[16] Langkah Kedua, Bertemu Dengannya.

901 81 4
                                    

"Pangeran Arthur, beliau dipastikan akan datang menghadiri pertemuan itu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Pangeran Arthur, beliau dipastikan akan datang menghadiri pertemuan itu." Ujar Tuan Del pelan.

Miera terdiam, pikirannya sedikit berputar-putar. Arthur tidak akan membiarkannya terlibat hal berat seperti ini. Gadis itu sedikit ragu, tapi setidaknya Arthur akan membantunya meskipun Miera tidak yakin rencana rombakannya itu akan berhasil.

"Kita harus menyusun rencana yang lebih baik, siapa yang bisa menjamin Duke Lamont tidak membawa antek-anteknya besok lusa?" Ujar Varo sambil menuangkan teh pada cangkirnya.

"Putri, apa tujuan pertamamu jika membuat kontak dengan mereka?" Tanya Nicholas serius.

"Daftar anggota keluarga Hyliese yang terbunuh. Aku harus mendapatkannya, meski hanya selembar kertas kusut." Jawab Miera dengan pasti.

"Aku tidak yakin kita bisa langsung mendapatkan bukti fisik, Putri. Kita butuh saksi dan bukti pembicaraan terlebih dahulu." Ujar Varo.

Miera mengangguk, "Aku sudah memergoki bawahan Lamont yang mungkin sedang berusaha menyabotase tenda prajurit beberapa hari yang lalu. Aku yakin Arthur sudah menyiapkan sesuatu tentang pria tua itu, Count Livan."

"Itu masih tidak cukup, kita butuh informan lain." Nicholas melirik ke arah Tuan Del.

"Ekhem, aku mengenal beberapa relasi yang mungkin dapat membantu. Tapi sayangnya aku tidak bisa memastikan keamanan Putri."

"Tidak apa! Aku yakin kemampuan fisikku cukup untuk melindungi diri ataupun untuk kabur." Ujar Miera menggebu-gebu.

"Baiklah, kita akan coba langkah ini. Hazel, bisakah kamu mengurus persiapannya?" Tanya Nicholas.

Hazel langsung berdiri dari kursinya, "Rasanya sudah lama menantikan hari dimana aku menjadi perias! Tenang saja ayah, serahkan putri cantik ini padaku."

"Oh! Kita harus berbelanja terlebih dahulu, Putri, ayo!" Binar semangat dari mata Hazel membuat semua orang tertawa kecil.

Miera tersenyum, "Panggil saja aku Miera, jangan sungkan, kalian adalah kakak-kakakku juga." Ujarnya disertai tawa kecil.

Hazel terdiam, jujur saja ia terpikat dengan tawa dan senyuman Miera, ia kemudian tertawa, "Nah, ini adalah paket lengkap, rupawan dengan perilaku yang baik. Tidak seperti pangeran balok es yang awet bicara itu, oh astaga, dia benar-benar berhasil membuatku jengkel bahkan dengan kejadian yang sudah bertahun-tahun lamanya." Hazel memutar bola mata dengan kesal setelah mengingat pertemuan keduanya dengan Arthur yang masih kecil.

Saat itu keluarga Hazel diundang untuk melakukan pertemuan bersama Ratu Callysta. Hazel masih mengingat dengan baik sorot mata menyebalkan dengan perkataan dingin yang dilontarkan Arthur padanya hanya karena ia berusaha ramah.

Arthur membenci banyak orang, camkan itu.

"Sudahlah, jangan terlalu banyak membicarakan keburukan orang lain. Sebaiknya kalian bersiap." Ujar Varo. Tuan Del dan Nicholas hanya tertawa kecil melihat Hazel yang masih menyimpan dendam.

"Baiklah, ayah." Hazel menghembuskan nafas kesal.

"Ayo, Miera! Kita bersenang-senang!"

Miera mengangguk dan beranjak dengan cukup bersemangat, "Sepertinya aku butuh hiburan sebelum menemui orang-orang tua bau tanah itu." Celetuknya tanpa sadar.

Semua pasang mata penuh rasa terkejut tertuju pada gadis itu, "O-oh maksudku- itu... para petinggi kerajaan," Miera tertawa canggung.

Semua orang dalam ruangan itu tertawa lepas setelah melihat gelagat canggung dari Miera.

🌙

Gadis itu menelan ludahnya setelah berada tepat di depan pintu istana kediaman Arthur yang berjarak cukup jauh dari istana utama Kerajaan Utara.

Ia tersenyum, berusaha menenangkan dirinya yang cukup gugup. Matanya melirik amplop undangan yang ia pegang dengan kuat, "Ini akan mudah Miera, lakukan dengan tenang." Ujarnya sambil memperbaiki letak topeng wajah yang dirasanya cukup miring.

Ini adalah jamuan eksklusif yang memiliki tiga tahap acara : pertemuan awal berisi tamu bertopeng yang berbincang-bincang seperti biasa di aula yang disediakan, pertemuan khusus akan diisi orang-orang terpilih yang memasuki ruangan rapat terpisah dan mereka akan membuka topeng masing-masing, serta pertemuan akhir yang berisi penutupan acara oleh penyelenggara.

Para tamu tidak akan saling mengenal kecuali mereka membuka identitasnya dengan senang hati, namun satu orang yang pasti dikenali meskipun memakai topeng adalah sang penyelenggara, yang tidak lain adalah Arthur.

"Nona Muda Rion memasuki ruangan!" Teriak penerima tamu setelah Miera memberikan undangan dan membisikkan namanya.

Miera berjalan dengan tenang dan anggun dibalut gaun kombinasi warna violet dan putih dihiasi berbagai aksesoris. Rambut pirangnya tergerai dengan cantik, ia memakai lapisan penutup warna matanya yang ia dapatkan dari Iaros. Tapi Iaros bilang ia lebih senang menyebutnya lensa halus.

Banyak pasang mata terutama lelaki yang memperhatikan keberadaan Miera dari kejauhan, meskipun wajahnya tersembunyi dibalik topeng putih berhiaskan bunga mawar merah jambu, namun keberadaannya sudah cukup untuk menyita sebagian perhatian para tamu.

Netra Miera yang sudah berwarna coklat itu melirik-lirik sekitar, ia tentu sudah mengenal beberapa tamu di sini. Namun, ada satu orang yang mengingatkannya pada masa lalu, Miera bahkan tidak menyangka akan bertemu dengan Nona Dolea lagi, apalagi setelah Arthur membuat keluarganya hampir bangkrut dulu.

Miera tergelak kecil, "Ia masih memiliki celah untuk mencari relasi dan investor rupanya." Ia tersenyum miring. Jujur saja Miera cukup iri dengan gadis-gadis dalam ruangan ini karena memiliki hidup yang aman meski dengan kondisi keluarga yang hanya di dalam garis standar bangsawan. Mereka tidak perlu susah payah bersembunyi dari bahaya yang bahkan tidak seharusnya didapatkan keluarga Miera.

"Betapa menyedihkannya," Gumamnya kecil setelah melihat satu meja penuh gadis bangsawan yang tengah saling mengolok-olok penampilan mereka saat ini.

Atensi Miera teralihkan setelah melihat Arthur masuk ke dalam ruangan dari pintu utama, diikuti beberapa bawahannya.

"Pangeran Besar Arthur memasuki ruangan!" Teriak prajurit khusus mengambil alih seluruh perhatian di ruangan ini.

🦢

Jujur aku udah nyiapin lebih dari 1500 kata untuk chapter ini, tapi setelah dipikir-pikir..

Nah, that's too much. Awkwk.

Sampai jumpa di update-an selanjutnya guys! Jaga kesehatan kalian, ya.

Your Sword [On Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang