"Hari ini kita akan belajar mengenai sejarah 5 kerajaan, putri. Saya akan menjelaskan Kerajaan Barat terlebih dahulu." Ujar Professor Hilda, salah satu pengajar akademi besar di Kerajaan Barat yang diamanati untuk membantu Miera dalam belajar.
Miera tersenyum setelah mendengar tutur kata lembut itu, ia berseru dengan riang, "Baik, professor." Tangannya mulai memilah buku di mejanya untuk menulis.
Professor Hilda mulai berbicara sambil memperlihatkan peta terbaru 5 kerajaan yang sebelumnya sudah berhasil memperluas wilayahnya pada perang beberapa tahun lalu. Miera mencatat setiap hal yang menurutnya penting dengan cukup teliti.
Setelah beberapa bulan menetap di wilayah Rion, Miera mendapatkan banyak hal termasuk pelajaran inti akademi dan etiket anggota istana, disamping itu ia tetap menekuni kegiatan berpedang secara sembunyi-sembunyi bersama pelatih yang Callysta berikan tanpa memberitahukannya pada Duke Hyliese. Callysta tahu betul jika Duke Hyliese kurang suka jika putrinya belajar hal yang identik dengan pekerjaan laki-laki.
Selama beberapa jam berkutik dengan bukunya, Miera memutuskan untuk menyelinap keluar dari kediamannya untuk memeriksa kondisi wilayah kekuasaan baru keluarganya. Ia memakai jubah untuk menutupi gaun santainya dan berjalan diiringi dua orang prajurit yang berhubungan cukup dekat dengannya.
"Nona, tolong perhatikan langkah anda. Hati-hati terjatuh di keramaian." Himbau salah satu prajuritnya.
"Tidak perlu khawatir, aku ini sudah besar. Aku ingin mengunjungi toko itu sebentar, tolong kalian tunggu di sini." Ujar Miera sebelum melenggang pergi menuju toko dengan nuansa lama dan penuh barang antik.
Seorang wanita tua menghampirinya sesaat setelah Miera membuat bel pintu masuk berdentang.
"Ada yang bisa saya bantu, nona muda?"
Miera tersenyum ramah, "Saya membutuhkan lima bayangan," Perkataan Miera membuat wanita tua itu sedikit tersentak, namun akhirnya ia tersenyum kecil.
"Ikuti saya, nona manis." Ia menuntun Miera untuk berjalan menuju ruangan belakang melewati lorong gelap dan berakhir disebuah ruangan tersembunyi.
"Karin! Kita kedatangan tamu!" Teriak wanita tua itu.
Seorang wanita dewasa lainnya yang dipanggil Karin itu terlihat menuruni anak tangga dengan tergesa-gesa. Rambut merahnya yang mengembang terlihat sedikit berkilat terkena cahaya lilin, ia berkulit cukup gelap, rupa yang tegas dan memiliki luka gores dimana-mana, Karin terlihat cukup disegani. Ia tertawa melihat sosok Miera disamping pelayan toko tadi.
"Ya ampun, Miera! Kau tergiur dengan tawaranku juga akhirnya. Kita akan mulai misi pertama malam ini." Ujar Karin, sementara si pelayan toko hanya mengerutkan alis bingung,
"Kalian sudah membuat perjanjian?"
Miera mengangguk, "Nyonya Karin itu sahabat dari pelatih pedangku."
KAMU SEDANG MEMBACA
Your Sword [On Going]
Teen Fiction"Apa aku boleh merobek gaunmu, Miera?" Gadis yang dipanggil Miera itu menghela nafas lelah, "Tidak, Arthur..." Miera, gadis berambut pirang itu menatap nanar lelaki di depannya. Akibat dari keputusan yang ia ambil dulu ternyata baru terasa bertahun...