02. Tuan muda

1K 115 3
                                    


.
.
.
.
.
Mada berjalan pelan memasuki rumah mewah nya, sebenarnya jika bukan karena sang ibu yang memintanya pulang Mada akan senang hati menginap di rumah sakit.

"Udah pulang lo bang?" Mada hanya berdehem saat Jordy, adik sepupunya menyapa.

"Hm." Jordy berdecak melihat bagaimana kakak sepupunya bertingkah dingin.

"Bunda dimana?" Jordy kembali menoleh saat mendengar pertanyaan Mada.

"Bunda di dapur, lagi bikin kue." tanpa mengeluarkan suara Mada beranjak menuju dapur, hal itu membuat Jordy semakin menggerutu kesal.

"Bang Mada makin hari makin ngeselin!" Jordy mendengus saat melihat kepergian Mada.

"Udah Jor, kamu tau sendiri kenapa bang Mada kayak gitu." Jordy beralih menatap tunangannya yang sedari tadi duduk di sebelahnya.

"Tapi aku kangen bang Mada yang dulu Sang." Sanggara tersenyum sendu, dia juga merindukan sosok hangat Mada.

"Percaya sama aku, bang Mada pasti balik kayak dulu kalau dia udah bisa ngeluapain orang itu dan nemu orang baru." Jordy mengangguk, dia menghela nafas panjang saat mengingat alasan kenapa Mada jadi sedingin kutub selatan.

"Bang Mada harus lupa, orang itu udah bikin bang Mada kayak sekarang!"
.
.
.
.
.
Kevin berdecak kesal saat mengetahui jika kedua orang tua Bara tidak lagi peduli akan keadaan putra bungsunya, bahkan orang tua Kevin dan Yudha pun di buat geram akan jawaban kakak juga kakak iparnya.

"Udah Kevin bilang, gak usah kasih tau mereka, percuma!"  Kevin tentu saja kesal saat mengetahui jika kedua orang tua nya tidak mau mendengarkan dia.

"Kevin, udah, mau bagaimana pun mereka harus tau. Mau mereka peduli atau tidak, itu terserah mereka." Kevin mendengus kesal.

"Kevin mau ke rumah sakit besok pagi." Dio dan Sarah hanya bisa menghela nafas melihat putra tunggalnya itu marah.

"Kevin kayaknya benci banget sama keluarga bang Vito." Sarah mengelus punggung Dio pelan.

"Karena Kevin tau apa yang di sembunyiin abang pertama ku dan keluarganya mas." Dio menghembuskan nafas kasar.

"Kalau gini, aku bakal bener-bener ambil hak asuh Bara. Biarin dia jadi anak pertama kita." Sarah tersenyum tipis.

"Kalau aja Bara mau mas, pasti dia udah masuk ke keluarga kita."
.
.
.
.
.
Yudha menepuk pelan tangan Bara yang terbebas dari infus, beberapa saat lalu kakak sepupunya itu terbangun karena mimpi buruk. Yudha menatap wajah manis Bara yang terlihat damai saat tertidur, berbeda dengan saat pemuda mungil itu terbangun, hanya akan ada tatapan kosong dan wajah datar.

Yudha beberapa kali meruntuki kejadian tiga tahun lalu, seandainya orang tua sepupu nya itu bisa berlaku adil pasti keadaan Bara tidak akan seperti ini. Tapi sayang karena mereka lebih mengagungkan anak perempuan mereka dan selalu mengabaikan Bara, mereka hanya akan mencari Bara saat mereka membutuhkan Bara.

"Kenapa kakak gak mau ikut keluarga ku atau Kevin? Kalau seandainya kakak mau pasti keadaan kakak gak akan kayak gini. Kakak gak akan kehilangan hal berharga buat kakak." Yudha menggigit bibir bawahnya, menahan tangis nya.

"Kak Bara selalu nurut sama mereka, selalu mengutamakan si sialan itu tapi kenapa mereka gak pernah lihat kakak? Bahkan kakak rela menutupi segala kelakuan gila cewe sialan yang sayangnya jadi kembaran kakak itu." Yudha dulu akan diam saja saat Bara diperlakukan berbeda oleh kedua orang tuanya, bahkan di hukum karena menutupi kesalahan dan segala kejahatan kakak kembar nya. Tapi sekarang Yudha tidak akan diam saja, sejak tiga tahun lalu baik Yudha maupun Kevin sudah berkomitmen akan membalas siapa saja yang menyakiti kakak sepupu nya itu.

Eternal sunshineTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang