Part 9 - Abandoned Wedding

1.4K 90 2
                                    

“Tidak ada yang baik-baik saja dari pembatalan pernikahan, tetapi menahan seseorang untuk bersama, padahal tidak memiliki rasa bukanlah cinta, melainkan keegoisan.”

***


Pagi hari ini, Syifa sudah terbangun walau masih pucat dan tak bertenaga. Sementara itu, Kyai Said sudah mengumpulkan orang-orang karena katanya ada yang ingin wanita itu utarakan.

Memang, anak kesayangan, pikir Nisa. Padahal abah bukan ayah kandung Syifa, tapi beliau begitu menyayanginya. Yah, tidak seperti seseorang. Bathin Nisa teringat dengan ayahnya.

“Gimana perasaan kamu, Ning? Apa ada yang sakit? Kamu ingat kita semua siapa kan?”

Kyai Said memulai pembicaraan setelah beberapa menit hening.

Syifa mengangguk pelan. Senyum paksa dia sunggingkan.

Nggeh, Bah. Kepala dalem[1] masih agak berat, tapi gak papa. Dalem bakal berusaha cepet sehat.”

Bu Nyai Saidah mengelus lengannya penuh kasih.

“Gak usah buru-buru ... Umi bakal ngerawat kamu.”

Matur suwun, Mi.”

Dalam satu tarikan, Bu Nyai Saidah memeluk Syifa dan mencium keningnya. Setelah itu beliau memundurkan diri dan Kyai Said memulai pembicaraan yang sebenarnya.

“Ning, Abah sebelumnya minta maaf nggeh karena Faiz kamu jadi kayak gini. Abah bener-bener minta maaf. Abah tahu, Faiz punya hubungan dengan perempuan saat dia masih sekolah, tapi Abah gak menyangka mereka sampai berbuat kayak gini. Kamu pasti syok kan ngelihat foto kemarin?”

Syifa menunduk sebentar sebelum kembali memberikan senyuman.

Ngapunten[2], Bah … bohong kalau dalem bilang gak kaget, tapi apa yang dalem lakukan juga salah. Seharusnya dalem gak ceroboh sampai nyelakain diri sendiri kayak gini. Maaf, maafin dalem. Ini bukan salah Abah atau Gus Faiz. Cuma dalem sendiri yang terlalu baper dan kekanakan,” ujarnya pelan dengan mata yang kini berkaca.

Nisa yang melihatnya hanya mendecih dalam hati. Bagaimana sosok yang gila kemarin bisa berubah menyedihkan seperti ini?

“Ning, kecelakaan itu bukan maumu, jadi jangan minta maaf ...”

Bu Nyai Saidah bersuara, dia memegang tangan Syifa. Perempuan itu menggelengkan kepala.

Mboten, Mi. Kalau dalem gak gegabah, dalem pasti gak bakal ketabrak. Ini memang salah dalem yang kehilangan akal pas lihat foto Gus Faiz sama Nisa sampai gak bisa ngendaliin diri. Karena itu ...”

Syifa menjeda perkataannya dengan gagap. Bukan dia berakting sok paling tersakiti dan perlu dikasihani, tetapi dia memang sedang sakit sekarang dan bagian hatinya lah yang sangat terasa menyakitkan.

“karena itu, dalem mau membatalkan pernikahan dalem sama Gus Faiz.”

Deg!

Semua orang yang ada di ruangan itu terkejut. Walau sebagian dari mereka sudah menebak ini akan terjadi sebab pikiran Syifa yang sempit, mereka tetap kaget.

“Apa kamu yakin, Ning?”

Bu Nyai Saidah mencoba memastikan. Saat Syifa mengangguk, Bu Nyai Saidah menangis dan memeluknya kembali.

“Allah, Ning ... maafin Faiz. Kejadian ini pasti bener-bener nyakitin kamu nggeh sampai kamu mau mundur kayak gini. Maafin, Faiz.”

Syifa tidak menjawab, dia hanya mengeratkan pelukannya pada Bu Nyai Saidah. Sementara itu, Kyai Said menghela napas.

Fazahra AkmilaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang