Ways of Falling In Love [13]

98 14 2
                                    

Sore itu, aku menerima ajakan Sadao-san untuk minum bersama di kedai dekat kantor.

Saat perjalanan menuju kedai itu, aku bisa melihat Nanami-san bersama beberapa orang kantor dan beberapa perempuan yang jumlahnya sama dengan mereka. Kurasa Nanami-san benar-benar mengikuti mixer seperti yang dikatakan pegawai lainnya. Menumpuknya kekesalanku malam itu membuatku meneguk bir dengan cepat hingga membuat Sadao-san terpaku melihatnya.

"Wow! Way to go eh?" Sadao-san tersenyum tertarik dan memesan bir satu lagi untukku. Kurasa aku benar-benar merasa terganggu dengan Nanami-san yang pasrah saja mengikuti mixer hari ini. Padahal dia bisa menolaknya untukku.

Tunggu—untukku?

Dari awal aku memang menyukai Nanami-san, tapi-apa pernyataan Nanami-san selama ini sebagai indikator bahwa Nanami-san menyukaiku atau karena aku menyukainya? Maksudku—dia mengatakan semua kalimat-kalimat menyenangkan itu tulus dari hatinya atau atas dasar rasa iba? Atas dasar empati setelah menyadari perasaanku?

Memikirkan ini semua membuat kepalaku sakit. Jahat bagiku mengasumsikan ini semua tanpa tahu hal yang sebenarnya. Tapi melihat jarak umur kita yang jauh, membuatku takut. Aku takut jadi remaja tanggung yang hanya bisa mengganggu kesehariannya.

"Jadi, kamu sanggup untuk memulai cerita tidak? Kalau tidak juga tidak apa. Aku akan mencoba membantu sebisaku," ujar Sadao-san setelah meneguk birnya sejenak.

Ah ... kalau melihat okonomiyaki dan bir begini aku jadi mengingat saat pertama kali aku makan di luar berdua dengan Nanami-san. Ini bukan tempat yang sama, tapi suasananya membuatku teringat olehnya. Aku ingin menemui Nanami. Aku ingin mengetahui perasaan Nanami yang sesungguhnya.

Aku benar-benar menyukainya.

Di tengah lamunanku memikirkan semua hal ini, tanganku terangkat untuk menutupi kedua mataku dan menghela napas panjang. Malam ini aku berantakan sekali. Tadi aku mendengar kalau dirinya makan siang dengan pegawai perempuan lain, malam ini aku melihatnya pergi untuk mengikuti mixer dengan rekan kerjanya yang lain. Lalu selama ini aku berjalan di sampingnya itu untuk apa?

"Maaf, Sadao-san—sepertinya saya tidak bisa cerita apa-apa," ujarku dengan senyum sopan. Meski suaraku bergetar dengan percaya dirinya.

Sadao-san mengangguk paham. "It's okay, i understand."

Sadao-san adalah rekan kerja yang membantuku dengan senang hati sejak pertama kali aku masuk di kantor. Ia sebenarnya dipasrahi dalam membantuku yang seorang karyawan magang ini untuk menggunakan alat-alat di kantor. Dan bagaimana pekerjaan dilakukan nantinya. Ia rekan kerja yang menyenangkan. Aku benar-benar bersyukur punya rekan kerja seperti Sadao-san.

"Jangan dipaksa, sudahi birmu. Nanti bagaimana caranya mengantarmu pulang kalau kamu tepar di sini?" tegur Sadao-san menurunkan bir yang awalnya ingin kuteguk. Aku total larut dalam kekesalanku sendiri di situ.

"Sadao-san, apa aku—seorang pengganggu ya baginya?" tanyaku tanpa aba-aba. Sepertinya aku sudah setengah mabuk. Semua yang aku pikirkan jadi keluar tanpa aku saring terlebih dahulu. Kini kepalaku terbaring lesu di atas meja.

 Namun Sadao-san secara di luar ekspektasi menjawabku dengan tenang dan benar. "I don't think so. Kalau memang dia berpikir kalau kamu seorang pengganggu kurasa dia sudah mengabaikanmu dari awal."

"Tapi aku cuma karyawan magang yang masih butuh tuntunan dan selalu merepotkan. Apa aku—tidak akan menjadi pengganggu baginya untuk kedepannya?" tanyaku lagi tanpa menatap Sadao-san sama sekali. Sadao-san lagi-lagi menjawabku dengan lembut. "Kurasa Nanami-san bukan orang yang seperti itu. Tapi kalau kamu mau tahu, bukankah lebih baik bicara langsung dengannya?"

"Aku tahu itu pasti akan susah, tapi sebenarnya kunci dari hubungan yang baik itu adalah komunikasi yang baik juga. Kalian tidak akan masuk ke tahapan hubungan yang enak untuk dijalani kalau tidak tahu bagaimana perasaan kalian tentang satu sama lain, kan?" 

Perkataan Sadao-san malam itu membuat otakku berpikir keras. Tentang bagaimana cara mengajak Nanami-san untuk bicara besok. Tentang bagaimana caranya untuk mengajak Nanami-san mengerti maksud dari perasaanku.

Kalau berpikir positif, sebenarnya selama ini aku belum mengambil gerakan sama sekali. Yang kulakukan hanya tersipu, tersipu, dan tersipu. Aku tidak mengambil gerakan sama sekali.

Ah ... rasanya ingin memukul diriku sendiri kalau begini ceritanya.

TBC

a/n : Ingat! JANGAN BENCI DIRI SENDIRI OKE

Ways of Falling in Love [Nanami Kento]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang