part 4

310 18 0
                                    

"Aku ingetin kamu sekali lagi, nanti setelah aku menikah dengan Widya kamu jangan ikut campur dalam urusan rumah tangga aku dan Widya." Ucap mas Awang dengan tegas membuat aku mengangguk dengan patuh.

"Aku janji, tapi mas juga harus tepati janji mas ke Sarah."

"Ya, aku tepati. Yang penting kamu nurut dan tidak banyak menuntut ku."

"Ya, Sarah janji tidak akan banyak meminta."

"Aku berangkat kerja dulu." Aku meraih tangannya dan mencium punggung tangannya.

Setelah memastikan mas Awang pergi berangkat bekerja. Aku masuk ke dalam kamar dengan lemas, saat menutup pintu, aku tak mampu menahan berat tubuhku sendiri.

"Ternyata sesakit ini ya berbagi cinta. Maaf Widya telah merebut mas Awang darimu. Sekarang aku merasakan apa yang kamu rasakan hiks...."

Aku menangis. Menekan rasa sakit ku sendirian. Tak ingin berpisah dengan awang karena dia mencintainya namun mas Awang tidak mencintai dirinya membuat dia harus merasakan sakitnya cinta bertepuk sebelah tangan atau cinta segi tiga? Entahlah, yang   pasti hubungannya ini rumit. Dia sendiri tidak bisa mendeskripsikannya dengan jelas.

********************************

"Bu?"

"Ya, Sarah. Ada apa?" Aku berjalan mendekati Ibu yang sedang duduk bersama mas Arya.

"Loh, mas Arya tidak berangkat kerja?" Tanyaku karena terkejut melihat kakak ipar ku ada di rumah.

"Enggak. Lagi ngak enak badan, Sar." Jawabnya dengan wajah yang memang tampak pucat.

"Mba Ani mana mas?"

"Lagi beli obat buat mas."

"Oh ya, Bu. Sarah mau keluar, ibu mau titip sesuatu?"

"Kamu lama keluarnya?" Aku menganggukan kepalaku.

"Ibu pengin martabak Bangka coklat keju, sama es alpukat kocok."

"Mas mau sesuatu?" Tanyaku kepada mas Arya yang tambak diam berpikir.

"Mas sebenernya pengin bubur ayam."

"Oke, nanti Sarah belikan. Sarah pergi dulu ya Bu, Mas." Ku cium kedua tangan Ibu mertua dan Mas Arya.

Kepergian Sarah membuat Ibu dan Arya menghela nafas berat, "Dia habis menangis."

"Ya, terlihat matanya memerah dan wajahnya sembab."

"Itulah cinta Arya. Ibu bukanya tidak suka dengan Widya, dia baik cuman ibu hanya menyayangkan sifat dan perilakunya yang masih seperti anak kecil dan ibu tidak yakin jika memang Widya dan Nehan menikah mereka akan baik-baik saja. Memang menikah bukan hal yang mudah, selalu ada cobaan yang menghadang. Namun melihat sifat dan karakter Nehan dan Widya yang 11 12 membuat ibu tampak ragu." Ucap ibu panjang lebar dan wajahnya tampak sedih. Arya sebagai anak tak tega pun lantas memegang tangan ibunya dengan erat.

"Arya selalu berdoa semoga mereka bertiga bahagia dengan pilihan mereka masing-masing." Ibu menganggukan kepalanya.

********************************

Aku melangkahkan kakiku ke dalam pekarangan bangunan yang belum jadi itu. Kaca mata hitam yang bertengger di hidungnya.

"Bu Sarah." Aku membalikkan badanku dan tersenyum melihat Mas Satya yang tampak berjalan ke arahku. Kami bersalaman.

"Maaf ya mas, baru sempet Dateng saya sibuk banget akhir-akhir ini." Ucapku dengan penuh sesal.

"Ah tidak apa-apa Bu Sarah. Mari kita masuk ke dalam." Aku menganggukan kepalaku.

CORETAN CINTA Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang