Ways of Falling in Love [12]

114 13 1
                                    

"Nanami-san, ada panggilan untukmu di Line no. 7."

"Oh, iya."

Pagi ini, aku dan Nanami-san terlambat datang ke kantor bersama. BERSAMA.

Aku bisa menimbulkan rumor aneh-aneh di kantor. Sebenarnya, berangkat pagi bersama Nanami-san tidak masalah bagiku. Tapi aku takut membuat Nanami keberatan dengan rumor-rumor tidak jelas mengenai kita yang mungkin akan tersebar sebentar lagi. Melihat satu lantai departemen kami melihat hadirnya kami datang terlambat bersamaan tadi pagi.

Ah ... andai aku bukan karyawan magang. Kapan ya kantor ini mengadakan penerimaan karyawan baru? Tapi jadi karyawan tetap di kantor ini bukan impianku juga. Dari awal aku bekerja di sini karena uangku sedang tiris dan aku tidak tahu harus ke mana lagi untuk mengawali karir bekerjaku.

"Hey."

"AAAH! IYA?!" aku menoleh cepat begitu mendengar suara salah satu partner divisiku; Sadao-san. Sadao-san nampak tersenyum jahil—namun masih manis—begitu melihatku merespon panggilannya dengan kaget. Sadao-san ikut membuat kopi di sebelahku yang sedang membuat susu hangat. 

"Jadi, kamu dan Nanami-san ada hubungan spesial?"

Aku tersedak.

Tidak, aku belum minum. Aku tersedak ludahku sendiri.

"Ah—h-hubungan spesial?" tanyaku ragu. Sementara Sadao-san nampak mengendikkan bahunya santai sembari meracik kopi di sebelahku. "Semua yang berangkat bersama punya hubungan lebih dari partner kerja. Kalau bukan teman dekat, ya pasangan."

"Jadi? Kamu ada hubungan spesial dengan Nanami-san?" tanyanya lagi dengan semangat, membenarkan posisi kacamatanya seperti seorang detektif. Aku mendegup gugup. "Kalau memgklasifikasikannya dalam kategori hubungan spesial ... Saya rasa—"

Benar juga. Apa aku dan Nanami-san ada hubungan yang lebih dari ini? Mau ke mana kita selanjutnya? Kalau masa magangku sudah habis, bagaimana nasib kita nanti?

"Kamu rasa?" Sadao-san menaikkan salah satu alisnya melihatku tidak melanjutkan kalimatku. Aku tersadarkan dari lamunanku seketika. Lalu menggeleng canggung. "Saya rasa kami teman dekat."

Sadao-san mengerjap pelan sebelum menepuk puncak lengan kananku ramah. "Begitu ya?"

"Kalau kamu butuh yang lebih pasti lagi, just ask him okay? Masa magangmu di sini tinggal sebulan, kan?" ujar Sadao-san mengingatkan.

Aku tersentak, "Oh iya."

"Oh, benar. Aku dengar bulan depan kantor akhirnya buka penerimaan karyawan tetap baru. Kamu coba daftar lah! It's fun to have you as one of my partner." Sadao-san bersandar pada kabinet dapur kantor sebelum menyeruput kopi hangatnya. Aku membungkuk sopan. "Saya merasa terhormat kalau Sadao-san merasa seperti itu! Saya juga, merasa senang punya partner seperti Sadao-san."

Sadao-san terkekeh pelan mendengar perkataanku. "Lega mendengarnya."

Ia akhirnya berjalan lebih dulu. "Sudah, kembali kerja yuk."

-[Ways of Falling in Love]-

Hari ini, jam pulang akhirnya tiba juga.

Saat membereskan barang-barangku, Nanami-san nampak terburu-buru dan pergi cepat diselingi ucapan 'Otsukare' sebelum akhirnya pergi begitu saja. Aku menaikkan salah satu alisku kebingungan. Tapi melihat beberapa pria dari divisi lain mengikutinya itu membuatku semakin kebingungan. Selama dua bulan aku bekerja di sini, aku belum pernah melihat Nanami-san keluar makan siang atau makan malam dengan pegawai lainnya. Atau sebenarnya aku saja yang tidak pernah tahu.

"Sepertinya Nanami-san dikejar-kejar mixer lagi hari ini." ujar salah satu pegawai wanita melihat ke arah Nanami-san yang tertahan di perjalanannya menuju elevator kantor.

"Mixer?" tanyaku penasaran.

"Iya, kayak—penjodohan gitu. Nanami-san sudah 32 tahun jadi kurasa atasan-atasan ktia tidak bisa diam begitu saja melihat pegawainya yang paling pintar itu masih single sampai sekarang."

"Iya, apalagi kalau sudah di tangan Pak Noboru, tidak ada yang bisa kabur dari mixernya."

Aku yang mendengarkan perbincangan antara dua pegawai wanita dari divisi lain itu pun dibuat berpikir, Nanami-san—tertarik dengan hubungan romantis tidak ya?

Waktuku di kantor ini tinggal 1 bulan lagi. Aku—harus melakukan apa tentang kedekatan di antara kira? Aku—harus melakukan apa tentang hatiku yang berdebar tiap kali menatapnya?

Di tengah kelesuanku dalam membereskan barang-barang itu, Sadao-san mengetuk mejaku. Aku menoleh terkejut, melihatnya tersenyum dan menunjuk ke arah pintu keluar dengan ibu jarinya. "Malam ini mau pergi minum bersamaku?"

"Kamu bisa bicara kepadaku tentang kekhawatiranmu dengan hubungan kalian."

TBC

a/n : WAH! AFAAN TUH?!

Ways of Falling in Love [Nanami Kento]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang