Part 24

526 40 2
                                    

Nehan dan Widya di marahi habis-habisan oleh orang tua mereka masing-masing. 

Tadi Bima datang menjemput mereka agar tinggal bersama dengan orang tua Nehan. Setibanya di rumah mereka berdua langsung terkena amukan dari orang tua Nehan.

"Ibu masih terkejut atas kelakuan kamu Nehan. Kamu benar-benar bajingan."

"Widya, ibu kira kamu anak yang baik nak..." Asih tampak menggelengkan kepalanya menatap menantunya yang tengah mengendong cucunya.

"Tapi kamu malah seperti ini membuat ibu kecewa." Widya menunduk dengan dalam. Rasa bersalah semakin menyeruak didalam dadanya.

"Ceraikan Sarah. Jangan hancurkan dia lagi. Bapa mohon cukup dengan tingkah laku kalian yang tidak memiliki adab ini."

"Diam disini sampai Sarah kembali. Jangan macam-macam kamu Nehan. Cukup tingkah laku kamu."

"Di kasih istri bagus malah di sia-siakan. Kenapa hah? Melihat dari covernya saja kamu? Asal kalian tau ya, di balik itu semua Sarah memiliki panti jompo, rumah anak yatim&piatu dan dia rajin menyumbangkan hartanya untuk pondok pesantren dan orang miskin. Bodoh kamu menyia-nyiakan wanita seperti Sarah." Rudy tidak bisa menahan emosinya lagi. Sebenarnya dia ingin memukuli putra bungsunya ini namun keadaan putranya sendiri tidak baik-baik seperti ini.

"Nehan tidak tau Sarah seperti apa." Jawab Nehan dengan lirih.

"Maka dari itu Nehan!!! Kau menikah dengannya sudah satu tahun. Tidak tau apa-apa tentangnya. Hanya sibuk memikirkan istri kedua. Kau pikir bapak tidak tau kau tidak pernah menginap di rumah Sarah? Bapak dan ibu terkadang berkunjung ke sana tidak pernah menemukan mu, pagi atau siang atau pun malam."

"Bapak tidak mau tau, urus permasalahan kalian bertiga."

Rudy melenggang pergi meninggalkan anak, menantu dan istrinya.

Dia sangat binggung dengan rumah tangga putranya yang memiliki dua istri ini.

Padahal dulu dia dengan almarhum sahabatnya sudah memiliki rencana agar menikahkan putra dan putri mereka nanti. Namun, ketika perjodohan telah terlaksana malah seperti ini jadinya.

*******************************

Pram tampak ketar-ketir menunggu adiknya pulang. Setelah mendapatkan kabar dari Bu nyai dari salah pondok pesantren bahwa adiknya ikut umroh bersama Bu nyai membuatnya sedikit lega.

Setidaknya adiknya kabur ke tempat yang benar untuk menenangkan pikiran dan hatinya.

Cukup lama dia menunggu adiknya datang didepan rumah adiknya yang tampak sepi ini. Padahal waktu sudah akan menunjukkan pukul 15.00 namun adiknya belum kunjung datang.

Hingga suara klakson mobil mengagetkannya dan keluarlah adiknya dengan pakaian serba putih serta memakai kerudung.

Dia menangis melihat adiknya yang datang dengan selamat dan tampak sehat. Dia langsung memeluk adiknya dengan erat.

Air matanya bahkan sampai tumpah.

"Maafin mas Pram." Mata sarah tampak berkaca-kaca mendengar penuturan dari kakaknya itu. Dia membalas pelukan kakaknya tak kalah erat.

"Sarah ikhlas mas. Mau bagaimanapun akhirnya Sarah tetap ikhlas."

"Memang belum jodohnya berarti." Pram menganggukan kepalanya dia menghapus air mata yang mengalir di pipi adiknya yang tampak tembam itu.

"Mas tau, adik kakak adalah anak yang kuat. Mas bakal selalu ada buat Sarah. Sarah yang sabar ya...."

Sarah menganggukan kepalanya. Dia memejamkan matanya saat kakaknya mencium keningnya dengan cukup lama.

*******************************

Tak terasa sudah empat bulan berlalu. Masalah antara Nehan, Sarah dan Widya telah selesai lewat jalur kekeluargaan.

Hari ini Sarah telah resmi menjadi seorang janda. Didalam pengadilan agama dia memakai kaca hitam.

Baju hitam, celana hitam serta kaca mata hitam. Rambutnya pun kembali dia ubah menjadi warna unggu abu-abu.

Sengaja dia memakai kaca mata walaupun sudah di suruh melepaskan kaca mata itu dia tidak mau. Dia ingin menutupi mata bengkaknya itu.

Setelah resmi bercerai dari Nehan, di luar ruangan dia berdiri didepan keluarga mas Nehan.

Dia menggenggam satu tangan mas Nehan yang berdiri mengunakan tongkat, "Terima kasih sudah menemani saya selama satu tahun. Semoga kita bisa menjadi teman ya mas." Ucapku dengan tulus dan senyum yang manis.

"Maafkan aku Sarah. Aku harap kamu bahagia setelah ini." Aku menganggukan kepalaku.

"Sarah, walaupun kau sudah bercerai dari Nehan kau tetap anak ibu nak. Sering mainlah ke rumah. Kita masak-masak bareng lagi ya." Aku menganggukan kepalaku, mengelus punggung tangan mantan ibu mertua ku.

"Sarah bakal sering main ke sana. Sarah tetap menjadi anak bapak sama ibu serta menjadi adik mas dan mba keluarga ini."

"Sarah minta doanya semoga Sarah bahagia selalu dan Sarah minta maaf barangkali Sarah ada salah sama bapak dan ibu selama menjadi menantu kalian." Ibu tampak menggelengkan kepalanya dan memelukku dengan erat.

Tangisan tampak terdengar jelas di telingaku. Ku usap punggungnya dengan pelan. Sampai bunyi klakson mobil mas Pram beserta mba Siska tampak didepan ku.

"Sarah pamit ya..." Setelah itu Sarah melangkah mendekati mobil kakaknya dan masuk.

Dirinya terdiam didalam mobil. Selama perjalanan tidak ada yang membuka suara. Sarah yang lemas memegang akta cerai miliknya. Bahkan ketika mendapatkannya dia melihat pun tidak.

Dia menatap jalanan dengan tatapan kosong. Selama empat bulan ini dia disibukkan dengan kegiatan sosial.
Sengaja menyibukkan diri agar dia tidak ingat dengan masalah yang sedang dia hadapi.

"Setelah ini apa yang harus aku lakukan?"

CORETAN CINTA Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang