Miera kembali membaca kalimat itu dengan takut-takut. Sungguh, gadis itu kini merasa tidak nyaman jika ia kembali berada di sekitar Arthur.
"Aku akan menyimpannya sementara waktu. Apa akan baik-baik saja jika aku menolak berangkat ke istana besok?" Tanyanya pada diri sendiri. Ia sedikit berpikir sambil menyimpan lukisan kecil itu ke dalam laci.
"Arthur pasti sibuk, dia tidak akan marah." Ujar Miera meyakinkan dirinya sendiri.
Gadis kecil itu kemudian menguap, ia menatap keluar jendela. Cahaya matahari terlihat cukup terik siang ini, sepertinya akan sangat nyaman jika ia tidur siang sebentar. Ia tersenyum lalu berlari kecil ke ranjang untuk merebahkan dirinya.
"Aku tidak menyukai sikap Arthur yang sekarang.." Ia memeluk erat boneka beruangnya dengan bibir cemberut. Miera sendiri merasa sedikit marah, entah apa alasannya. Ia menghembuskan nafas berat lalu segera menutup matanya.
Gadis itu tertidur dengan lelap sementara di tempat lain Arthur sedang mengobrak-abrik ruangannya ketika ia menyadari ada yang hilang.
"Aku yakin dulu menyimpan lukisannya di laci ini." Ia berdecak kesal saat tidak bisa menemukan salah satu lukisan kecil dengan potret Miera di dalamnya, itu adalah lukisan favoritnya. Arthur bahkan menuliskan satu kalimat berisi keinginannya di belakang lukisan itu.
Anak lelaki itu baru saja mendapat kiriman dua lukisan terbaru dari Tuan Fedhia yang merupakan putra sulung Tuan Del, seorang penulis buku favorit Ratu Callysta sekaligus mantan salah satu dewan kerajaan Utara. Kedua lukisan itu berisi potret Arthur dan Miera saat belajar di perpustakaan dan piknik di taman istana.
Arthur hendak menyimpannya di tempat yang sama, saat itulah ia menyadari ada lukisan yang hilang lalu kemudian mencarinya selama hampir satu jam.
"Ini ruang pribadiku, tidak ada yang berani memasukinya, bukan?" Gumamnya pada diri sendiri.
"Atau mungkin ada seseorang--" Ia menghentikan perkataannya saat menyadari sesuatu. Rautnya terlihat bingung dan panik untuk sesaat tapi kemudian kembali ke raut datarnya.
Arthur tertawa kecil, ia lalu menyimpan dua lukisan itu di ruangan lain yang tersembunyi di balik rak buku, memastikan tidak ada lagi pencuri kecil yang mengambil barangnya sembarangan. Ah, tapi ada seseorang yang mendapat pengecualian dari sebutan 'pencuri' itu tentunya.
Arthur kembali tersenyum kecil, "Semua berjalan dengan cepat rupanya." Ujarnya pelan.
Lelaki itu kemudian berjalan keluar dari ruangan pribadinya dan menuju lapangan pelatihan berpedang.
•••
Keesokan paginya, Miera terlihat sedikit lega saat mengitari taman di kediaman Hyliese, ia sudah mendapat izin kedua orangtuanya untuk tidak pergi ke istana dengan alasan ia mendapat undangan dari lady bangsawan lainnya untuk pesta minum teh. Duchess Hyliese pun sudah menyanggupi untuk menulis surat langsung kepada Arthur.
KAMU SEDANG MEMBACA
Your Sword [On Going]
Teen Fiction"Apa aku boleh merobek gaunmu, Miera?" Gadis yang dipanggil Miera itu menghela nafas lelah, "Tidak, Arthur..." Miera, gadis berambut pirang itu menatap nanar lelaki di depannya. Akibat dari keputusan yang ia ambil dulu ternyata baru terasa bertahun...