part 13

346 24 2
                                    

Sesuai kesepakatan hari ini Sarah pindah ke rumah barunya. Setelah tadi semua keluarganya ikut beres-beres mereka semua pulang, kecuali Nehan dan Widya yang pulang terlambat.

"Bagus sekali rumah mu mbak." Aku hanya tersenyum mendengar penuturannya.

"Oh y apakah mas Pram tidak kesini mba?"

"Mas Pram lagi pergi ke Bali, bersama anak dan istrinya."

"Liburan?"

"Ya bisa di bilang liburan." Aku masih membereskan kamarku di temani oleh Widya yang tadi ku suruh duduk saja di atas sofa karena diakan sedang Hamil.

"Apa kamu tidak merasakan ngidam?" Tanyaku yang masih sibuk dengan pekerjaanku memasukkan baju kedalam lemari.

"HM...belum sih." Aku tersenyum mendengar jawabannya.

"Di rumah pasti ibu mertua akan sangat cerewet karena ketiga menantunya hamil bersamaan."

"Kau benar mbak, ibu semakin cerewet kepada kami bertiga."

"Karena dia lebih berpengalaman dari pada kalian Wid. Menurut saja demi kebaikan kalian."

"Ah iya nanti malam aku berniat belanja kebutuhan dapur. Apakah kau menginginkan sesuatu?" Tanyaku kepadanya barangkali dia atau calon anaknya ingin sesuatu.

"Tidak ada." Aku menganggukan kepalaku, mungkin aku akan membelikannya buah-buahan saja nanti.

"Apa Umi dan Abi sehat?"

Dengan antusias Widya menjawab, "Mereka sehat. Dan apa mbak tau? Mereka terus menanyakan kabar mbak Sarah. Mereka bilang jika ada waktu akan datang untuk mampir. Mereka juga berniat datang ke rumah Mas Latief apakah boleh?" Tanya Widya dengan hati-hati di akhir kalimatnya.

"Tentu saja boleh. Kabari saja kapan? Kau tau sendiri bukan kesibukan mas Pram itu seperti apa?"

Widya menganggukan kepalanya. Ya dan kami hanya berbincang-bincang layaknya teman seperti ini.

Berbicara tentang ini dan itu seperti wanita pada umumnya. Sedangkan Nehan sedang pergi membeli makanan di luar.

"Hei...ini makanannya." Baru saja di bicarakan Nehan sudah masuk kedalam kamar.

Meletakan bungkusan plastik di atas meja. Mereka bertiga duduk lesehan di atas lantai.

"Ini punyamu dan ini punyamu." Nehan memberikan bungkus mie Gacoan  yang baru saja dia beli tadi dengan minuman dan jajan lainnya.

Mereka bertiga makan diselingi obrolan ringan antara ketiga suami dan istri itu.

Jika seperti ini mereka terlihat akur tanpa ada perang batin.

*********************************

Malam harinya sehabis magrib Sarah benar-benar pergi bersama dengan Doni dan Danu.

Selagi memberi barang-barang lainnya yang ku butuhkan lainnya. Sudah ada 10 troli yang mengantri di kasir dengan di jaga oleh Doni.

"HM...apa lagi y Nu?"

"Aku rasa sudah cukup, mbak terlalu banyak belanja. Lihat? Itu sudah 10 troli mbak." Ucap Danu sambil menunjuk 10 troli di depan kasir dengan raut wajah frustasi.

Ia terkekeh melihat wajah bosan Doni didepan kasir.

"Baiklah, ini yang terakhir. Kita beli makanan kucing dan pasir." Dengan lemas Danu mendorong trolinya kembali.

Seperti anak ayam, Danu mengekor kemanapun Sarah pergi. Setelah berbelanja berbagai kebutuhan dapur dengan alat-alatnya segala macam.

Dan menunggu sangat lama di kasir, akhirnya mereka bisa keluar dari toko swalayan itu.

CORETAN CINTA Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang