Part 26

555 35 11
                                    

"Punya apa kau berani melamar adikku?" Tanya ku dengan sinis memandang remeh Doni sekertaris adikku, Sarah.

"Saya memang bukanlah orang berada seperti anda pak. Tapi saya yakin bisa memberi hidup yang baik untuk Sarah."

Ia terdiam mendengar penuturan Doni barusan, "Apa alasan mu mencintai adik ku? Perbedaan umur kalian bukanlah kau sudah mengetahuinya?" Tanyaku dengan dingin.

"Saya tau sangat tau perbedaan umur saya dan Sarah. Namun masalah umur bukanlah permasalahan yang membuat anda menolak lamaran saya bukan?"

"Ya, tentu tidak." Jawabku dengan lugas.

"Tidak ada alasan saya mencintai adik anda Sarah. Saya datang ke sini berniat baik untuk melamar adik anda untuk menjadi istri saya. Jika memang anda setuju pak dengan lamaran saya, saya akan menikahi adik anda sekarang juga bila perlu." Ucapnya dengan tegas dan berani. Tidak ada keraguan sama sekali dalam nada bicaranya.

"Bagus sekali anak muda kata-katamu. Mahar apa yang bisa kau berikan kepada adikku?"

"Mahar yang mampu saya berikan berupa uang, surat ar-rahman dan juga Al-Qur'an tulisan tangan saya sendiri."

******************************

Siang ini Nehan dan Widya tengah bersiap untuk kondangan. Mereka akan membawa Bilqis.

"Kamu yakin mau ikut?" Tanyaku kembali sembari menatap Widya yang tengah berdandan didepan cermin.

"Yakin mas. Kenapa sih tanya-tanya terus?" Tanyanya balik dengan nada sedikit marah.

"Ya ngak papa sih. Sarah di undang di acara itu." Gerakan tangan Widya berhenti yang sedang memoles wajahnya dengan bedak.

"Berita perceraian ku dan Sarah sudah menyebar luas. Gara-gara Vidio tik tok yang teman mu buat itu, Sarah mendapatkan Bulian karena di anggap perebut jodoh orang, walaupun akhirnya aku bisa menikah dengan mu." Tatapan mata Nehan tampak sendu ketika mengingat awal pernikahannya dengan Sarah. Sarah mendapatkan banyak Bulian karena di anggap merebut jodoh Widya.

Dalang di balik itu semua adalah Sekar, sahabat Widya yang kala itu tidak terima dirinya menerima perjodohan dengan Sarah. Dalam Vidio itu tertulis bahwa Sarah adalah wanita tidak tau malu yang mau-mau saja menerima pria yang sudah memiliki kekasih untuk di jadikan suami.

"Setelah berita perceraian kami tersebar pun Sarah tetap mendapatkan Bulian bahkan dia sempat mendapatkan sumpah serapah." Tangan ku terulur mengelus pipi tembam putri kecilku.

"Aku pun tidak tau bahwa Sekar akan dengan berani membuat Vidio itu."

"Aku tidak tau bagaimana membersihkan nama mbak Sarah agar bersih kembali. Aku merasa mendzolimi mbak Sarah sekarang ini mas." Wajah Widya tampak lesu, sama halnya dengan ku.

"Sarah sudah memaafkan kita Widya. Aku pun sedang mencari cara bagaimana membersihkan nama Sarah. Dia wanita baik. Harusnya aku yang mendapatkan cacian itu bukan Sarah. Disini akulah sayang salah."

Suasana pernikahan sangat tampak ramai. Semua tamu undangan sebelum masuk di persilahkan untuk mengisi daftar hadir dan foto terlebih dahulu.

Sarah datang dengan si temani oleh Doni yang berdiri di samping membantu ia berjalan.

Selesai berfoto Sarah kembali melingkarkan lengannya ke arah lengan Doni

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Selesai berfoto Sarah kembali melingkarkan lengannya ke arah lengan Doni.

Doni menengok ke kebelakang saat menyadari ada seseorang yang tengah memperhatikannya.

Mata tajamnya langsung berhadapan dengan tatapan pria yang juga tengah menatapnya tajam.

Nehan.

Dia adalah Nehan. Mangan suami dari Sarah yang sial nya turut hadir dalam acara pernikahan kolega bisnis Sarah saat ini.

Dia dengan cepat melangkahkan kakinya membawa masuk Sarah ke dalam gedung utama dimana sepasang pengantin baru itu tengah di pajang.

Sedangkan Nehan yang melihat Sarah datang dengan Doni tampak ada perasaan aneh yang menyergap didalam hatinya.

Melihat Sarah yang memegang lengan Doni dia jadi teringat ketika Sarah sedang bergelayutan manja di lengannya dia akan langsung menepis tangan itu.

Ketika dia bertemu dengan Sarah maka dia akan teringat dosa nya kepada Sarah.

"Tadi mbak Sarah ya mas?" Tanya Widya ketika kami sudah sampai di gedung utama acara.

"Iya. Yuk salaman dulu sama penggantinya." Widya menganggukan kepalanya.

Dia sungguh terpukau dengan konsep acara pernikahan milik orang kaya. Begitu mewah bahkan didepan sana seperti red carpet para artis papan atas ketika sedang menghadiri gala atau acara award.

Dia jadi tau cara main kelas atas memang sangat menakutkan seperti ini. Dia pun jadi ngeri pasti pergaulan para wanita sosialita di sini sangatlah tinggi. Memakai barang branded itu sudah pasti utama.

*******************************

"Sarah ayo ke sana. Ku lihat ada mie ayam dan bakso." Tawar Doni ketika Sarah sedari tadi hanya terdiam melamun.

"Oh ya? Aku mau itu Don." Seketika matanya berbinar ketika ku sebutkan makanan kesukaannya itu.

"Ayo ke sana bersama." Ia menganggukan kepalanya. Namun baru beberapa langkah kami berdua berjalan, kami sudah di hadang oleh keluarga kecil.

"Mbak Sarah apa kabar?" Sapa Widya dengan girang bisa menemukan Sarah saat ini.

Sarah tampak tersenyum.

"Saya baik. Kamu sendiri bagaimana?"

"Saya juga baik. Dari tadi ya mbak?" Tanyanya sekedar basa-basi.

"Iya nih." Tatapan mata Sarah tak lepas dari sosok bayi yang sedari tadi sudah menjadi pusat perhatiannya. Bayi yang di gendong oleh Widya berjenis kelamin perempuan itu tampak membuka matanya menatap ke arahnya.

"Bayimu?" Tanyaku kepada Widya yang mendapati anggukan darinya.

"Bilqis?" Panggilku dan dia tersenyum ketika ku sentuh tangannya. Dia belas menggenggam jemariku.

"Sangat mirip dengan mas Awang. Benar-benar putrinya." Ujarku dengan senyum lebar menatap ke arah mas Awang.

Mas Awang balas menatapku dengan senyum simpul.

"Kau hebat mas bisa menghasilkan keturunan unggul seperti Bilqis. Dan kau Widya...." Sarah menatap Widya lalu tersenyum tipis.

"Kau ibu yang hebat bisa melahirkan Bilqis dengan selamat. Aku doakan semoga Bilqis menjadi perempuan yang cerdas dan kuat seperti kamu Widya." Ku panjatkan doa membuat Widya, mas Awang dan Doni mengucapkan kata, "Amiin."

"Ayo Sarah katanya mau makan?" Aku menengok ke arah Doni yang sedari tadi menungguku.

"Sebentar Don." Ku buka tas yang ku bawa lalu mengeluarkan amplop coklat lalu memasukkannya ke dalam gendongan Widya.

"Eh...mbak...." Widya terkejut ketika aku memasukkan amplop coklat ke dalam gendongannya.

"Ambilah sebagai hadiah kelahiran Bilqis." Lalu ku cium Bilqis dengan sayang sebelum pergi meninggalkan mereka aku sempat berpamitan.

"Aku pergi dulu, titip salam ku kepada bapak dan ibu lalu umi dan Abi."

CORETAN CINTA Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang