mengerti dengan apa yang ditanyakan oleh Putri. Maksudnya apa nih anak? Begitu pikirnya.

"Sayang itu siapa?" tanya Putri dengan nada tinggi.

Entah ingin kesal, marah, menangis, tapi Firdaus benar-benar tidak kuasa untuk menahan tawanya lagi yang nyaris membludak begitu saja.

Dia justru memanggil kata 'sayang' hanya tertuju untuk istrinya. Siapa lagi jika bukan padanya.

Firdaus hendak memegangi kedua bahunya, tapi dengan cepat Putri menjauhkan dirinya. "Jangan pegang-pegang! Jawab dulu si Sayang itu siapa, Suami?"

"Apaan sih kamu. Baru saja satu hari nikah masa udah marah-marah, hm?" tanya Firdaus dengan lembut.

"Sayang itu siapa? Nama aku kan Putri bukan sayang! Kamu salah sebut ih!" ucapnya, mendengus sebal.

Kenapa Putri marah? Apa dia takut jika suaminya punya selingkuhan? Apa dia mulai cemburu?

"Sayang itu kamu, istriku." Firdaus mencubit hidung Putri dengan gemas. Hal itu pun membuat istrinya segera melepaskan diri darinya.

"Aku?" tanyanya.

"Iya. Siapa lagi dong? Kamu kira emang siapa? Kamu takut aku punya yang lain? Kamu cemburu ya?" tanya Firdaus sembari terkekeh pelan.

"Enak aja! Nama aku Putri bukan Sayang. Kata Tante sama Paman, orang tuaku kasih nama itu karena bagi mereka Uti adalah seorang Putri di keluarga." Wanita itu menerangkannya dengan ceria, bahkan dia begitu senang sekali berbagi cerita pada suaminya.

Melihat istrinya berbicara justru hal itu membuat Firdaus tersenyum. Entah kenapa, dia merasa senang sekali setiap kali Putri mengutarakan sesuatu padanya, dia gemas dan sangat polos.

PASUTRI BUCIN AKUT (On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang