4

4K 451 82
                                    

Haloww, sudau nungguin?
Aq kasih notif subuh nih

Happy reading yak

***

Jira beringsut saat melihat tubuhnya berlapis selimut. Rambutnya terurai. Pakaiannya tak utuh. Dan yang lebih mengejutkan, tentang sosok yang berada di sebelahnya, di atas ranjang bersamanya.

Sungguh tubuh Jira bergetar hebat. Bibirnya terengah lemas. Matanya terbelalak nanar. Keringat dingin keluar dari persembunyian. Membasahi badan. Rasanya ia sedang diterjunkan dari tepi jurang. Cepat atau lambat akan jatuh dan menghadapi kehancuran.

Punggung telanjang milik seseorang yang berada di bawah selimut yang sama dengannya itu jelas terpampang. Di bawah sendu warna lampu kamar, ia melihat punggung lebar berotot khas seorang lelaki dewasa. Hanya berani melihat sekilas tapi sudah cukup jelas. Apalagi potongan rambut lelaki itu tak asing, sangat berbeda dengan milik Jafin. Sungguh tak akan sebegini terguncang jiwanya andai lelaki itu calon suaminya.

Di antara gigil ketakutan, Jira terus meremas kuat selimutnya. Tangisnya memekik di tenggorokan. Sesekali tercekat. Dadanya pun mulai sesak karena didatangi segerombol hawa panas dari jantungnya yang liar berdetak. Jira terus berharap ini cuma mimpi yang akan terlupa dalam hitungan hari.

Ah ya, mungkin memang belum sadar benar jiwanya. Ini khayalan semata. Atau paling tidak munculkanlah keajaiban, bahwa itu Jafin, kan? Yang memunggungi itu calon suaminya, kan?

Mencekam, Jira merasa demikian. Ia putus asa menanti datangnya keajaiban.

Jira mengintip tubuhnya di balik selimut. Lalu semakin gemetar tangannya, penuh air mata pelupuk matanya, lengkap dengan degup jantung kencang menguras tenaga. Nafasnya tersengal lagi. Bagaimana ini? Apa yang terjadi? Mengapa ia bangun di ranjang dengan pakaian acak-acakan. Seluruh kancing tuniknya tercerai berai. Celana jeansnya entah di mana rimbanya. Branya memang masih melekat tapi tak lagi berfungsi sebagaimana mestinya. Lantas celana dalamnya... raib.

Jira meremas rambutnya yang tergerai. Terus meremas dengan frustrasi. Betapa mengerikan melihat pemandangan tubuhnya sendiri.

Siapa gerangan yang melakukan ini padanya? Siapa lelaki yang membersamainya?

Ini perih. Jira masih belum ingin memercayai dan hanya menganggap sebagai ilusi.

Tak bisa hanya tinggal diam, Jira memaksakan diri untuk menepi. Saat itulah ia semakin menyadari rasa ngilu di beberapa bagian tubuhnya, terutama di pangkal pahanya. Hiks... Jira terisak lagi, lebih miris, lebih pedih.

Tapi tak bisa begini. Ia berhasil menemukan celananya di bawah selimut. Wajib baginya segera pergi dan berpura-pura tak ada yang terjadi. Tidak peduli bilamana lelaki itu akan mencari.

Hiks... Apa? Apa yang terjadi sebenarnya? Aku hanya ingat sedang mengantuk, lalu terjatuh dan melihat bayangan lelaki itu... Tidak mungkin! Dia lelaki yang tahu agama, rajin beribadah, seakan mustahil melakukannya.

Tapi jauh dalam benak Jira, hanya bayangan tentang lelaki itu yang mondar-mandir di kepala.

Dia tidak berlaku keji, bukan? Dia tidak menyentuhku, bukan? Ya Allah, ini pasti salah paham. Mohon beri hamba keajaiban...

Jira mencoba berdiri. Mendesis kecil menahan rasa nyeri di antara kaki. Rasanya berbeda, ngilu dan perih.

Namun Jira tak mau larut. Ia harus segera pergi. Takut setengah mati jika ada yang memergoki. Apapun yang terjadi, kejadian ini harus tetap menjadi rahasia. Anggap tak terjadi apa-apa.

"Jira?"

Deg! Pada akhirnya nama Jira disebut. Ia terjingkat. Jantungnya yang sedari tadi sudah bekerja hebat pun  berdegup lebih cepat. Dalam posisi lurus membelakangi begini, sekali saja ia memutar tubuh, sudah jelas baginya siapa lelaki itu. Meskipun ia kenal warna suaranya, tapi keras hati Jira tetap menutupi setiap duga.

HAJIRA (21+)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang