My love, mine, all mine.
🌙
Arthur menarik senyum tipis ketika Miera melepaskan pagutan keduanya dengan perlahan karena ia mulai kesulitan bernafas. Lelaki itu terdiam sesaat setelah menatap gadis itu intens, ia lalu memeluk Miera dan menenggelamkan wajahnya di ceruk leher gadis itu.
Miera yang cukup kebingungan dengan hal tersebut hanya bisa tersenyum kecil, ia mulai membuka suara lembutnya.
"Apa ada yang ingin Arthur ceritakan padaku?"
Pertanyaan yang singkat namun berhasil membuat Arthur mengerjapkan matanya. Apalagi ia membalas pelukan Arthur disertai usapan kecil untuk punggung lelaki tersebut.
Suara tetesan air terdengar semakin keras seiring keheningan yang berlangsung. Arthur mulai bergerak kecil dan mengeratkan pelukannya.
"Apa kau bisa tinggal di sini hanya untuk semalam saja?" Lelaki itu menimpali pertanyaan Miera dengan permintaannya. Gadis itu memikirkan jawabannya untuk sesaat.
Ia melirik ventilasi kamar mandi yang sedikit memancarkan sinar bulan, semburat merah sepertinya sudah menghilang sepenuhnya dari hamparan langit malam. Miera tersenyum kecil sementara Arthur masih nyaman menyandarkan wajahnya pada ceruk leher gadis itu. Matanya terpejam menikmati elusan lembut tangan Miera yang kini berada di antara rambutnya.
"Tentu. Aku bisa bersamamu lebih lama, Arthur..." Jawab Miera dengan lembut.
Arthur tersenyum senang dengan mata yang masih memejam nyaman. Ia tahu Miera akan menerima permintaannya, tak lama, lelaki itu bangkit dari posisi ternyamannya itu dengan perasaan tidak rela.
"Kita harus segera beranjak dari sini, malam semakin dingin. Kau bisa terkena flu." Arthur menggendong Miera keluar dari kolam itu. Ia mempersilahkan gadis itu untuk berganti pakaian terlebih dahulu.
Miera memasuki ruang ganti dengan membawa kemeja hitam Arthur yang tersisa, karena lelaki itu tidak banyak membawa pakaian di tenda istirahatnya.
Gadis itu memandang pesimis pada apa yang ia kenakan saat ini, ia hanya berbekalkan celana pendek hitam miliknya yang biasa ia pakai sebagai pakaian tambahan, beruntung ukuran kemeja itu cukup besar dan sampai menutupi celana pendek yang ia pakai.
Miera berjalan keluar ruang ganti dengan malu-malu. Ia lebih siap menutup seluruh tubuhnya dengan selimut dibandingkan menerima tatapan Arthur dengan pakaian aneh seperti ini.
Gadis itu mengendap-endap dan berjalan jinjit dengan cukup cepat, berusaha mencari ranjang dan selimut secepatnya.
Ia tersenyum ketika mendapati ranjang dengan selimut besar itu hanya beberapa langkah dari posisinya. Miera hanya tinggal menutupi tubuhnya dengan selimut.
KAMU SEDANG MEMBACA
Your Sword [On Going]
Teen Fiction"Apa aku boleh merobek gaunmu, Miera?" Gadis yang dipanggil Miera itu menghela nafas lelah, "Tidak, Arthur..." Miera, gadis berambut pirang itu menatap nanar lelaki di depannya. Akibat dari keputusan yang ia ambil dulu ternyata baru terasa bertahun...