Adegan deg-deg an sudah menunggu di depann!! Mweheheh🌚
[M]
Prajurit itu menggeleng, ia terlihat berusaha menggigit sesuatu yang berada diantara rongga mulutnya. Hanya butuh kurang dari sepuluh detik, lelaki yang tersungkur dibawah Miera itu sudah menutup matanya.
"A-apa dia mati?" Tanya Dolea yang masih duduk berdekatan dengan Sofie, tangan mereka bahkan masih bertautan.
Miera menghembuskan nafas lelah, ia melirik keduanya yang memberikan tatapan penuh ketakutan, penampilan berantakan karena menangis yang tiada hentinya, Dolea dan Sofie bahkan merasa ketakutan hanya dengan melihat keadaan Miera saat ini. Oh, mereka mungkin akan merasakan trauma.
Miera tersenyum kecil, berusaha menenangkan tangisan keduanya yang semakin kencang setelah menyadari setiap hal yang ada pada tubuh Miera. Luka goresan dan pukulan, gaun yang penuh sobekan, bercak ungu di beberapa tempat. Bahkan bibir yang terluka dan mengeluarkan darah.
"K-kau, kau hampir mati!" Sofie terisak.
Miera menghela nafas, ia belum pernah menenangkan gadis yang menangis sebelumnya. Tangannya mulai merobek kain terluar gaunnya hingga lapisan kedua, ia memberikan kain lapisan kedua yang lebar itu untuk menjadi selimut sementara bagi Sofie dan Dolea.
Yah, meskipun hal itu membuat Miera hanya menyisakan satu lapis kain berwarna ungu gelap untuk menutupi bagian bawah tubuhnya.
"Kalian baik-baik saja, kan? Berhentilah menangis. Kita akan cari bantuan." Miera mendekap keduanya lagi, ia merasakan pelukan kencang dari Dolea.
"Maafkan aku.. sungguh, maafkan aku. Kau hampir mati, Miera. Hampir mati...hik-" Dolea berbicara dengan sesenggukan, sepertinya ia benar-benar terpukul. Sofie hanya menganggukan kepalanya pelan karena tenggorokannya tercekat akibat banyak menangis. Miera mengelus-elus punggung keduanya.
"Aku baik-baik saja, sunggu-"
Brak!
Pintu balkon dibuka secara paksa dari dalam, lebih tepatnya ditendang.
"Mier-" Panggilan Arthur terhenti. Lelaki itu tertegun melihat pemandangan penuh kekacauan ini. Keningnya berkerut, ia langsung tersulut emosi.
"CEPAT PANGGIL GILL DAN PRAJURIT KEAMANAN. CEPAT!"
Wajah Miera merengut tidak bersahabat, "Mereka sangat terlambat." keluhnya dalam hati.
Arthur membentak dengan sangat keras hingga beberapa orang di belakang lelaki itu termasuk Sofie dan Dolea pun tersentak setelah mendengar teriakan penuh emosi dari Arthur.
"Tidak apa-apa, tenangkan diri kalian..." Ujar Miera lembut sambil mengelus puncak kepala kedua gadis di dekapannya.
Arthur segera menghampiri ketiganya, "Miera apa-"
KAMU SEDANG MEMBACA
Your Sword [On Going]
Teen Fiction"Apa aku boleh merobek gaunmu, Miera?" Gadis yang dipanggil Miera itu menghela nafas lelah, "Tidak, Arthur..." Miera, gadis berambut pirang itu menatap nanar lelaki di depannya. Akibat dari keputusan yang ia ambil dulu ternyata baru terasa bertahun...