Aku tidak tahu kenapa aku tiba-tiba tertawa
Mengusap wajah, terbahak
Lantas terisak setelahnyaAku tidak tahu mengapa lengkung senyum yang mencipta itu berubah menjadi rengekan anak dua belas tahun
Aku tak tahu bagaimana bisanya riak di mataku ini tidak mau berhenti,
Padahal aku telah menahannya sekuat tenaga
Dengan lantai-lantai yang mengkilap di permukaan-permukaan pipiku, kulitkuMengapa semuanya jadi terlihat sulit? Mengapa mendung tak kunjung sudi beranjak dari tubuhku yang pengap ini
Supaya lega, dan selesaMengapa ia masih disini? Menemaniku sambil tertawa-tawa, sedikit aneh
Tapi rupanya ia memang sedang mengejek
Mengejekku yang suka tiba-tiba tertawa, lalu mencekiknya sekuat tenaga
Masih dengan tawa di bibirku,
Bedanya, kini ada yang mengalir dari kedua pelupuk mataku
Ya, setidaknya aku masih bisa menangis, menertawakan Tuhan
Menertawakan diriku
Menertawakan semuanya yang telah ku lihat
Tiba-tiba, semuanya menjadi lucu
Aneh
Ini aneh, TuhanMengapa kau biarkan ia masih di sini?
Mengapa kau diam saja?
Entahlah, mungkin Tuhan sedang lelah dan terlalu malas membalas pesankuMungkin ia tahu, mendung maksudku, bahwa disini adalah tempat terbaik
Bahwa di luar sana tak ada lagi yang menginginkannya
Mereka terlanjur memaki, menginjak, bahkan meludahiAku tak tahu mengapa,
Masih ku biarkan ia bertengger disini, walau terkadang aku mencekiknya
Sedang dia tidak perduli
Menatapku dengan senyum semanis madu
Sembari tangannya mencabik dadaku
Lalu
Diam seperti ituBy : A T