.
.
.
.
.
Langkah kaki yang tegas terdengar di lorong sebuah rumah sakit, celana bahan hitam juga kemeja berwarna biru yang dikenakan membuat sosok itu menjadi pusat perhatian, ditambah dengan sneli yang terpasang rapi.Mada Alvaro Roderick
Dokter jenius berusia dua puluh tujuh tahun, terkenal dengan sikap dingin nya yang hanya akan luluh pada pasien anak-anak juga ibu nya, bahkan Mada jarang tersenyum pada keluarganya.
"Dokter Mada, selamat pagi." Mada hanya memberikan anggukan kecil saat seorang perawat menyapa nya. Sudah bukan hal aneh jika Mada melakukan itu.
"Selamat pagi dokter."
"Dokter, selamat pagi."
"Selamat pagi dokter Mada."
Mada sama sekali tidak mengulas senyum saat mendengar sapaan yang di tujukan padanya, menurut Mada tersenyum itu hanya akan membuang tenaga.
"Dokter Mada selamat pagiii~" Mada berhenti berjalan dan menunduk, seulas senyum lembut terlukis di wajah tampatnya saat melihat seorang anak berusia delapan tahun berdiri di hadapannya.
"Selamat pagi Elva, apa kamu kabur lagi dari mama mu?" gadis kecil itu menggeleng heboh.
"Tidak, Elva hanya sedang jalan-jalan bersama papa, mama sedang pulang untuk mengambil pakaian dokter." lagi-lagi Mada tersenyum.
"Lalu dimana papa mu?" Mada melihat Elva menunjuk satu tempat dimana ada seorang laki-laki dewasa yang tengah menatap dan tersenyum pada mereka.
"Sekarang kembali pada papa mu, dan katakan setelah ini akan ada pemeriksaan untuk gadis kecil nya ini." Elva mengangguk semangat.
"Dadah dokter Mada~" Mada membalas lambaian tangan Elva hingga gadis itu menghilang bersama ayah nya. Saat itu juga senyum lembut yang sebelumnya terlukis langaung hilang dan berganti dengan wajah datar andalan Mada.
"Ya ampun, senyum dokter Mada mengalihkan dunia ku."
"Dokter Mada makin ganteng kalau lagi senyum ya."
"Pingin lihat senyum dokter Mada lagi."
"Dokter Mada kenapa gak pernah senyum ke orang lain sih?"
"Bener, dokter Mada cuma mau senyum ke pasien anak-anak."
"Tapi aku dengar dokter Mada juga tersenyum tulus pada pasien pribadi nya."
"Pasien pribadi? Dokter Mada punya pasien pribadi?"
"Iya, dokter Mada selalu tersenyum pada pasien nya itu."
"Tapi yang ku dengar pasien nya itu pacar dokter Mada kan?"
"Tapi bukankah pacar dokter Mada sudah meninggal tiga tahun lalu?"
Mada mendengus kesal saat mendengar gumaman para perawat yang ada di dekat sana, Mada bisa saja menegur mereka tapi laki-laki itu terlampau malas untuk melakukannya.
"Apa mereka jadi perawat hanya untuk bergosip?"
.
.
.
.
.
TokTok
Tok
Mada yang tengah sibuk dengan berkas kesehatan pasiennya langsung mendongak saat mendengar pintu ruangannya di ketuk.
"Masuk."
Cklek
"Dokter Mada, ada pasien yang ingin bertemu dengan anda." Mada mengernyit, dia tidak memiliki janji bertemu pasien saat ini. Dan lagi saat ini dia sedang tidak ada jadwal jaga poli, sehingga dia tidak harus bertemu pasien.
KAMU SEDANG MEMBACA
Eternal sunshine
FanficMada, menolak tawaran sang ayah untuk menjadi direktur rumah sakit milik keluarganya dan memilih menjadi dokter pribadi seorang pemuda mungil berusia 24 tahun. Seorang pemuda yang sudah menarik perhatian Mada sejak pertama kali membuka matanya di ru...