[8] I Left Him

2.2K 199 5
                                    

Miera tersenyum kecil saat menulis surat untuk Arthur

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Miera tersenyum kecil saat menulis surat untuk Arthur. Ia sudah menyelesaikan surat pertama, dan kini gadis kecil itu sedang tekun menulis surat keduanya. Mereka akan berpisah untuk waktu yang cukup lama, karena itulah Miera harus memberi kabar keluarganya saat ini kepada Arthur.

Sejujurnya Miera tidak yakin bahwa Arthur akan membaca suratnya ini. Lelaki itu sudah sibuk sejak berhari-hari yang lalu, komunikasi mereka pun terasa terputus bahkan saat Miera berada di istana karena keadaan kerajaan sedang tidak baik-baik saja.

Miera menghela nafas, ia kembali mengingat himbauan yang diberikan Callysta beberapa saat yang lalu.

"Aku akan mengulur waktu selama beberapa jam. Kalian harus segera berkemas, termasuk para pekerja keluarga Hyliese. Para prajuritku akan memberikan para pekerja upah tambahan untuk beberapa bulan. Semoga kalian semua selamat." Ujar Callysta sebelum akhirnya ia pergi dengan kereta kuda, meninggalkan kediaman Hyliese yang penuh kericuhan.

"Aku berharap semuanya akan baik-baik saja." Gadis itu kembali menulis beberapa surat dan mengungkapkan isi hatinya. Ia juga memberikan himbauan pada Arthur untuk tidak membuka semua suratnya sekaligus.

"Miera! Segera simpan surat-surat itu dalam kotaknya dan kemarilah. Kita akan segera berangkat ke Kerajaan Barat." Duchess berteriak dari lantai bawah. Saat itulah Miera berlari sambil membawa sekotak peti kecil penuh surat.

"Selamat tinggal, Arthur. Kamu akan tetap menjadi orang kesukaan Miera." Ia sengaja memberikan tanda kecupan bibirnya di setiap surat dengan meminta dan memakai pewarna bibir milik ibunya. Sungguh, Miera menyukai Arthur lebih dari yang lelaki itu pikirkan.

Sementara itu, keadaan istana juga tidak kalah ricuh. Callysta yang baru saja sampai di istana utama langsung menginjakkan kakinya di ruang rapat besar. Ia melihat langsung suaminya, Tyrone sedang berteriak menggebu-gebu sambil membantah setiap pernyataan yang dilontarkan berbelas belas orang kepala keluarga bangsawan.

Orang-orang itu tetap bersikeras akan menyerang Hyliese meskipun sebagian besar dari mereka berdiri ketakutan melihat Tyrone yang sudah siap membantai puluhan orang di ruangan itu.

"Keluarga Hyliese tidak memiliki alibi dan motif yang cukup untuk dituduh sebagai pemberontak. Mereka berjasa memberikan segenap bantuan untuk setiap perang dan bentrokan yang terjadi di perbatasan kerajaan." Teriak Callysta di ambang pintu. Ia sudah terlanjur naik darah melihat orang-orang keras kepala yang hanya mementingkan ego mereka sendiri.

"Yang Mulia! Pertimbangkan keselamatan wilayah kita! Biarkan pimpinan Duke Lamont yang mengambil alih wilayah Hyliese, Yang Mulia!" Teriak salah satu kepala wilayah yang kemudian disoraki dan didukung beberapa orang yang lainnya.

Callysta segera menghampiri Tyrone dan berbisik pelan sementara kumpulan bedebah itu masih berdebat satu sama lain, memperebutkan siapa yang akan menguasai wilayah Hyliese kedepannya.

Your Sword [On Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang