lembar 14

482 49 18
                                    

.
.
.
ʘ ̄³ ̄ʘ

"Gue bakal bantu lo dapetin hak lo Je."

Gue berontak melepas pelukan itu. Jihoon? Sejak kapan dia ada disini? Apa dia dengar semua obrolan gue dan Renjun?

"Lo nguping?."

"Maaf. Gue mau jengukin lo dan ga sengaja denger percakapan lo dan Renjun."

"Lo gak sopan." Ucap gue sambil meninggalkan Jihoon.

"Tunggu Je." Tahan Jihoon.

"Apalagi? Kenapa lo selalu ikut campur?."

"Lo yang selalu memaksa gue untuk ikut campur Je. Gue gabisa diem aja disaat lo kesakitan." Katanya.

"Lo suka sama gue? Lo gapernah suka kan sama Nancy? Nancy yang suka sama lo." Desak gue. Sebenernya gue tau dari lama, karna waktu Haruto keceplosan, walau gak nyebutin semua namanya tapi gue yakin kalo itu Jihoon. (Ada di lembar 2)

"Bagus kalo lo udah tau, gue jadi gak susah jelasin ke lo."

"Lupain gue."

"Gabisa Je. Lo pemeran utama di hidup gue."

"Gue cuma orang lain di hidup lo. Lo gabisa jadiin orang lain sebagai pemeran utama di hidup lo." Kata gue. "Lupain gue." Ucap Jena dengan penuh penekanan.

"Lo gaakan sia siain penantian gue selama 2 tahun kan Je?." Ucap Jihoon sedikit berteriak.

Malam ini adalah malam yang harus dibayar oleh seseorang yang telah menghancurkan masa depan Jena. Kalau ada yang harus pergi, Nancy lah orangnya.

"Lo harus bayar semua perbuatan lo."

"Oh, jadi lo udah tau siapa dalangnya?." Bukannya merasa takut, dia malah semakin menantang Jena.

"Segila itu lo atas kasih sayang bokap gue?."

"Sebenernya gue gak akan sejauh ini kalau Jihoon gak suka sama lo. Gue yang lebih dulu kenal Jihoon, tapi kenapa dia malah suka sama lo?! GUE SUKA SAMA JIHOON SEJAK MASIH SMP ASAL LO TAU!."

"Terus apa masalahnya sama gue? Bukannya lo yang lebih milih nerima Renjun sebagai pacar lo?."

"Itu cuma kerja sama antara gue sama ketos bodoh itu. Dia tau kalau lo suka sama dia, jadi dia sengaja jadiin gue pacarnya supaya lo cemburu. Siapa suruh nyokap lo nikah sama bokapnya."

"Bukannya lo yang bayar bokapnya supaya nikahin nyokap gue? Dia lagi butuh uang banyak untuk nyelamatin perusahaan nya kan?."

"Sejauh mana lo tau tentang semuanya?." Tanya Nancy sambil tersenyum.

"Sejauh tindakan lo." Ucap Jena penuh penekanan.

"Terus sekarang lo mau apa?." Tanya Nancy.

"Serahin diri lo ke polisi." Ucap Jena sambil menatap lekat lekat lawan bicaranya.

"Gue lebih baik mati dari pada harus nyerahin diri."

"Oke, gue bakal bawa lo menuju neraka." Seru Jena.

"Lo orang baik Je. Lo gamungkin nyelakain gue." Ucap Nancy dengan santai.

Lantas Jena mengeluarkan sebuah pistol yang ia beli kemarin malam. "Gue akan kabulin permintaan lo. Kurang baik apa gue sama lo?."

Nancy meneguk salivanya. Jena tidak benar benar ingin membunuhnya kan?. "L-lo?." Tanya Nancy gugup.

"Kenapa? Ini kan permintaan lo." Jena mengangkat pistolnya dan membidik tepat di dada kanan milik Nancy.

"Lo jangan macem macem, nyokap gue lagi dalam perjalanan kesini. Dan setelah dia sampai lo bakal habis ditangannya." Ucap Nancy.

"Sebelum gue habis, lo yang habis ditangan gue."

Luka || PARK JIHOON✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang