Ways Of Falling In Love [10]

134 15 6
                                    

"Pusing?"

"Karena terlalu banyak memikirkanmu."

Apa?

Nanami-san? Terlalu banyak memikirkanku? Kenapa? Apa karena aku ini beban? Atau karena dia suka padaku? Tunggu. Ada juga kemungkinan yang satu itu. Tapi—apa benar? Apa benar ada kemungkinan kalau Nanami-san menyukaiku?

"Hey."

Nanami menyadarkan lamunanku dengan memanggil dan menepuk pundakku pelan. Ternyata sudah dari tiga puluh detik yang lalu dia terus memanggilku. Begitu aku menjawab panggilan dan tepukan pundak darinya dengan gelagapan, dia malah membalasku dengan tawa pelan. Apa? SALAHKU DI SEBELAH MANA LAGI?

"Kamu benar-benar menggemaskan ya?" puji Nanami-san diiringi kekehan pelan. Sebelum akhirnya berdiri dan berjalan menuju dapurnya. "Aku tadi sedang proses mau memasak makan malam, apa kamu mau makan di sini juga?"

AKU DIBILANG MENGGEMASKAN!!!!!!
Aku dibilang menggemaskan, aku dibilang menggemaskan, aku dibilang menggemaskan, aku dibilang menggemaskan, aku dibilang menggemaskan, aku dibilang menggemaskan, aku dibilang menggemas—

"Hey." Dan lagi—Nanami-san memanggilku dari arah dapur kali ini. Ia sudah mau memakai celemeknya dan tersenyum. "Maaf kalau kata-kataku membuatmu berpikir kencang, jangan melamun terus ya?"

"Oh—tidak—maafkan saya, Nanami-san." Aku menggeleng gugup dan membungkuk di kursiku. Nanami lagi-lagi malah mendengus jenaka. "Bukan, ini salahku. Kurasa kata-kataku terlalu berbobot untul hatimu, ya?"

Aku terdiam mendengar pertanyaannya. Mataku terpejam dan mengepalkan tangan erat karena aku malu setengah mati. Namun pada akhirnya aku mengangguk. "Iya—Nanami-san—"

"Sorry." Nanami-san mengucap sekali lagi. "Jadi, apa kamu mau ikut makan malam denganku, hari ini?"

-[Ways of Falling in Love]-

"Terima kasih Nanami-san—padahal anda sedang sakit tapi saya malah merepotkan dengan ikut makan malam di sini," ujarku ketika menginjakkan kaki di depan pintu apartemen Nanami. Nanami bersandar di dinding dekat. "Enggak apa. Aku memaksa. Lagipula semenjak kamu mengunjungiku kesehatanku jadi membaik."

"Terima kasih sudah datang menjengukku," ujar Nanami dengan senyum lembutnya.

Aku menunduk malu. "Iya—cepat sembuh, Nanami-san—aku—"

"Hm?" Nanami mendehum dan mencondongkan kepalanya. Rupanya tertarik untuk mendengar apa yang akan kukatakan selanjutnya. Namun aku jadi semakin malu untuk mengatakan sesuatu. Lidah ku kelu sementara tubuhku dirasa telah tertutup oleh bayangan dari tubuh tegap Nanami-san.

"Nanami-san, aku benar-benar senang bisa datang mengunjungimu hari ini," ujarku malu. 

Lama selama beberapa detik, Nanami tak kunjung merespon apa-apa. Aku pun perlahan mulai mendongak untuk melihatnya. Dan yang tampil di depanku adalah Nanami dengan pipi merah bersemunya. Aku membulatkan kedua mataku. Siapa pula yang pernah melihat Nanami-san dalam keadaan seperti ini? Siapa pula yang pernah melihat Nanami-san tersipu malu seperti sekarang ini?

Apa benar dia tersipu malu karena ucapanku barusan?

"Bolehkah?" tanyanya dengan tangan diulurkan mendekati puncak kepalaku. Aku melirik ke arah tangannya sebelum mengangguk. Ia pun mengusak puncak kepalaku dengan lembut. Diiringi tawa pelan. "Kamu benar-benar menggemaskan."

"I'll see you at the Office tomorrow, yeah?" ujar Nanami-san setelah ia menurunkan tangannya. 

Aku mengangguk pelan sebelum membungkuk sopan. "Selamat malam, Nanami-san."

"Hati-hati ya, maaf tidak bisa mengantarmu ke bawah," balas Nanami sembari mengantarku menuju lift apartemennya. Aku menggeleng sebagai jawaban. "Sampai sini juga cukup, apartemenku ada di dekat sini."

"Kurasa kita memang ditakdirkan untuk bertemu satu sama lain, huh?" tanya Nanami dengan salah satu alis dinaikkan. Aku menatapnya malu. "Iya, kuharap."

Nanami mendengus jenaka. Sebelum ia melambaikan tangannya ketika liftnya sudah datang. Aku jadi tidak ingin pergi. Tapi aku tidak sabar untuk menemuinya esok pagi. Aku tidak sabar untuk menyapanya di kantor besok pagi.

"Ah tunggu dulu!" Nanami secara tiba-tiba menahan pintu lift agar tidak tertutup. Aku menatapnya kebingungan. Sementara Nanami mendeguk gugup. "Besok."

"Aku tunggu kamu di minimarket di mana kita bertemu waktu itu ya. Kau tahu kan maskudku?"

TBC

a/n : memaaf yah teman-teman sgini dluh HEHEHEHEH 

Ways of Falling in Love [Nanami Kento]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang