Part 19 - A Friend's Concern

1.1K 74 0
                                    

“Kepedulian sahabat sering menjengkelkan, tetapi itulah tanda sebuah kasih sayang.”

***

Sehabis tidur siang, sekarang Faiz menepati ucapannya untuk mengajak Nisa berkeliling kampusnya. Ya, istrinya itu masuk di universitas yang sama dengan Faiz.

“Kamu verifikasi berkas di mana? Hall Seodarto? Biasanya di sana buat anak soshum[1].”

Nisa membuka ponselnya lebih dulu sebelum menjawab.

“Ya, di Hall. Tapi, besok baru tes kesehatan sih di rumah sakit kampus.”

“Oh ya, ada tes kesehatan juga. RS kampus itu sebelah fakultas kita. Gedung yang tadi.”

Walaupun Nisa tidak ingat karena tidak memperhatikan jalan, dia tetap mengangguk. Lagi pula, jika tidak diantar Faiz, dia akan bersama sahabat-sahabatnya.

“Besok Kakak sibuk?”

“Sesibuk apapun, tetep aku anter, Dear. Sekalian nanti berangkat kerja. Kamu tinggal siapin berkas yang perlu dibawa.”

“Berkasnya ada di rumahku. Tapi, aku udah minta tolong Rikha buat ngambilin. Jadi, nanti bisa temenin aku ketemu dia di butik?”

“Oke.”

Mereka lalu melanjutkan tour kampusnya. Saat Faiz menunjukkan nama-nama tempat di dekat gedung dekanat, seseorang menegurnya dari arah belakang.

“Whoah, siapa nih yang dateng ke kampus pas libur padahal bilangnya sibuk? Pake acara gandeng cewek cantik lagi. Maba ya?”

Belum sampai pertanyaan itu dijawab, datang seorang perempuan dengan jas almamater yang langsung menyapanya juga.

“Hei, Faiz … ngapain lu ke sini? Tahu besok udah mulai proses verif jadi sengaja dateng buat lihat dedek emes ya? Atau jangan-jangan lu kangen gue? Duh, emang ya … pesona gue …” katanya dengan percaya diri. Lalu, saat dia melihat Nisa, dia terkejut.

“Loh, eh, ini bukannya Nisa ya? Gimana kabar lu, Dek? Keterima di sini?” tanyanya.

Nisa memaksakan senyum sebelum menjawab. Karena tidak lain dan tidak bukan perempuan cantik dengan dandanan modis di depannya adalah Lyana.

“Iya. Kak Lyana juga kuliah di fakultas ini? Satu jurusan sama Kak Faiz?”

“Iya, dong. Dia kan pindah ke sini karena mau bareng sama gue terus.” 

Jawaban Lyana membuat Nisa menggertakkan gigi.

Faiz yang menyadari ekspresi tidak enak Nisa segera menyahut.

“Sembarangan! Lu kali yang nempel-nempel gue minta diajarin soal Sbm supaya bisa masuk sini karena gebetan lu mahasiswa sini juga.”

“Ya deh, iya. Lu emang yang paling tahu soal gue,” jawab Lyana seadanya. Dia lalu mendekati Nisa.

Btw, lu tahu gak, mantan lu yang br*ngsek ini punya cewek dan kabarnya mau nikah, tapi diem-diem.”

Faiz mengepalkan tangannya mendengar Lyana yang dengan tidak sopannya berbicara seperti itu. Dia lantas menarik tangan Nisa untuk mendekat padanya.

“Kalau mau komporin orang, cari tahu dulu yang bener. Emang lu tahu siapa yang mau gue nikahin?”

“Ya siapa lagi? Paling-paling cewek kalem yang sering kamu jemput di UIN sebelah itu?”

“Heh, sotoy! Bukan dia, tapi Nisa. Kita udah nikah seminggu lalu.”

“Hah? What the f*ck!”

Fazahra AkmilaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang