.
.
.
ʘ ̄³ ̄ʘ"Dia bilang suka sama gue Ji." Gue lagi ngeliatin tim basket yang lagi latihan.
"Kalo dia suka sama lo kenapa dia malah ngajak Nancy pacaran? Di depan umum loh tadi." Kata Jihoon agak ketus.
"Ya mana gue tau." Ucap gue pusing.
"Mending lo pacaran sama gue." Gue pun menoleh ke arah Jihoon. "Sebagai balas dendam aja." Lanjutnya.
"Gue bukan tipikal orang yang suka bales dendam."
"Yaudah bantuin gue bales dendam."
"Lo—?."
"Gue suka sama saudara tiri lo." Ucap Jihoon berbohong, jelas jelas dia suka sama orang yang sedang duduk di sampingnya.
"Lo beneran suka sama saudara tiri gue? Nancy?!." Tanya gue memastikan.
Jihoon mengangguk. "Iya gue suka Nancy. Kenapa? Aneh ya?."
"Gak lo gak aneh, gue cuma kaget aja karna selama ini kan lo jarang nunjukin kalo lo suka sama dia."
"Dulu gue satu smp sama dia." Kata Jihoon. "Siapa si yang gak suka sama Nancy? Dia cantik tanpa cacat sedikit pun." Omongan Jihoon bener, Nancy bener bener perempuan dengan paras sempurna jadi jangan salahkan Renjun jika dia bisa berubah pikiran secepat itu.
"Jadi gimana?." Tanya Jihoon.
"Gimana apanya?."
"Balas dendam nya."
"Nggak. Gue gamau."
"Ayolah, sekali kali bantuin gue Je."
"Yaudah iya."
"Dih beneran?." Tanya Jihoon kaget.
"Sebenernya gue males, but it's okey. Lo udah sering bantu gue juga kan?."
"Jadi sekarang lu jadi pacar gue kan?." Tanya Jihoon.
"Heem. Cuma pura pura kan?."
"Iya iya."
"Gitu ceritanya To."
"Hahahaha."
"Kenapa ketawa? Gaada yang lucu To." Ucap gue kepada Haruto yang sedang nyetir.
"Abisnya lo polos bangat jadi orang."
"Polos apanya? Gue cuma ga enak aja kalo nolak, secara Jihoon kan udah sering anter gue pulang."
"Lo liat aja nanti akhirnya gimana."
"Wah jangan jangan lo berdua ngerjain gue ya?!." Tuduh gue sambil mencubit pinggang Haruto.
"Eh eh aduh sakit Je. Kalau jatuh gimana?!.'' omel Haruto.
"Salah lo"
"Beli es krim yuk? Kan besok gue harus pergi olimpiade. Jadi kita gak ketemu selama 3 hari." Tawar Haruto sambil berhenti di depan warung es krim.
Gue duduk di bangku yang tersedia di depan warung es krimnya. Gak lama Haruto bawa 2 es krimnya.
"Nih." Haruto memberi 1 es krim rasa vanilla. "Pokoknya lo harus sehat sehat." Kata Haruto.
"Emang selama ini gue penyakitan?." Sewot gue.
"Bukan gitu. Maksud gue tuh lo jaga diri, jangan lupa makan dan lain lain yang bisa bikin lo sakit Je."
"Lo juga disana harus jaga diri. Lo harus menang, awas gak menang." Gue manatap tajam ke arah Haruto.
"Kalo gue menang lo harus kasih gue surprise." Kata Haruto.
"Gak."
"Harus lah. Pokoknya bikin surprise yang bisa bikin gue kaget."
"Gamau gue. Lagian lo kan kalo menang pasti dapet hadiah."
"Hadiah dari orang lain sama lo itu beda. Gue mau dari lo, Jenara." Ucap Haruto dengan penuh penekanan. "Pokoknya lo harus janji." Haruto langsung menyodorkan jari kelingking ke depan muka gue.
"Gak bisa janji." Tolak gue.
"Harus." Haruto mengambil tangan gue lalu mengaitkan kelingking gue ke kelingking dia. "Udah janji gaboleh ingkar lo je." Ancam Haruto dengan nada meledek.
°°°
Malamnya gue bantuin Haruto prepare buat berangkat besok, tapi gue lebih ke ngeliatin doang si, karna gue gatau barang barang apa yang bakal Haruto bawa.
"Je, kenapa rasanya gue bakal kangen bangat sama lo ya?." Kata Haruto sambil menghentikan aktivitas nya.
"Alay deh. Lo cuma pergi 3 hari doang, lagian cuma beda kota, bukan beda negara." Kata gue. Sejujurnya gue juga pasti bakal kangen sama Haruto, tapi gue gamau bikin dia khawatir, dia harus fokus sama lombanya.
"Perasaan gue kayak ada yang ngeganjel."
"Apaan sih, lo alay beneran tau gak?." Akhirnya gue turun dari kasur lalu duduk di samping Haruto. "Denger gue, lo cuma harus fokus sama lomba, setelah itu pulang ke rumah kasih tau ke gue sama bunda kalo tim lo itu menang. Gausah mikirin gue."
"Lo mending nginep disini aja selama gue gak ada." Suruh Haruto.
"Hei. Lo mau bunda sama mamah gue berantem hebat lagi? Lo kayak gatau mamah gue aja, To."
"Gue gak tenang kalo lo tinggal dirumah lo pas lagi gak ada gue, Je. Gue tau betul tante Tiara gimana, dia bakal lukain lo lagi." Gue liat Haruto khawatir bangat sama gue.
"Lo tenang aja. Dari kemarin mamah gak pulang, mungkin dia ada urusan." Ujar gue meyakinkan Haruto.
"Atau gue mengundurkan diri aja ya?." Gue kaget kenapa Haruto bisa mutusin keputusan yang gak sama sekali gue suka.
"Haruto lo apa apaan sih?! Denger ya, gue gamau jadi penghalang cita cita lo, lo harus inget dimana lo dan tim lo latihan setiap sore, semuanya udah di depan mata. Lo harus buat bangga gue dan bunda."
Gue harus bisa mastiin ke Haruto kalo gue baik baik aja pas dia pergi. "Lagian ada Jihoon, dia pasti bakal nemenin gue pas lo gaada, To." Kata gue.
Haruto natap gue. "Gue bakal balik secepatnya. Dan gue gak akan bikin lo sama bunda kecewa."
"Ini gue berasa mau ldr sama pacar." Canda gue mencairkan suasana
"Enak aja. Pacar lo kan Jihoon." Kata Haruto meledek gue.
Gue cubit pahanya Haruto. "Tadi aja lebay, sekarang udah bisa ngeledek?."
"Loh bener kan gue? Tadi lo yang cerita sendiri."
"Kan cuma pura pura to!" Kesal gue.
"Yaudah gue doain biar official beneran, no pek pek dah."
"Emang dasarnya lo tuh ngeselin bangat!."
To be continue...
"Jangan lupa tinggalkan jejak"
KAMU SEDANG MEMBACA
Luka || PARK JIHOON✔️
Short Story"Gue udah bahagia karna dihadirkan sosok Jihoon dan Haruto di hidup gue." Rank: 🥈#wptreasure {30/03/23}