Song of Love part 18

339 46 5
                                    







Tuan besar Kim Jiyong melebarkan matanya saat mendapati siapa yang baru saja bertamu ke ruangan kerjanya. Sama sekali tak menyangka jika pemuda ini bernyali luar biasa untuk menemuinya, bahkan hingga ke tempat yang bisa saja membuatnya celaka dengan mudah.

"Selamat siang, tuan." Sapa Taeyong, pemuda tadi sambil sedikit merunduk, bibirnya tersenyum ramah, tak gentar dengan wajah getas dan siap meledak milik Kim Jiyong. Apapun yang akan terjadi akan dihadapi seperti tekatnya. Tak akan menyia-nyiakan bantuan Yuta untuk dapat masuk dengan mudah ke perusahaan besar ini.

"Mau apa kamu?!" nada keras langsung meluncur dari pria berwajah tegas penuh wibawa itu.

"Maaf jika saya lancang, tapi ini bentuk kesungguhan saya, untuk putri anda."

"Keluar kamu! Saya tetap tak akan mengijinkan!"

"Bisa saya berbicara sedikit saja, setelah itu, terserah anda akan melakukan apapun pada saya, bahkan kalau anda ingin membunuh saya, saya tidak akan melawan."

Jiyong terhenyak. Pemuda yang ada di hadapannya ini benar-benar berbeda dengan ayahnya yang sampai saat ini tak pernah bisa ia maafkan. Taeyong berjiwa besar, seorang gentleman. Ia teringat putrinya yang sampai saat ini masih dalam keadaan baik-baik saja dan ada di dekatnya, walaupun ia tahu pasti dengan mudah Taeyong bisa membawa lari Jisoo kapanpun karena Jisoo benar-benar mencintai Taeyong, namun hal itu tak pernah dilakukan.

"Saya tahu pasti jika tuan Kim Jiyong adalah orang yang bijak dan baik, buktinya anda tak pernah membunuh saya dengan segala kekurangajaran saya, bahkan ayah saya anda biarkan hidup." Ucap Taeyong tenang. Waktu yang ia lalui selama ini mengajarkannya jika api hanya akan padam oleh air.

Ada magnet dari perkataan Taeyong yang membuat Jiyong menoleh. Senyum itu, tatapan mata sayu itu benar-benar mengingatkannya pada sesorang, merasakan jika Yoona, perempuan yang pernah amat sangat ia cintai itu hidup dalam diri anak ini. Walaupun sedetik kemudian emosi itu kembali memuncak saat setiap lekukan tegas wajah Taeyong benar-benar mirip dengan mantan sahabat karibnya.

"Saya tahu benar apa yang anda rasakan dulu, dan mengapa anda begitu membenci ayah saya pun dapat saya mengerti." Taeyong memulai monolognya setelah melihat wajah keras Jiyong melunak. "Saya merasakannya." Ucap Taeyong, suaranya sedikit bergetar, ada emosi yang mulai bergejolak.

"Kalau akhirnya Jaejoong bisa bersatu dengan Sandara, tidak dengan saya dan Yoona!"

Terdengar suara gebrakan meja cukup keras mengimbangi suara bentakan Jiyong, luapan emosi dari cinta yang tak bisa, dan tak akan pernah bisa menyatu.

"Saya masih mencintainya." Lanjutnya lirih.

"Sama seperti saya mencintai putri anda."

Taeyong tahu hanya cara ini yang mampu ia gunakan untuk bisa membuat cintanya dan Jisoo menyatu tanpa pertentangan. Luka yang sama, penanggungan yang sama dengan ayah gadis yang ia cintai.

"Dan saya rasa, hingga saat terakhirnya pun, mama masih menyimpan rasa untuk anda."

Taeyong mengangsurkan sebuah buku harian berwarna ungu muda ke hadapan lawan bicaranya. buku harian sang bunda yang ia dapatkan dari ayahnya tempo hari. Rahasia perasaan seorang wanita yang tak mampu berbuat apapun kecuali mengikuti apa yang sudah ditentukan, tak mampu lagi melawannya.

"Saya rasa itu hak anda. Itu tulisan mama."

Ruangan besar itu mendadak sunyi, hanya terdengar bunyi seretan kertas mulai usang yang dibaca Jiyong. Taeyong hanya bisa memperhatikan setiap perubahan mimik Kim Jiyong dari seberang meja, tersenyum, kembali datar, marah, tegang, bahkan hingga ada air mata yang turun.

Song Of Love [Taeyong X Jisoo]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang